Syahida.com – Muslim meriwayatkan dalam kitab sahihnya dari hadis Anas, dari Rasulullah SAW bersabda: “Demi Dzat Yang jiwaku berada di dalam kekuasaan-Nya, seandainya kalian bisa melihat apa yang aku lihat, pasti kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis.” Para sahabat bertanya: “Apa yang anda lihat wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yang aku lihat adalah surga dan neraka.”
Di dalam kitab Sahih al Bukhari dan Sahih al Muslim disebutkan riwayat dari Ibn Abbas bahwa Nabi SAW bersabda: “Ketika ada gerhana matahari, aku melihat neraka. Aku belum pernah menyaksikan pemandangan yang lebih mengerikan dari hari itu.’
Al A’masy meriwayatkan dari Mujahid, dari Ibn Abbas secara marfu’ (sanadnya sampai kepada Nabi SAW): “Seandainya neraka juga dengan perawi yang lain dari hadis Ibn Umar ra, dari Rasulullah SAW bahwa beliau berkhutbah: “Janganlah kalian melupakan dua hal yang amat besar, yaitu surga dan neraka.” Kemudian Nabi menangis sampai air matanya membasahi kedua sisi jenggotnya. Lantas beliau melanjutkan sabdanya: “Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di dalam kekuasaan-Nya, seandainya Kamu semua mengetahui apa yang aku lihat dari alam akhirat, pasti kamu semua akan berjalan menuju tempat yang tinggi kemudian Kamu akan menghuncamkan kepala kamu ke tanah.”
Ibn Abi al Dunya meriwayatkan dengan sanad dari Mus’ir, dari Abd al A’la: “Tidak ada sebuah kaum pun yang duduk berkumpul di dalam sebuah majelis yang membahas tentang surga dan neraka, melainkan para malaikat berkata: “Lupakanlah oleh kalian kedua hal yang besar itu?!”
Dari Bakr al Muzniy bahwa Abu Musa al Asy’ariy berkhutbah di depan masyarakat Bashrah. Dia berkhutbah tentang masalah neraka dan menangis sampai-sampai air matanya menetes di mimbar. Bakr juga berkata: Ketika itu, orang-orang (yang mendengar khutbahnya) juga menangis tersedu-sedu.
Dari Ibrahim ibn Muhammad al Basyri berkata: “Umar ibn Abd al Aziz melihat seseorang laki-laki yang warna kulitnya berubah. Lantas Umar ibn Abd al Aziz berkata kepadanya: “Apa yang kamu alami?” Laki-laki itu menjawab: “Saya sedang menderita sakit wahai Amir al Mukminin.” Umar ibn Abd al Aziz kembali bertanya dengan pertanyaan yang serupa sebanyak tiga kali. Dan laki-laki itu pun menjawab seperti jawaban pertanyaan yang sebelmunya. Lantas Umar ibn Abd al Aziz berkata kepadanya: “Maukah Engkau kuberitahu sesuatu hal? Sesungguhnya aku telah merasakan nikmatnya dunia. Namun semua gebyar dan keindahan dunia ini terasa tidak begitu berarti untukku. Tidak ada bedanya antara batu dan emas bagiku. Aku juga melihat orang-orang berbondong-bondong menuju surga. Sedangkan aku sendiri merasa sedang menuju neraka. Sehingga sebagai konsekuensinya, aku tidak tidur pada malam hari dan tidak merasa haus pada siang bolong. Dan semua yang kulakukan, tidak ada artinya di sisi ampunan Allah, pahala dan siksa-Nya.”
Perkataan tersebut di atas mirip dengan hadis Haritsah yang cukup masyur. Hadis tersebut juga diriwayatkan dengan berbagai redaksi secara mursal. Ada juga sebuah riwayat dengan sanad muttashil (bersambung sampai kepada Mabi SAW) dari riwayat Yusuf ibn ‘Athiyyah al Shaffar akan tetapi di dalam sanadnya terdapat perawi yang lemah dari Tsabit dari Anas, bahwa Rasulullah SAW berkata kepada seorang pemuda dari golongan Anshar: “Bagaimana kabarmu pagi ini wahai Haritsah?” Haritsah berkata: “Pagi ini aku dalam keadaan benar-benar beriman kepada Allah.” Rasulullah bersabda: “Perhatikan kembali apa yang telah kamu katakan, karena segala perkataan itu memiliki hakekat.” Haritsah pun berkata: “Wahai Rasulullah, aku menjauhkan jiwaku dari dunia. Aku tidak tidur pada malam hari dan merasa dahaga di siang hari. Seakan-akan aku melihat ‘Arsy Tuhanku. Aku juga melihat seperti penduduk surga saling mengunjungi di dalamnya dan penghuni neraka tampak berkerumun di dalam neraka.” Rasulullah SAW bersabda: “Kamu bijaksana, teruskan hal tersebut.”
