Syahida.com – Suatu hari ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mendengarkan kisah yang diceritakan ‘Aun bin ‘Abdullah bin ‘Uthbah :
Seorang raja sebelum zaman kita ini membangun sekolah kota dan sangat memilah-milah dalam membangunnya. Lalu raja itu membuat makanan dan mengundang rakyat serta menugaskan beberapa orang untuk berdiri di gerbangnya menanyai setiap orang yang keluar, “Apakah kamu melihat cela?”
“Tidak,” jawab semua orang itu.
“Lalu datanglah beberapa orang yang berpakaian usang.
“Apakah kamu melihat cela?” tanya anak buah Raja kepada mereka.
“Dua cela” jawab mereka. Akibatnya, mereka ditahan anak buah raja.
“Semua orang yang telah kami tanyai semuanya mengatakan bahwa mereka tidak melihat adanya cela, sampai datang sekelompok orang yang mengenakan pakaian usang. Saat kami menanyai mereka, ternyata mereka menjawab mereka melihat dua cela,” lapor anak buah Raja.
“Aku tidak membiarkan seorang pun; panggil mereka kemari!” Petugas-petugas itu memanggil mereka.
Sang Raja pun menanyai mereka. “Apakah kalian melihat cela?”
“Dua cela” jawab mereka
“Sebutkan!” perintah Raja.
“Rusak dan pemilknya akan mati!”
“Apakah ada kampung yang tidak akan rusak dan pemiliknya tidak akan mati?” tanya Raja.
“Benar”
“Kampung apa?”
“Kampung Akhirat!” Mereka juga bermaksud mengajak Raja pergi (dari istana). Dan Raja ternyata bersedia menerima tawaran tersebut. “Jika aku pergi bersamamu secara terang-terangan penduduk negeriku tentu tidak akan membiarkanku. Tunggulah aku ditempat anu dan pada saat anu.”
Raja kemudian tinggal bersama mereka beberapa waktu. Suatu hari Raja itu mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.
“Apa yang terjadi denganmu? Apakah Anda melihat sesuatu yang tidak menyenangkan dari kami?” tanya mereka keheranan.
“Tidak,” jawab Raja.
“Lalu apa yang mendorongmu untuk melakukan ini?”
“Kalian mengenalku sehingga kalian memuliakanku karena kedudukanku sebelum ini,” jawab Raja.
Kalimat terakhir raja itu rupanya menimbulkan kesan kuat pada diri ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, yang mendengar kisah tersebut. Setelah itu, Aun bin ‘Abdullah bin ‘Uthbah pergi menemui Maslamah; Maslamah kemudian menghadap ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz.
“Celaka, hai Maslamah! Bagaimana pendapatmu tentang orang yang di bebani dengan sesuatu yang tidak mampu ia tanggung lalu lari kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla. Apakah ia berdosa?” tanya ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz.
“Amirulmukminin, bertakwalah kepada Allah dalam memimpin umat Muhammad Shalallahu ‘alahi wasallam. Demi Allah, jika Anda pergi tentu orang-orang akan saling bunuh dengan senjatanya,” jawab Maslamah
“Celaka hai Muslamah, aku dibebani dengan sesuatu yang tidak mampu aku tanggung!” Umar mengulang-ulanginya sementara Maslamah terus menghiburnya hingga ‘Umar diam. [syahida.com]
Sumber : Kitab At-Tawwabin, Menuju Surga-Mu
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.