Syahida.com – Allah menyebutkan berita kebinasaan mereka dalam sejumlah ayat seperti yang telah disampaikan sebelumnya, baik secara garis besar ataupun rinci, seperti firman-Nya, “Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman.” (Al-A’raf: 72). “Dan ketika azab Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. Dan itulah (kisah) kaum Ad yang mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Rabb. Mereka mendurhakai rasul-rasul-Nya dan menurut perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi durhaka. Dan mereka selalu diikuti dengan laknat di dunia ini dan (begitu pula) di hari Kiamat. Ingatlah, kaum Ad itu ingkar kepada Rabb mereka. Sungguh, binasalah kaum Ad, umat Hud itu.” (Hud: 58-40).
“Lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur, dan Kami jadikan mereka (seperti) sampah yang dibawa banjir. Maka mereka mendustakannya (Hud), lalu Kami binasakan mereka. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu, Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang.” (Asy-Syu’ara: 139-140).
Kisah kebinasaan mereka disebutkan secara rinci dalam firman Allah SWT berikut, “Maka ketika mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, merek berkata, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.’ (Bukan!) Tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih’.” (Al-Ahqaf: 24).
Inilah permulaan siksa yang turun menimpa. Sebelumnya, mereka tertimpa kemarau panjang. Mereka kemudian meminta hujan. Mereka melihat awan di langit yang mereka kira hujan rahmat, ternyata hujan azab. Karena itu Allah SWT berfirman, “(Bukan!) Tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya,” yaitu terjadinya azab yang kalian minta untuk disegerakan, seperti yang mereka katakan, “Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah engkau ancamkan kepada kami jika negkau termasuk orang yang benar.” (Al-Ahqaf: 22). Juga yang tertera dalam surah Al-A’raf.
Para mufassir dan lainnya menyebutkan kisah terkait hal ini, seperti yang disampaikan Imam Muhammad bin Ishaq bin Yasar, “Kala mereka enggan menerima apa pun selain tetap ingkar terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, Allah menahan hujan selama tiga tahun tidak kunjung turun hingga merasa kelaparan. Pada masa itu, ketika kekeringan menimpa, orang-orang memohon kepada Allah melalui perantara kesucian Baitullah agar kesulitan dihilangkan. Tradisi seperti ini biasa di masa itu.
Di sana pula keturunan Amliq tinggal. Mereka berasal dari keturunan Amliq bin Lawudh bin Sam bin Nuh. Pemimpin mereka kala itu adalah seseorang bernama Mu’awiyah bin Bakar. Ibunya berasal dari kaum Ad, namanya Jaladah binti Khaibari.’ Ibnu Ishaq meneruskan, ‘Kaum Ad kemudian mengirim utusan berjumlah sekitar 70 orang untuk meminta hujan di tanah Haram.
Di luar Mekkah, mereka berpapasan dengan Mu’awiyah bin Bakar. Mereka singgah di tempatnya dan bertahan di sana selama sebulan. Mu’awiyah memberi mereka khamr, dan mereka dihibur oleh dua biduan budak wanita milik Mu’awiyah. Mereka bertahan selama sebulan. Namun ketika mereka terlalu lama bertamu di tempat Mu’awiyah hingga Mu’awiyah kasihan melihat kondisi kaumnya, namun malu untuk menyuruh mereka pergi, ia membuat bait-bait syair berisi permintaan untuk pergi. Mu’awiyah memerintahkan dua biduan budak miliknya untuk menyanyikan bait-bait syair tersebut;
Sampaikanlah, “Hai orang yang perlu dikasihani!
Berdirilah lalu memohonlah
Mudah-mudahan Allah memberi kita awan hujan
Lalu menghujani bumi Ad
Sungguh mereka, kini tak lagi bisa berbicara dengan jelas
Karena amat dahaga, hingga bukan lagi…
Orang tua renta atupun anak kecil yang kami harapkan
Dulu, kaum wanita Ad baik-baik saja
Namun kini mereka tak lagi memiliki pasangan
Binatang-binatang buas datang menghampiri terang-terangan
Tanpa merasa takut serangan anak panah orang Ad
Siang dan malam secara utuh
Maka seburuk-buruk utusan suatu kaum adalah kalian ini
Tidak ada ucapan penghormatan ataupun salam bagi kalian
Saat itulah mereka baru menyadari tujuan kepergian mereka. Mereka langsung bergerak menuju tanah Haram dan berdoa, menurut salah satu sumber namanya adalah Qail bin Unz. Allah kemudian mengumpulkan tiga awan; awan putih, merah dan hitam. Setelah itu, ada yang menyerukan dari langit, ‘Pilihlah awan yang mana untukmu atau untuk kaummu.’ Ia berkata, ‘Aku memilih awan hitam, karena paling banyak mengandung air.’ Lalu ada yang menyerukan, ‘Kau telah memilih abu yang membinasakan, tidak menyisakan seorang pun di antara kaum Ad, tidak meninggalkan ayah ataupun anak, semuanya mati kecuali Bani Laudziyah Al-Hamida.’ Ibnu Ishaq menjelaskan, ‘Bani Ludziyah adalah keturunan Ad yang bermukim di Mekkah. Mereka tidak tertimpa siksa yang menimpa kaum mereka. Keturunan Ad yang tersisa adalah kaum Ad terakhir’.” [Syahida.com]
– Bersambung…
Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq