Syahida.com – Apabila hendak pergi, Ibrahim al-Khawwas tidak pernah memberitahukan atau menceritakan pada orang lain. Yang ia lakukan hanya mengambil kantong airnya. Suatu hari, saat bersama rekan-rekannyaa di masjid, ia mengambil kantong airnya lalu pergi. Hamid al-Aswad mengikutinya, namun Ibrahim tidak mengajaknya berbicara.
Mereka tiba di Kufah. Di sana mereka tinggal sehari semalam, lalu melanjutkan perjalanan ke Qadisiyah.
“Hamid, mau pergi ke mana?” tanya Ibrahim.
“Tuan, aku pergi karena mengikuti Anda.”jawab Hamid.
“Insya Allah aku akan pergi ke Makkah…”
“Insya Allah aku juga akan pergi ke Makkah…”
Keduanya melanjutkan perjalanan sehari semalam. Beberapa hari kemudian di tengah jalan seorang pemuda ikut bergabung dengan mereka. Pemuda itu telah berjalan selama sehari semalam namun tak pernah sujud sekali pun kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
“Anak muda ini tidak shalat,” kata Hamid memberitahu Ibrahim
“Anak muda, mengapa kamu tidak shalat, padahal ia lebih wajib atasmu dari pada haji? Tanya Ibrahim.
“Tuan, aku tidak wajb shalat.” Jawab pemuda itu.
“Bukankah kamu orang islam?”
“Bukan.”
“Lalu agama apa yang kamu peluk?” tanya Ibrahim.
“Kristen! Tetapi keyakinanku dalam agama kristen terfokus pada tawakkal. Jiwaku telah mengklaim bahwa ia telah bertawakkal namun aku meragukan klaimnya hingga akhirnya aku pun mengeluarkannya ke padang pasir yang tidak menyisakan kecuali Dzat Yang Disembah ini. Di sini aku ingin mengetes keyakinanku dan menguji keimananku,” ujar pemuda itu.
Ibrahim bangkit dan kembali berjalan. “Biarkan ia tetap bersama kita…”
Pemuda itu tetap berjalan bersama Ibrahim dan Hamid hingga tiba di Bathminar. Ibrahim bangkit dan menanggalkan cereknya, kemudian mencucinya dengan air,
“Siapa namamu?” tanya Ibrahim pada pemuda itu.
“Abdul Masih.” Jawabnya
“Abdul Masih, ini perbatasan kota Makkah. Allah telah mengharamkan orang-orang sepertimu (non-muslim—penerj.) memasukinya.” Beritahu Ibrahim. Lalu ia membaca, “Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjid al-Haram sesudah tahun ini.” Dan apa yang kamu ingin uji dari dirimu telah menjadi terang untukmu; jangan pernah berusaha masuk Makkah! Jika kami melihatmu di Makkah kami akan mengusirmu…”
Ibrahim dan Hamid meninggalkannya. Mereka berdua masuk Makkah lalu pergi ke Arafah, pemuda itu tiba-tiba datang dengan mengenakan pakaian ihram! Ia mencari-cari sosok Ibrahim dan Hamid hingga akhirnya terlihat. Pemuda itu mendekat kearah Ibrahim dan mencium kepalanya.
“Apa yang terjadi wahai ‘Abdul Masih?” tanya Ibrahim kepadanya.
“Itu tidak mungkin terjadi lagi. Sekarang aku adalah hamba Dzat yang al-Masih adalah hamba-Nya,” jawabnya.
“Aku duduk ditempatku hingga datang serombongan jamaah haji. Aku bangkit dan menyamar dengan pakaian orang Islam hingga seakan aku sedang ihram. Pada saat mataku menatap Ka’bah, lenyaplah sudah dari kedua mataku semua agama selain Islam! Aku langsung masuk Islam, mandi, dan berpakaian ihram. Sekarang ini aku sedang mencarimu.”
“Hamid, lihatlah berkah kejujuran dalam agama Kristen bagaimana ia menunjukan pemiliknya kepada Islam.”
Setelah itu pemuda itu bersama mereka berdua hingga meninggal di tengah-tengah orang miskin, rahimahullah!. [syahida.com]
Sumber : Kitab At-Tawwabin, Menuju Surga-Mu