Syahida.com – Hingga detik ini aku masih tetap heran pada orang-orang yang lebih mengunggulkan malaikat atas para nabi dan para wali. Kalau landasan pengunggulannya adalah bentuk fisik, maka penampilan luar manusia lebih baik daripada penampilan luar malaikat yang memiliki beberapa sayap.
Bila penampilan luar manusia tak dijadikan alat pengunggulan lantaran adanya kotoran kotoran badan yang melekat padanya maka penampilan luar manusia bukan merupakan hakikat manusia, tapi cuma wadahnya. Misalnya bau mulut orang yang puasa, darah syuhada dan tidur saat sedang shalat. Kendati ‘kotor’, semua ini justru tampilan luar yang syarat nilai yang dimilikinyalah yang menjadi patokan keunggulan pelaku atau pemiliknya.
Sebagian orang mungkin akan mengatakan, “Para malaikat mempunyai kedudukan, karena mereka dicintai Allah, dan mereka memiliki keagungan, sebab mereka dibanggakan Allah.” Perkataan seperti ini tidak benar, sebab mereka telah ‘bersujud’ kepada manusia. Ini menjadi bukti nyata keunggulan kita atas mereka.
Jika keutamaan malaikat karena ilmu, maka kita semua telah mengetahui apa yang terjadi pada hari ketika mereka mengatakan, “Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 32) dan Allah berfirman, “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.…” (Q.S. Al-Baqarah [2]:33)
Kalau malaikat diunggulkan karena substansi dzat mereka, maka substandi ruh kita sama dengan substansi dzat mereka, terlebih lagi kita juga dibebani dengan beban-beban tubuh kasar. Demi Allah, kalau bukan karena butuhnya penunggang unta pda tubuh , tentu ia tak akan berhenti untuk mencarikan makanannya dan pasti ia tak akan berlaku lemah lembut dalam menjalankannya, supaya ia bisa sampai ke tempat tujuannya pada waktu yang diinginkannya!
Lebih mengherankan lagi bila para malaikat diunggulkan karena banyaknya ibadah. Ini adalah pengunggulan yang tak berdasar sama sekali, sebab ia tak mengandung pendakian sedikitpun. Apakah aneh bila air mengalir? Apakah mengherankan bila sesuatu meluncur ke bawah dengan sangat cepat?
Yang aneh adalah bila sesuatu naik ke atas! Para malaikat, dengan pembawaanya yang tanpa nafsu, justru bisa melakukan yang sebaliknya dan mengaku Tuhan. Sebab, mereka mampu memecahkan batu karang dan membelah bumi. Karena itulah mereka diancam dengan, “Dan barang siapa diantara mereka mengatakan: “Sesungguhnya aku adalah Tuhan selain daripada Allah,’ maka karena mereka mengetahui hukuman Tuhan, mereka pun merasa ketakutan.
Selain itu, kita bahkan perlu berjuang lebih keras dari mereka,sebab kita sangat jauh dari pengetahuan yang sesungguhnya. Kita punya keyakinan yang lemah kepada Tuhan, kita memiliki hawa nafsu yang berkuasa atas diri kita dan kelalaian kita pun amat akut.
Demi Allah , kalau salah satu malaikat yang didekatkan diuji dengan ujian yang ditimpahkan kepada manusia, pasti ia tak akan mampu bertahan!
Saat bangun tidur di waktu pagi, seseorang dari kita diseru oleh agama, “Carilah uang untuk keluargamu, namun berhati-hatilahnya dalam mencarinya!” Padahal, ketika itu, sesuatu yang bukan hasil usahanya sendiri telah bercokol mendalam pada dirinya, seperti cinta istri, cinta anak dan kebutuhan primernya sendiri.
Khalillahu Ibrahim ‘alayhis-salam telah diperintah, “Sembelihlah anakmu dengan tanganmu sendiri! Penggallah leher buah hatimu dengan tapak tanganmu sendiri! Lalu masuklah ke dalam alat pelontar untuk dilemparkan ke dalam api yang menyala-nyala!”
Nabi Musa ‘alayhis-salam disuruh berpuasa selama sebulan penuh siang dan malam.
Seseorang yang mudah naik pitam dari kita diperintahkan menahan amarahnya. Seseorang yang punya mata disuruh menundukkan pandangannya. Seseorang yang bisa bicara disuruh diam. Seseorang yang suka tidur disuruh mengerjakan shalat malam. Seseorang yang ditinggal mati kekasihnya disuruh bersabar. Seseorang yang punya kesehatan prima disuruh bersyukur.
Seseorang yang tengah berada di antara dua pasukan yang akan berperang diberitahu, ‘Kamu tak boleh melarikan diri, karena maut akan menjemput dengan cara yang paling tidak menyenangkan dan ruhmu akan dicerabuti dari tubuhmu. Jika ia telah menghampirimu, bertahanlah! Kamu kemudian akan tercabik-cabik di kuburmu. Kamu tak perlu marah, karena itu termasuk ketetapan takdir. Dan jika suatu penyakit menimpamu, jangan sekali-kali kamu mengadu kepada makhluk.”
Pertanyaannya kemudian, apakah malaikat punya hal hal seperti di atas? Bukankah ibadah yang mereka lakukan hanyalah ibadah sederhana yang tak di barengi sedikitpun penentangan ambisi diri dan hawa nafsu? Bukankah ibadah yang mereka kerjakancuma ibadah fisik yang terdiri dari rukuk, sujud dan tasbih? Bukankah mereka tak punya ibadah-ibadah maknawi seperti yang kita miliki?
Selain itu semua, ternyata kebanyakan malaikat bertugas melayani kita. Sebagian tugas mencatat amal perbuatan kita, sebagian bertugas mendorong kita dan sebagian bertugas mengirimkan angin dan hujan kepada kita dan tugas terbesar mereka pun adalah memintakan ampunan buat kita!
Oleh sebab itu, bagaimana mungkin mereka diutamakan atas kita tanpa alasan yang jelas? Beberapa orang dari mereka seperti Harut dan Marut, telah diuji di tempat pengujian, namun ternyata mereka keluar dari ujian tersebut sebagai makhluk terjahat!
Jangan sekali-kali menganggapku telah meremehkan ibadah para malaikat, karena mereka sangat takut dan berhati-hati lantaran mereka mengetahui keagungan Sang Pencipta. Namun, aku hanya ingin menjelaskan bahwa keyakinan makhluk yang tak (pernah) bersalah adalah sesuatu yang biasa, sedangkan penyesalan makhluk yang tenggelam dalam kesalahan merupakan hal yang tidak biasa, karena ia mampu mengangkat ruhnya ketingkatan yang lebih tinggi.
Karena itu, wahai saudara-saudaraku, sadarilah kemuliaan diri Anda dan peliharalah substansi diri anda. Jangan sekali-kali anda mengotorinya dengan dosa-dosa yang anda lakukan.
Jangan pula biarkan diri anda terjerumus ke tingkatan binatang karena kesalahan-kesalahan yang anda kerjakan, sebab anda punya potensi untuk lebih unggul atas malaikat!
Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Besar. [ ]
Sumber : Kitab Shaid Al-Khatir Nasihat Bijak Penyegar Iman, Ibnu Al Jauzi