Syahida.com – Dulu di Mosul ada seorang pria Kristen bernama Abu Isma’il. Suatu malam ia melintas di dekat seorang laki-laki yang sedang mengerjakan shalat Tahajud di atas lotengnya dan membaca, “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.”
Abu Isma’il menjerit dan langsung pingsan. Ia tetap belum sadarkan diri hingga pagi hari. Kala pagi menghampiri, ia masuk Islam. Ia lalu pergi mendatangi Fath al-Mushalli dan memohon izin kepadanya dan melayaninya.
Abu Isma’il terus menangis hingga salah satu matanya buta dan yang sebelah pun ikut berkurang penglihatannya.
Suatu hari ‘Abdullah bin Faraj al-‘Abid bertanya kepadanya. “Ceritakan kepadaku sedikit tentang Fath!”
“Aku akan menceritakan tentangnya. Ia, demi Allah adalah seperti keadaan para rohaniawan; hatinya tergantung dengan yang disana, di dunia ia sama sekali tidak punya waktu untuk istirahat.”
“Berilah contoh kepadaku; aku berjanji akan merahasiakannya!” Pinta ‘Abdullan bin Faraj.
“Suatu hari aku menghadiri shalat Idul Adha bersamanya.” Kisahnya.
“Ia baru pulang sesudah orang-orang bubar dan aku ikut pulang dengannya. Kemudian ia melihat asap mengepul-ngepul dari sudut-sudut kota Madinah, tiba-tiba ia menangis. Lalu ia berseru, ‘Orang-orang telah menyembelih binatang korbannya. Lalu apa yang akan Engkau lakukan terhadap korbanku di sisi-Mu, wahai Kekasihku?’ ia langsung jatuh pingsan.
“Aku pergi mengambil air, lalu mengusap wajahnya,” tambah Abu Isma’il.
“Namun ia tetap tidak sadarkan diri hingga masuk salah satu lorong Madinah. Tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya ke langit dan bermunajat, ‘Engkau telah mengetahui lamanya kesedihanku, kedudukanku, dan mondar-mandir di lorong dunia, hingga kapankah engkau memenjarakanku, wahai Kekasihku?” kemudian Fath al-Mushalli pingsan kembali.
“Aku pergi mengambil air, lalu mengusap wajahnya dan ia langsung sadar. Tetapi, setelah itu ia tidak hidup kecuali beberapa hari saja,” kata Abu Isma’il. [syahida.com]
Sumber : Kitab At-Tawwabin, Menuju Surga-Mu