Syahida.com – Neraka diciptakan oleh Allah Ta’ala bagi para jin dan manusia yang bermaksiat. Neraka juga akan dipenuhi oleh kedua jenis makhluk tersebut. Allah Ta’aala berfirman: “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi Neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan utnuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah).” (Q.S Al A’raf 7: 179).
Allah SWT berfirman: “Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”
Firman Allah Ta’aala: “Akan tetapi telah tetaplah perkataan (ketetapan) daripadaku: “Sesungguhnya akan aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama.” (Q.S. Al Sajadah 32: 13).
Allah Ta’aala berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedangkan kamu kekal di dalamnya.” (Q.S. Al An’aam 6: 128).
Allah Ta’aala berfirman mengenai jin yang menyimak bacaan ayat suci al Qur’an: “Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang ta’at dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang ta’at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahannam.” (Q.S. Al Jinn 72: 14-15).
Allah Ta’aala berfirman: “Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin maka ni’mat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?” (Q.S. Al Rahmaan 55: 31-32). Sampai dengan firman-Nya: “Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. Maka berdosa dikenal dengan tanda tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.” (Q.S. Al Rahmaan 55: 39-41).
Oleh karena itu telah diriwayatkan bahwa Nabi SAW telah membacakan surat ini dihadapan jin karena isinya mengandung berita tentang penciptaan mereka, kematian, kebangkitan dan pembalasan atas amal perbuatan mereka.
Adapun makhluk-makhluk yang lainnya, yang paling mulia adalah malaikat. Merekalah yang memberi ancaman neraka bagi makhluk yang berbuat maksiat. Dan para malaikat tidak ada yang berani melakukannya. Sebagaimana firman Allah Ta’aala: “Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang dibelakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya. Dan barangsiapa diantara mereka mengatakan: “Sesungguhnya aku adalah Tuhan selain daripada Allah”, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.” (Q.S. Al-Anbiyaa’ 21: 26-29).
Telah tersebar luas dikalangan para sahabat dan tabiin serta generasi sesudah mereka, bahwa Harut dan Marut pada awalnya adalah dua orang malaikat. Keduanya lebih memilih untuk mendapatkan siksa dunia daripada merasakan adzab akhirat setelah melakukan maksiat. Mereka lebih memilih siksa dunia karena sifatnya tidak kekal. Mengenai hal ini telah ada sebuah riwayat hadis marfu’ (sanadnya sampai kepada Nabi) yang bersumber dari Ibn Umar ra, dari Nabi SAW yang diriwayatkan oleh al Imam Ahmad dan Ibn Hibban di dalam kitab sahihnya. Akan tetapi ada yang mengatakan bahwa yang benar adalah hadis mauquuf (hanya sampai kepada sahabat), yaitu bersambung pada sahabat Ka’ab.
Al Imam Ahmad telah meriwayatkan dari hadis Anas, dari Rasulullah SAW bahwa beliau telah bertanya kepada Malaikat Jibril as Rasulullah SAW bersabda: “Mengapa aku tidak pernah melihat Malaikat Mikail as tertawa?” Malaikat Jibril menjawab: “Mikail tidak pernah tertawa lagi semenjak neraka diciptakan.”
Diriwayatkan juga dalam kitab al Zuhd dari hadis Abu ‘Imran al Jauniy, dia berkata: Telah sampai berita kepada kami bahwa Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah SAW. Pada waktu itu Malaikat Jibril sedang menangis. Lantas Rasulullah SAW bertanya: “Apa yang membuatmu menangis wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Apakah anda juga tidak ikut menangis wahai Muhammad? Kedua mataku tidak pernah kering semenjak Allah menciptakan neraka Jahannam. Aku sangat takut jika bermaksiat kepada-Nya sehingga Dia menghempaskanku ke dalam neraka.” Perawi lain juga meriwayatkan dengan redaksi serupa dari jalur yang tidak sama.
Al Thabaraniy meriwayatkan dari hadis Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Khaitsamah, kami diberitahu oleh Muhammad ibn Ali, saya diberitahu oleh ayah saya dari Zaid ibn Aslam, dari ayahnya, dari ‘Imran bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW dalam keadaan sedih dan tidak mengangkat kepalanya. Lantas Rasulullah SAW berkata kepadanya: “Mengapa Kamu wahai Jibril? Kamu kelihatannya sedih” Jibril berkata: “Sesungguhnya kau telah melihat hembusan angin dari Neraka Jahannam.”
Al Thabaraniy juga meriwayatkan dari jalur Salam al Thawil, (dia adalah perawi yang sangat lemah) dari Al Ajlah al Kindiy, dari ‘Adiy ibn ‘Adiy al Kindiy, dari Umar ibn al Khaththab, dia berkata: Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi bertanya: “Wahai Jibril, mengapa aku melihat warna air mukamu menjadi berubah?” Jibril menjawab: “Aku tidak datang kepada anda sampai Allah menyuruhku (untuk membawa kabar) tentang hembusan angin api neraka.” Nabi bersabda: “Wahai Jibril, coba sebutkan kepadaku sifat neraka Jahannam!” Kemudian perawi menyebutkan kelanjutan hadis tersebut diatas. Untuk redaksi secara lengkap, akan kami sampaikan Insyaa Allah dalam pembahasan bab tersendiri.
Kemudian Rasulullah SAW berkata: “Wahai Jibril, hal itu cukup bagiku.” Dan Nabi SAW melihat Jibril menangis. Lalu beliau berkata: “Apakah engkau menangis wahai Jibril? Sedangkan Engkau telah mendapatkan posisi terhormat di sisi Allah.” Jibril menjawas: “Bagaimana aku tidak menangis. Karena sebenarnya aku lebih pantas menangis ketimbang anda. Sebab bisa saja di mata Allah kedudukanku tidak seperti sekarang ini. Aku tidak tahu, apakah aku akan diberi cobaan seperti Iblis. Sedangkan dia dulu juga tinggal bersama para Malaikat. Aku pun tidak tahu, apakah aku akan diuji seperti Harut dan Marut.”
Lantas Rasulullah SAW menangis begitu pula Malaikat Jibril as. Keduanya terus menangis sampai akhirnya dipanggil: “Wahai Muhammad dan Jibril, sesunggguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memberi jaminan bahwa kalian berdua tidak akan bermaksiat kepada-Nya.” Baru kemudian Malaikat Jibril kembali ke langit dan Nabi Muhammad SAW keluar rumah. Dalam perjalanan keluar dia menemui sekelompok orang Anshar sedang tertawa. Nabi SAW bersabda kepada mereka: “Kalian tertawa? Padahal dibelakang kalian ada Neraka Jahannam! Seandainya kalian tahu apa yang aku ketahui, pasti kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis. Sekalipun kalian dalam kondisi cukup pangan, pasti tetap akan keluar ke dataran tinggi untuk merapat dan berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” Setelah itu ada suara dari langit menyeru kepada Nabi SAW: “Wahai Muhammad, janganlah memutus harapan hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya aku mengutusmu untuk memberi kemudahan. Aku tidak mengutusmu untuk menebar kesulitan.” Lantas Rasulullah SAW bersabda: “Berbuat baiklah kalian dan dekatkan diri kalian kepada Allah.”
Ibn Abi al Dunya meriwayatkan dari hadis Abu Fadlalah, dari beberapa orang gurunya. Dia berkata: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memiliki para malaikat. Mereka semua tidak ada yang tertawa setelah Neraka Jahannam diciptakan. Mereka takut jika Allah murka kepada mereka sehingga memasukkan mereka ke dalam neraka.”
Dengan sanad dari Bakr al ‘Abid berkata: “Saya berkata kepada teman Ibn Abi Laila yang sering disebut Abu al Hasan: “Apakah malaikat juga tertawa?” Dia menjawab: “Tidak ada makhluk yang berada di bawah’Arys yang tertawa setelah Allah menciptakan Neraka Jahnnam.”
Dari Muhammad ibn Al Munkadir berkata: “Ketika Allah menciptakan neraka, hati para malaikat terlepas dari tempatnya. Namun, ketika Bani Adam diciptakan, hati mereka kembali pada tempatnya semula.”
Abu Nu’aim meriwayatkan denga sanad dari Thawus, dia berkata: “Ketika neraka diciptakan, hati para malaikat terbang dari tempatnya. Namun ketika Bani Adam diciptakan hati itu kembali tenang.”
Adapun binatang-binatang yang jinak ataupun yang buas dan burung, kesemuanya juga takut pada neraka. ‘Amir ibn Yasaf berkata, dari Yahya ibnAbu Katsir, dia berkata: “Telah sampai berita kepada kami bahwa ketika Nabi Daud as meratap dan menangis, hewan-hewan buas yang ada di daratan datang. Begitu juga dengan singa-singa yang berasal dari gunung, burung-burung yang berada disarangnya. Semua manusia yang ada pada waktu itu juga berkumpul. Sampai akhirnya Nabi Daud as tiba dan naik ke atas mimbar. Beliau memulai dengan pujian kepada Tuhannya. Semuanya berteriak dan menangis. Lalu Nabi Daud as mulai menyebut tentang surga dan neraka. Maka ada sekelompok orang dan gerombolan binatang serta burung yang mati. Setelah itu beliau menyebutkan tentang kematian dan kondisi di hari kiamat. Beliau sendiri menjerit dan ada lagi sekelompok manusia, binatang buas dan burung yang mati. Diriwayatkan oleh Ibn Abi al Dunya.
Sementara makhluk selain binatang, yaitu yang terdiri benda-benda mati semisalnya, maka telah diceritakan oleh Allah SWT bahwa kesemuanya merasa takut kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’aala: “Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah.” (Q.S. Al-Baqarah 2: 74).
Ibn Abi Najih berkata dari Mujahid: “Setiap batu yang mengeluarkan sumber air atau batu yang terbelah karena aliran air atau bebatuan yang jatuh dari puncak gunung, semua kejadian itu adalah karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Hal itu sebagaimana yang dijelaskan di dalam al Qur’an.
Al Jauzajaniy dan perawi lain meriwayatkan dari jalur Mujahid, dari Ibn Abas, dia berkata: “Sesungguhnya batu pasti akan jatuh ke bumi. Seandainya ditahan oleh banyak orang sekalipun, dia akan tetap jatuh ke tanah karena takut kepada Allah.”
Abdullah ibn ‘Amr ibn al ‘Ash ra berkata: “Sesungguhnya bulan menangis karena merasa takut kepada Allah.”
Thawus berkata: “Sesungguhnya bulan menangis karena takut kepada Allah. Padahal dia tidak memiliki dosa. Bulan juga tidak dimintai pertanggungjawaban tentang amal perbuatannya dan kelak tidak pula akan dihakimi.” [Syahida.com]
Sumber : Kitab Jerat-Jerat Neraka, Ibnu Rajab