Syahida.com – ‘Athiyyah ibn Abbas meriwayatkan seraya berkata: “Surga terletak di langit ke tujuh. Allah menjadikannya dan menempatkannya pada hari kiamat sesuai kehendak-Nya. Sedangkan neraka Jahannam berada di lapisan bumi ke tujuh.” Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim.
Ibn Mundih meriwayatkan dari hadis Abu Yahya al Qattat, dari Mujahid, dia berkata: “Aku bertanya kepada Ibn Abbas: Dimanakah surga itu berada? Dia menjawab: Di langit ke tujuh. Aku bertanya lagi: Dimanakah letak neraka? Dia menjawab: Di bawah lapisan laut ke tujuh.”
Ibn Mundih meriwayatkan dengan tambahan redaksi: “Jika kelak di hari kiamat di hari kiamat, Allah akan menjadikannya dimana Dia suka.
Di dalam hadis al Barra’ ibn ‘Azib, dari Rasulullah SAW mengemukakan tentang proses pencabutan ruh. Beliau bersabda mengenai pencabutan ruh orang-orang kafir: “Sampai akhirnya arwah mereka sampai di langit dunia lapis ke tujuh. Mereka memohon agar pintu langit dibukakan. Namun, Allah tidak membukakan pintu-pintu tersebut untuk mereka. Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat: “Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga , hingga unta masuk ke lobang jarum.” (Q.S. Al A’raaf7: 40). Rasulullah bersabda: “Allah Ta’aala berfirman: “Tulislah oleh kalian (para malaikat) kitab orang tersebut did alam sijjiiin yang terletak di lapisan bumi yang paling bawah. Lalu Nabi SAW bersabda: Kemudian ruhnya dihempaskan (ke sana).” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan perawi yang lain).
Abdullah ibn’Amr ibn ‘Ashar ra berkata: “ Arwah –arwah orang kafir terletak di lapisan bumi ketujuh.
SAMUDRA LAUTAN API
Al Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang perlu dipertimbangkan kembali, dari Ya’la ibn Umayyah, dari Nabi SAW bersabda: : “Samudera itu (sebenarnya) adalah Neraka Jahannam.” Lantas orang-orang bertanya kepada Ya’la mengenai apa yang baru dikatakannya. Ya’la menjawab pertanyaan mereka sebagai berikut: “Tidakkah kalian semua tahu bahwa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Neraka yang gejolaknya mengepung mereka.” (Q.S. Al Kahfi 17:29) Demi Dzat Yang jiwa Ya’la berada di genggaman-Nya, aku tidak akan masuk ke dalamnya sampai aku dihadapkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan aku tidak akan menyentuh percikan apinya walau sedikit, sampai aku bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla.”Seandainya peristiwa ini benar, maka maksudnya adalah nanti pada hari kiamat samudra akan digabung menjadi satu. Lantas samudra itu dinyalakan sehingga menjadi lautan api.
Lebih dari satu orang dari kalangan ulama salaf yang menafsirkan firman Allah Ta’aala: “Dan apabila lautan dipanaskan.” (Q.S. Al Takwiir 81: 6) seperti keterangan yang telah disebut di atas.
Mujahid meriwayatkan dari seorang syaikh, dari Bujailah, dari Ibn Abbas tentang ayat: “Dan apabila lautan dipanaskan.” Dia berkata: “Matahari, bulan dan semua bintang di gulung (menjadi satu dan dimasukkan) ke dalam samudra. Kemudian Allah meniupkan angin dari barat yang bertiup kencang sampai (samudra tersebut) menjadi lautan api.” Diriwayatkan oleh Ibn Abi al Dunya dan Ibn Abi al Dunya dan Ibn Abi Hatim.
Dari Ibn Lahi’ah, dari Abu Qubail berkata: “Sesungguhnya lautan yang berwarna hijau itu adalah Neraka Jahannam.”
Sa’id ibn Abi al Hasan saudara al Bashriy berkata: “Samudra adalah lapisan Neraka Jahannam.”
