Syahida.com – Imam Abu Ja’far bin Jarir menyebutkan dalam kitab At-Tarikh dari sebagian ulama, Hawa melahirkan 40 anak dari 20 kehamilan. Demikian yang disampaikan Ibnu Ishaq. Ibnu Isahaq menyebutkan semua nama anak-anak Adam tersebut. Wallahu a’lam. Menurut sumber lain, Hawa melahirkan sebanyak 120 kali, setiap kelahiran dua anak sepasang; lelaki dan perempuan, yang paling tua Qabil dan saudarinya Qalima, dan yang terakhir Abdul Maughits dan saudarinya Ummul Mughits.
Setelah itu, populasi manusia menyebar di berbagai belahan bumi dan berkembang baik, seperti yang disampaikan Allah, “Wahai Manusia! Bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (An-Nisa: 1).
Para Ahli sejarah menyebutkan, Adam sebelum meninggal dunia sempat melihat 400.000 keturunannya (anak-anak dan cucu-cucunya). Wallahu a’lam.
Allah SWT berfirman, “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Rabb Mereka (seraya berkata), ‘Jika Engkau memberi kami anak yang saleh tentulah kami akan selalu bersyukur’.” (Al-A’raf: 189).
Ayat ini lebih dulu menyebut Adam, setelah itu menyebut jenis, sama seperti firman Allah SWT, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Al-Mukminun: 12-13). Dan firman-Nya, “Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikan (bintang-bintang itu) sebagai alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka azab neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk: 5). Seperti diketahui, alat-alat pelempar setan bukanlah bintang-bintang langit itu sendiri, tapi salah satu bagian dari jenisnya.
Terkait hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad; Abdush Shamad bercerita kepada kami, Umar bin Ibrahim bercerita kepada kami, Qatadah bercerita kepada kami, dari Hasan, dari Samurah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Saat Hawa melahirkan anak, Iblis datang mengelilinginya. Anak yang dilahirkan Hawa biasanya tidak hidup, lalu Iblis berkata, ‘Berilah dia nama Abdul Harits, dia pasti hidup.’ Hawa kemudian memberi nama anaknya Abdul Harist, dan anaknya hidup. Itu berasal dari bisikan dan perintah setan’.”
Seperti itu juga yang diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Jarir, Abu Hatim, dan Ibnu Mardawaih dalam kitab tafsir mereka masing-masing saat menafsirkan ayat di atas. Juga ditakhrij Hakim dalam Al-Mustadrak, semuanya berasal dari hadist Abdush Shamad bin Abdul Waris dengan matan yang sama. Hakim mengatakan, “Sanadnya shahih, hanya saja Imam Bukhari dan Muslim tidak men-takhrijnya.” At-Tirmidzi mengatakan, “Hadist ini hasan-gharib. Kami hanya mengetahuinya dari hadist Umar bin Ibrahim. Sebagian lainnya meriwayatkan hadist ini dari Abdush Shamad dengan sanad yang tidak terhubung hingga Nabi SAW.”
Cacat semacam ini menodai hadist, karena diriwayatkan secara mauquf, sanadnya hanya terhubung sampai sahabat. Inilah yang lebih tepat. Nampaknya, kisah di atas bersumber dari kisah-kisah israiliyat. Juga diriwayatkan secara mauquf dari Ibnu Abbas, dan sepertinya kisah tersebut bersumber dari Ka’ab Al-Ahbar dan rekan-rekannya. Wallahu a’lam.
Hasan Al-Bashri memiliki penafsiran berbeda untuk ayat-ayat di atas. Andai riwayat Samurah menurutnya marfu’, tentu tidak akan beralih pada yang lain. Wallahu a’lam.
Selain itu, Allah menciptakan Adam dan Hawa tidak lain untuk menjadi asal-usul manusia, mengembangbiakkan lelaki dan perempuan dalam jumlah besar. Lalu bagaimana mungkin jika dikatakan bahwa Hawa tidak pernah punya anak hidup seperi disebutkan dalam hadist di atas, itupun dengan asumsi jika hadist tersebut terjaga?!
Besar dugaan dan bisa dipastikan keliru, jika hadits tersebut sanadnya terhubung hingga Rasulullah SAW (marfu’). Yang benar adalah mauquf (sanadnya hanya sampai pada sahabat). Wallahu a’lam. Masalah ini sudah kami jelaskan dalam kitab tafsir kami (Tafsir Ibnu Katsir). Alhamdulillah.
Adam dan Hawa terlalu bertakwa kepada Allah untuk melakukan hal-hal seperti disebutkan dalam riwayat di atas, karena Adam adalah ayah manusia, Allah menciptakannya dengan tangan-Nya, meniupkan sebagian ruh (ciptaan)-Nya, memerintahkan para malaikat bersujud kepadanya, mengajarkan nama-nama segala benda padanya, dan menempatkannya di surga. [Syahida.com]
– Bersambung…
Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq