Syahida.com – ‘Umurul-Qais al-Kindi adalah Raja yang ahli menipu, lama bergulat dengan ahli hal-hal yang melalaikan dan kesenangan-kesenangan duniawi, serta gemar menikmati permainan. Suatu hari ia menunggang kudanya; mungkin untuk jalan-jalan di pendalaman atau untuk berburu. Tiba-tiba ia terpisah dari rekan-rekannya. Lalu ia menyaksikan seorang yang sedang duduk dan tengah mengumpulkan tulang-tulang orang mati dan membolak-baliknya di hadapannya.
“Kisanak, apa yang terjadi hingga kamu seperti yang aku lihat; penampilan yang menyedihkan, perubahan warna kulit, dan sendirian di padang pasir ini?” tanya Umru ul-Qais.
Orang itu menjawab, “Ketahuilah, itu adalah karena aku akan segera melakukan berpergian yang jauh dan aku akan dikawal oleh dua orang pengawal yang menakutkan yang akan mengantarkanku ke tempat tinggal yang sempit, gelap, dan meyeramkan. Lalu mereka membiarkanku rusak dan bertetangga dengan orang-orang yang binasa di bawah lapisan-lapisan tanah.”
“Jika saja aku dibiarkan begitu saja itu meski dengan kesepian, kesempitan, kengeriannya, dan melatanya binatang-binatang melata bumi dalam daging dan urat sarafku sehingga aku menjadi remuk dan tulang-tulangku menjadi lumat,” lanjut pria itu, “Tentu bencana itu memiliki akhir dan kecelakaan itu mempunyai pemberhentian. Namun sayang, setelah itu aku akan di kumpulkan oleh tiupan sangkakala dan dihimpun untuk menghadapi kengerian-kengerian Padang Mahsyar. Kemudian aku tidak tahu ke kampung yang mana dari dua kampung aku digiring. Maka bagaimanakah akan tenang menikmati orang yang nasib akhirnya seperti ini?”
Usai mendengar perkataannya, sang Raja turun dari atas kuda dan duduk dihadapannya. “Kisanak, perkataaanmu telah mengeruhkan kejernihan hidupku hingga ketakutan meliputi hatiku, sekarang ulangilah sebagian apa yang engkau katakan dan terangkanlah agamamu kepadaku!”
“Bukankah Anda mengetahui apa yang ada dihadapanku?” tanya pria tersebut.
Tentu!” jawab Umru ‘ul-Qais.
“Ini adalah tulang-belulang para Raja yang diperdaya oleh dunia dengan hiasannya dan yang dikuasai hatinya olehnya dengan tipuannya. Mereka pun lalai melakukan persiapan menghadapi kematian ini hingga mereka dikejutkan oleh ajal, dihinakan oleh angan-angan, dan dijauhkan dari kesenangan. Tulang-tulang ini akan dikembalikan sehingga ia menjadi jasad lalu dibalas menurut amal perbuatannya; adakalanya ke kampung keabadian dan adakalanya ke tempat kebinasaan,” jelaslah pria itu.
Setelah orang itu lenyap tanpa meninggalkan bekas, para pengawal datang satu persatu menemui Raja. Tetapi, sang Raja telah berubah warna kulitnya, bercucuran air matanya, dan ia berdiri mematung!
Kala malam menjelang, ia menanggalkan semua pakaian kebesaran dan menggantinya dengan pakaian usang lalu keluar dalam kegelapan malam dan itu adalah saat terakhir ia diketahui keberadaanya. [syahida.com]
Sumber : Kitab At-Tawwabin, Menuju Surga-Mu