Didalam kitab Sunan Abu Dawud disebutkan sebuah riwayat dari Abdullah ibn ‘Amra ra dari Nabi SAW berkata: “Janganlah Kalian mengarungi samudra kecuali untuk keperluan haji, umrah, atau berperang di jalan Allah. Karena sesungguhnyadi bawah samudra itu ada neraka. Dibawah neraka ada Samudra lagi.”
Ibn Abi Hatim meriwayatkan dengan sanad dari Mu’awiyah ibn Sa’id, dia berkata: “Sesungguhnya samudra ini maksudnya Laut Romawi menjadi muara semua sungai. Di bawahnya ada lapisan tembaga. Jika hari kiamat tiba, lapisan tembaga itu akan dilelehkan oleh Allah.”
Qais ibn al Rabi’ meriwayatkan dari ‘Ubaid al Maktab dari Mujahid dari Ibn Umar ra, dari Nabi SAW: “Sesungguhnya Neraka Jahannam itu mengelilingi dunia. Sedangkan surga berada dibelakangnya. Oleh karena itulah jembatan shirat yang berada diatas Neraka Jahannam akan menjadi jalan diatas surga.” Hadis diatas adalah gharib (diriwayatkan oleh seorang perawi saja) dan munkar.
Diriwayatkan dari sebagian orang yang menunjukkan bahwa neraka itu terletak di langit. Diriwayatkan oleh Mujahid, dia berkata mengenai firman Allah Ta’aala: “Dan dilangit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (Q.S. Al Dzaariyaat 51: 22). Dia berkata bahwa yang dimaksud adalah surga dan neraka. Begitu pula riwayat yang berasal dari Juwaibir, dari al Dlahhak.
‘Ashim meriwayatkan dari Zir, dari Hudzifah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Aku telah didatangi Buraq. Aku dan Jibril terus berada di atasnya sampai tiba di Bait Al Maqdis. Kemudian pintu langit dibukakan untuk kami sehingga kami dapat melihat surga dan neraka.” Diriwayatkan oleh al Imam Ahmad dan para perawi yang lain.
Riwayat ini merupakan pembenaran terhadap apa yang dikatakan oleh Hudzaifah. Al Khalal menukil darinya didalam Kitab al Sunnah. Redaksi ini pula yang dijadikan al Imam Ahmad sebagai argumentasi.
Diriwayatkan dari Hudzaifah bahwa dia berkata: “Demi Allah, keduanya terus bersama Buraq sampai akhirnya pintu-pintu langit dibuka. Keduanyaa melihat surga dan neraka.” Semua riwayat ini tidak jelas bahwa Nabi memang melihat neraka di langit.
Melihat keabsahan redaksi tersebut dapat diketahui bahwa neraka tidak berada di langit. Yang dimengerti dari cerita di atas bahwa Nabi dan Malaikat Jibril melihat neraka ketika berada di langit. Hal ini sama dengan ketika mayit melihat surga dan neraka di dalam kuburnya. Sedangkan surga sebenarnya tidak terletak di bumi.
Nabi SAW memang telah melihat surga dan neraka ketika melakukan shalat gerhana matahari. Sedangkan beliau pada waktu itu berada di bumi. Demikian juga yang dijelaskan di dalam beberapa jalur hadis tentang Isra’. Misalnya yang berasal dari hadis Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW melewati surga dan neraka dalam perjalanan ke Bait al Maqdis, hal ini tidak menunjukan bahwa surga berada di bumi. Mengenai keterangan yang terdapat dalam hadisHudzifah, apabila memang benar bahwa Nabi melihat surga dan neraka di langit maka langit merupakan tempat untuk menunjukkan gambaran keduanya. Bukan tempat sebenarnya. Wallahu a’lam.
Juga disebutkan dalam beberapa jalur periwayatan tentang hadis Isra’ bahwa Nabi SAW melihat Neraka Jahannam di dalam perjalanannya menuju Bait al Maqdis. Diriwayatkan juga dari ‘Ubadah ibn al Shamit bahwa beliau berhenti di pagar Bait al Maqdis sebelah timur sambil menangis. Disitulah beliau menceritakan bahwa dia telah melihat Neraka Jahannam. [syahida.com]
Sumber : Kitab Jerat-Jerat Neraka, Ibnu Rajab
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.