Ahmad ibn Abu al Hauriy berkata: Kami diberitahu oleh Ali ibn Abu al Hur, dia berkata: Allah menurunkan wahyu kepada Yahya ibn Zakariya as. : “Wahai Yahya! Demi keperkasaan-Ku, seandainya kamu melihat surga Firdaus sekali saja, pasti dirimu akan binasa. Jika kamu melihat neraka sekali saja, pasti kamu akan menangis denngan mencucurkan banyak air mata.”
Ibn Abi al Dunya menyebutkan riwayat dengan sanad yang besumber dari Sufyan, dia berkata: Ketika teman-teman Umar ibn Abd al Aziz saling berbincang-bincang satu sama lain, dia hanya diam saja. Lalu mereka bertanya: “Mengapa anda tidak berbicara wahai Amir al Mukminin?” Dia menjawab: “Aku sedang memikirkan para penghuni surga, bagaimana mereka saling mengunjungi dan para penghuni neraka, bagaimana mereka menjerit-jeirt,” Kemudian dia mencucurkan air mata.
Dari Mughits al Aswad, dia berkata: “Berziaralah kalian ke pemakaman setiap hari merenung. Dan berfirasat baiklah kalian setiap hari di dalam surga dengan akal kalian serta saksikanlah padang Makhsyar dengan hati kalian. Perhatikanlah dua kelompok orang yang berada di surga dan neraka dengan perasaan kalian. Dan rasakanlah dengan hati dan tubuh kalian untuk selalu mengingat neraka dengan segala siksanya. “Dari Shalih al Muriy berkata: “Agar bisa menangis, seseorang bisa membayangkan dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Apabila tidak berhasil, maka hendaklah dia mengalihkan hati dan membayangkan padang Mahsyar. Karena padang mahsyar merupakan padang yang sangat sulit dan menakutkan. Jika masih juga belum berhasil, maka sebaiknya dia mengalihkan hati untuk membayangkan tingkatan-tingkatan dalam neraka.” Setelah mengatakan hal tersebut, Shalih menjerit dan jatuh pingsan. Dengan demikian orang-orang yang berada di sekitar masjid juga ikut menjerit melihat fenomena tersebut.
Dari Abu Sulaiman al Daraniy, dia berkata: Pada suatu malam Malik ibn Dinar keluar menuju sebuah aula dalam rumah dan meninggalkan rekan-rekannya didalam sebuah ruangan yang lain. Ditengah ruangan itulah dia melakukan shalat sampai menjelang pagi. Kemudian dia berkata kepada mereka: “Sesungguhnya semalam aku berada di tengah aula dalam rumah. Terlintas dalma benakku, para penghuni neraka terus menyodorkan belenggu mereka sampai menjelang pagi.”
Sa’id al Jaramiy mensifati orang-orang yang takut kepada neraka dengn ungkapan: “Apabila salah seorang dari mereka melewati bacaan ayat yang membahas masalah neraka, pasti akan menjerit dengan keras. Seakan-akan seruling neraka terdengar di telinga mereka dan akherat telah terbentang di pelupuk mata mereka.”
Al Hasan berkata: “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang kekal di dalam neraka dan hamba-hamba yang terus merasakan kenikmatan di dalam surga.” Kemudian dia meneruskan perkataannya: “Demi Allah, tidak akan ada seseorang yang mempercayai neraka sampai dia dihimpit bumi. Sebenarnya orang munafik tidak akan percaya adanya neraka meskipun sudah diletakkan dibelakang punggungnya melainkan jika ia di jebloskan ke dalamnya.”
Wahib ibn Munabbih berkata: “Ada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israel melakukan shalat dibawah terik matahari. Hal itu sampai membuat kulitnya berubah warna menjadi hitam. Kemudian ada seorang yang melewatinya seraya berkata: “Orang ini seperti sengaja membakar dirinya dengan api.” Dia berkata: “Sebenarnya itu masih berupa omongan saja. Bagaimana jika (kamu) menyaksikannya (merasakannya) sendiri?”
Ibn ‘Uyainah berkata: Ibrahim al Taymiy berkata: “Aku membayangkan diriku masuk ke dalam surga dan memakan buah-buahannya serta merangkul para gadisnya. Kemudian aku membayangkan diriku berada di neraka, memakan pohon berdurinya, meminum cairan nanah yang bercampur dengan darah, dan berusaha membebaskan diri dari rantai dan belenggunya. Lalu aku berbicara pada diriku sendiri: Mana diantara keduanya yang kamu kehendaki? Lalu jiwaku berkata: “Aku ingin kembali ke dunia dan beramal salih.” [syahida.com]
Sumber : Kitab Jerat-Jerat Neraka, Ibnu Rajab