Syahida.com – Firman-Nya, “Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga.” (Al-A’raf: 22).
Allah juga berfirman di dalam surah Thaha, “Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga.” (Thaha: 121). Hawa lebih dulu memakan buah pohon tersebut, dan dialah yang menyebabkan Adam memakannya. Wallahu a’lam.
Seperti yang disebutkan dalam hadist riwayat al-Bukhari berikut; Bisyr bin Muhammad bercerita kepada kami, Abdullah bercerita kepada kami, Ma’mar memberitakan kepada kami, dari Himam bin Munabbih, dari Abu Hurairrah, dari Nabi SAW, “Andai saja Bani Israil tidak membusukkan daging dan andai saja Hawa tidak mengkhianati suaminya (menyebabkannya memakan buah pohon terlarang).” Hanya Imam Bukhari yang meriwayatkan hadist ini melalui jalur sanad tersebut. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist ini dalam kitab Shahih masing-masing dari hadist Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari Hitmam, dari Abu Wahab, dari Amr bin Harits, dari Abu Yunus, dari Abu Hurairah.
Disebutkan dalam kitab Taurat yang beredar di kalangan Ahli Kitab, yang mendorong Hawa memakan buah pohon adalah seekor ular yang besar dan berbentuk indah. Hawa memakan buah pohon itu karena bujukan si ular, lalu memberikan buah tersebut kepada Adam. Iblis tidak disebutkan dalam kisah ini. Saat itu kedua mata Adam dan Hawa terbelalak dan keduanya mengetahui bahwa mereka telanjang. Kemudian keduanya mencari dedaunan buah Tin lalu mereka gunakan sebagai sarung. Disebutkan dalam salah satu riwayat, keduanya telanjang. Wahab bin Munabbih mengatakan, “Kemaluan mereka berdua tertutupi cahaya.”
Penjelasan yang tertera dalam kitab Tuarat yang beredar di kalangan Ahli Kitab ini salah, distorsif, dan keliru dalam penerjemahan, karena menerjemahkan teks dari satu bahasa ke bahasa lain tidak mudah bagi semua orang, khususnya bagi mereka yang tidak menguasai bahasa Arab dengan baik, disamping tidak menguasai ilmu untuk memahami kitab suci agamanya. Itulah mengapa banyak sekali kekeliruan dalam kitab suci terjemahan di kalangan Ahli Kitab, baik dari sisi kata ataupun makna. Al-Qur’an menunjukkan, Adam dan Hawa mengenakan pakaian. Allah SWT berfirman, “Dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya.” (Al-A’raf: 27).
Ibnu Abi Hatim menyatakan, “Ali bin Hasan bin Askad bercerita kepada kami, Ali bin Ashim kepada kami, dari Sa’id bin Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Ubai bin Ka’ab, ia menuturkan, ‘Rasulullah SAW Bersabda, ‘Sungguh, Allah menciptakan Adam, lelaki berbadan jangkung, berambut lebat, seakan-akan pohon kurma menjulang tinggi. Saat memakan buah pohon, pakaiannya terlepas dan bagian pertama yang terlihat adalah auratnya. Saat meliht auratnya, Adam berlari di surga, lalu sebuah pohon mangait rambutnya, Adam mencabut rambutnya, lalu Ar-Rahman ‘Azza wa Jalla memanggil, ‘Hai Adam! Apa kau melarikan diri dari-Ku?’ Saat mendengar kalam Ar-Rahman, Adam berkata, ‘Yaa Rabb, (aku) tidak (melarikan diri dari-Mu), tapi aku malu’.”
Ats-Tsauri meriwayatkan dari Abu Laila, dari Minhal bin Amr, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas terkait firman Allah SWT, “Dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga.” (Thaha: 121). “Dedaunan pohon Tin.” Sanad hingga Ibnu Abbas ini shahih, namun sepertinya bersumber dari Ahli Kitab. Tekstual ayat menunjukkan lebih umum. Meski demikian, tidak masalah jika dedaunan tersebut diartikan sebagai dedauanan pohon Tin. Wallahu a‘alam.
Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari jalur Muhammad bin Ishaq, dari Hasan bin Dzakwan, dari Hasan al-Bashri, dari Ubai bin Ka’ab, ia menuturkan, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh, ayah kalian, Adam, seperti pohon kurma yang menjulang tinggi, (tingginya) 60 hasta, rambutnya lebat, dan auratnya selalu tertutup. Namun ketika melakukan kesalahan di surga, auratnya terbuka, ia kemudian keluar dari surga dan berpapasan dengan sebuah pohon, pohon kemudian meraih ubun-ubunnya, lalu Rabb menyerukan, ‘Apa kau melarikan diri dari-Ku, wahai Adam?’ Adam menjawab, ‘Tidak, tapi aku malu pada-Mu ya Allah, ya Rabb, atas perbuatan yang telah aku lakukan.’
Selanjutnya Ibnu Asakir meriwayatkan hadits ini dari jalur Sa’id bin Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Yahya bin Dhamrah, dari Ubai bin Ka’ab, dari Nabi SAW dengan matan yang sama. Riwayat yang ini lebih shahih, karena Hasan tidak bertemu Ubai. Ibnu Asakir juga meriwayatkan hadist ini dari jalur Khaitsamah bin Sulaiman al-Athrablusi, dari Muhammad bin Abdul Wahhab Abu Marshafah Al-Asqalani, dari Adam bin Abu Iyas, dari Sinan, dari Qatadah, dari Anas secara marfu’, dengan matan yang sama. [Syahida.com]
Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq