Syahida.com – Rasulullah saw memiliki sifat-sifat mulia yang tidak dimiliki kaumnya. Hingga mereka menjulukinya “Al-Amin” karena sifat-sifatnya yang mulia. Khadijah merangkum sifat-sifat mulia Nabi dalam ungkapannya, “Sesungguhnya, engkau telah menyambung silaturrahim; memikul beban orang-orang yang kelelahan; meringankan orang yang kesusahan; memuliakan tamu; dan penolong para penegak kebenaran.”[1]
Memang benar, para penduduk Mekah telah mengetahui sifat-sifat Muhammad saw. Jika terjadi pertikaian diantara mereka, mereka menerima jalan tengah yang diputuskan oleh Rasulullah. Sementara itu, Muhammad sendiri, tidak setuju dengan kesesatan mereka, terutama dalam hal yang menyembah berhala.
Ketika usia Muhammad mendekati 40 tahun, ia suka menyendiri di Gua Hira, untuk beribadah; merenungi alam semesta dan penciptaannya. Dia menyendiri di gua itu hingga beberapa malam.
Jika di pagi hari, Khadijah tidak juga menemukan suaminya, ia langsung mengetahui bahwa suaminya sedang menyendiri di Gua Hira. Khadijah tidak banyak bertanya, karena ia wanita cerdas yang benar-benar mengetahui perihal yang sedang dipikirkan suaminya.
Mimpi baik yang dialami Muhammad adalah pertanda awal risalah kenabian. Dalam mimpinya, ia melihat cahaya pagi. Mimpi yang membuat dirinya takut, hingga dengan ketakutan ia menceritakan mimpinya kepada sang istri, khadijah, “Saat aku menyendiri, aku mendengar panggilan. Aku benar-benar takut.”
Khadijah menenangkannya dan berkata, “Sungguh, Allah tidak akan berlaku buruk kepadamu, karena engkau orang yang menjalankan amanah, menyambung silaturahmi dan berkata jujur.”
Ucapan Khadijah adalah firasat baik. Penenang yang dapat meringankan beban ketakutan yang dapat meringankan beban ketakutan yang datang mendadak. Juga merupakan ucapan yang dilatarbelakangi pengetahuannya akan akhlak suaminya dalam berbagai sendi kehidupan. Terutama, kepercayaan orang-orang di sekeliling Muhammad, yang menaruh hormat dan mengacungkan jempol untuknya.
Ketika malaikat Jibril menurunkan wahyu pertama, ada peran penting yang dilakukan oleh Khadijah. Wahyu pertama adalah firman Allah swt,
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah. (Tuhan) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengarjakan kepada manusia apa yang tidak dikethauinya.” (Al-Alaq: 1-5)
Mari kita dengarkan kisah Ummul Mu’minin Aisyah ra, tentang sikap Khadijah saat itu. Bagaimana ia menangkap adanya berita gembira dengan datangnya risalah kenabian bagi Muhammad, dan sikapnya yang mendukung beliau untuk risalah itu.
“Rasulullah pulang dengan gemetar. Ia menemui Khadijah dan berkata, ‘Selimutilah aku…selimutilah aku.’ Khadijah menyelimutinya hingga rasa takut Rasulullah hilang. Beliau menceritakan peristiwa yang telah dialaminya, dan berkata, ‘Aku benar-benar takut.’
Khadijah berkata, ‘Allah tidak akan mencelakaimu. Sesungguhnya engkau orang yang menyambung silaturahim; memikul beban orang kelelahan; menolong orang yang kesusahan; menghormati tamu; dan membantu para penegak kebenaran.’
Khadijah mengajak suaminya menemui Waraqah bin Naufal. Waraqah beragama kristen. Ia menulis buku dengan Bahasa Ibrani. Ia banyak menulis Kitab Injil dengan Bahasa Ibrani. Saat itu, ia sudah berusia tua renta.
Khadijah, ‘Saudaraku, coba kau dengarkan kisah saudaramu ini.’
Waraqah berkata, ‘Apa yang kamu lihat, saudaraku?’
Rasulullah saw, menceritakan apa yang dialaminya.
Waraqah berkata: ‘Dia adalah malaikat yang dahulu diutus Allah kepada Musa a.s. Andai saja saat ini saya masih muda dan bisa membantumu. Andai saja aku masih hidup saat kamu diusir oleh kaummu.’
Rasulullah saw berkata, ‘Apakah mereka akan mengusirku?’
Waraqah berakata, ‘Benar. Tidak seorang pun yang membawa risalah seperti risalah yang kamu bawa, kecuali diusir oleh kaumnya. Jika saat pengusiran itu terjadi aku masih hidup, aku akan menolongmu mati-matian.”
Tidak lama setelah itu, Waraqah meninggal dunia. Wahyu pun tidak turun untuk beberapa waktu.”[3]
Disebutkan bahwa saat itu Waraqah berkata kepada khadijah, “Jika yang dikatakannya benar, maka ketahuilah bahwa Muhammad ini seorang rasul. Malaikat Jibril dan Mikail datang menemuinya. Mereka diutus oleh Allah untuk membelah dadanya.”[2] [Syahida.com]
[1] Sahahul-Bukhari: 1/5.
[2] Al-Bidayah wan Nihayah 3/11. Minahul Madhi: 328.
[3] Shahihul-Bukhari: 1/5.
Bersambung….
Sumber : Kitab 20 Sirah Shohabiyah yang Dijamin Masuk Surga, Ahmad Khalil Jum`ah