Syahida.com – Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang rapuh. Jika manusia tidak dianugerahi oleh Allah dengan akal yang aktif, maka spesies manusia tidak akan pernah bertahan hidup. Allah SWT mengirimkan malaikat penjaga dan tak lupa malaikat pencatat amal baik-buruk agar dikiamat kelak manusia dimintai pertanggungjawaban atas anugerah yang diterimanya.
1. Malaikat Hafadzah (penjaga)
Dalam hadits qudsi, Allah menerangkan peristiwa pengadilan pada hari kiamat kelak dan menyebut keberadaan malaikat hafadzah ini sebagai salah satu pencatat amalan manusia. Hadits tersebut adalah sebagai berikut:
Dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata: Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan membersihkan salah seorang umatku atas para kepala makhluk pada Hari kiamat. Lalu Allah menebarkan sembilan puluh sembilan catatannya. Setiap catatan seperti pandangan mata. Kemudian Dia berfirman: ‘Apakah kamu mengingkari hal ini barang sedikit? Apakah tukang catat-Ku Malaikat Hafadzah menganiaya kamu?’ ia menjawab ‘Tidak wahai Tuhan.’ Dia berfirman “Baiklah kamu mempunyai kebaikan. Sesungguhnya pada hari ini tidak ada penganiayaan atasmu.’ Maka dikeluarkan secarik kertas yang didalamnya terdapat lafazh syahadat. Dia berfirman: ‘Datangkan timbanganmu.’ Ia menjawab: ‘Wahai tuhanku, apakah artinya secarik kertas ini dibandingkan dengan catatan-catatan ini? Dia berfiman ‘Sungguh kamu tidak didzhalimi.’ Beliau bersabda ‘ catatan itu diletakan pada sebuah piringan neraca dan secarik kertas itu berat, karena tidak ada sesuatu yang mempunyai timbangan berat dibandingkan dengan sesuatu yang bersama nama Allah.’” (HR. At-Tirmidzi)
Maka teranglah bagi kita tentang keberadaan malaikat ini. Maka sebaiknya lebih berhati-hati lagi dalam bertindak karena kita dijaga oleh malaikat penjaga.
2. Malaikat Muaqqibaat (malaikat yang mengikuti)
Keberadaan malaikat ini sebagaimana telah dikabarkan dalam ayat berikut ini:
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ra’ad 10 -11)
Dari teks ayat tersebut dijelaskan bahwa konteks “mengikuti”nya adalah di muka dan di belakang. Mereka menjaga sisi depan dan belakang manusia. Istilah atau penamaan malaikat ini dengan nama muaqqibaat adalah merujuk pada bunyi ayat tersebut, yakni pada kata “lahu muaqqibaatun”
3. Malaikat pencatat amal (Raqib, Atid dan Mutalaqqiyan)
Keberadaan malaikat Raqib dan Atid merujuk kepada firman Allah:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 16-18)
Penamaan raqib dan atid merujuk pada istilah pengawas yang dipakai oleh Allah dalam ujung ayat 18 tersebut yakni “illa ladaihi raqibun atidun.” Sesungguhnya ada sebuatan yang lain bagi para malaikat pencatat amal yakni malaikat Mutalaqqiyan. Keberadaan mereka merujuk kepada surah Qaf: 17.
Apakah malaikat raqid-atid dan mutalaqqiyan adalah malaikat yang sama? Menurut penulis mereka bertiga adalah malaikat yang berbeda. Alasannya, pada ayat yang menyebutkan Raqib dan Atid, Allah memberikan keterangan bahwa tugas mereka adalah pencatat amal yang terkait apa yang diucapkan oleh manusia lihat ayat 18 surat Qaf diatas. Sementara malaikat muatalaqqiyan bersifat lebih umum. Yakni melengkapi semua amal perbuatan manusia. Wallahua’alam.
Tentang bagaimana malaikat-malaikat pencatat ini bertugas, rasulullah bersabda; “Allah berfirman (kepada malaikat pencatat amal): ‘Bila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan jelek, maka janganlah kalian catat sebagai amalnya. Jika ia telah mengerjakannya, maka catatlah sebagai satu keburukan. Dan bila hamba-Ku berniat melakukan perbuatan baik, lalu tidak jadi melaksanakannya, maka catatlah sebagai satu kebaikan. Jika ia mengamalkannnya, maka catatlah kebaikan itu sepuluh kali lipat.”
Dalam hadits lain, ada penjelasan tentang kedudukan keduanya, “(Malaikat) penulis kebaikan berad di sebelah kiri seseorang dan (Malaikat) penulis keburukan berada di sebelah kiri seseorang. (Malaikat) penulis kebaikan lebih berkuasa atas (Malaikat) penulis keburukan. Jika seseorang melakukan kebaikan, maka penjaga disebelah kanan akan menuliskannya sepuluh. Jika melakukan keburukan, maka penjaga disebelah kanan berkata kepada penjaga disebelah kiri, ‘Biarkan dulu selama tujuh jam, barangkali dia akan bertasbih atau beristighfar.” (Diriwayatkan Al-Baghawi dari Abu Umamah)
Ada beberapa situasi yang tidak diikuti atau dicatat oleh para malaikat pencatat, perhatikan hadits berikut ini:
Dari Aisyah bahwa nabi pernah bersabda: “Pena diangkat dari tiga orang, yaitu: orang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia dewasa, dan orang gila hingga ia berakal normal atau sembuh.”
Dalam keterangan yang lain, malaikat pencatat amal manusia akan selalu berada dan mengirngi manusia yang telah baligh, tidak pernah lalai, kecuali dalam dua kondisi yang sedang dialami atau dilakukan oleh manusia yakni; pada saat jinabah dan buang air.
4. Kemungkinan adanya jenis malaikat pencatat amal yang lain.
Dalam surat al-Infithar:10-12, Allah menyebutkan nama yang berbeda untuk malaikat pencatat amal. Pada ayat kesebelas ada istilah “Kiraman Katibin” yang digunakan untuk mewakili kata “pencatat amal.” Apakah ia sekedar sebutan yang berbeda bagi malaikat pencatat amal ataukah menunjukan adanya malaikat yang lain. [syahida.com]
Sumber : Buku Malaikat