Syahida.com – Iblis berkata, “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al A’raf: 16-17).
Semua ditempuh demi satu ambisi yaitu mencari sebanyak-banyaknya teman di neraka kelak. Strategi yang ditempuh pun bisa berbeda-beda untuk tiap orang namun tujuan akhir tetaplah sama. Untuk pemimpin dan penjabat digunakanlah umpan korupsi dan khianat. Untuk ulama, da’i, penceramah, dipakai muslihat ujub, bangga diri, sombong, serta memanfaatkan keluguan umat untuk mengambil manfaat duniawi. Semua itu tentu saja sebelumnya telah ditanamkan penyakit Wahn, yaitu cinta dunia, takut mati, yang menjadikan materialisme dan hedonisme sebagai gaya hidup.
Sedangkan untuk orang-orang yang rajin beribadah jangan dikira setan berhenti dan frustasi, setan masih bisa masuk dengan cara merusak amal ibadah tersebut, bisa dari awal sebelum ibadah dimulai dilanjutkan ketika ibadah berlangsung dan setelah ibadah itu ditunaikan. Sebagai contoh, hilangnya konsentrasi ketika shalat merupakan fenomena yang sering menimpa kita. Secara fisk tampak sedang melaksanakan shalat, tapi pikiran menerang kemana-mana. Sehingga sering kali lupa bacaan atau gerakan shalat.
Setan menggoda manusia itu tidak saja. Di klub malam atau diskotik termasuk ketika kita di masjid sedang bermunajat dan tentunya shalat yang menjadi kewajiban seorang muslim pun tak luput dari bidikan setan. Apa sajakah bentuk gangguan setan dalam shalat?
Shalat menjadi incaran utama setan karena shalat merupakan tiang agama. Shalat merupakan rukun Islam kedua sekaligus sebagai pembuktian pernyataan tauhid Laa ilaaha illallah Muhammadur rasulullah. Seorang mukmin yang mengerjakan shalat dengan sempurna akan menjadi momok menakutkan bagi setan sebab shalat akan menjadi pangkal dari segala kebaikan dan menjauhkannya dari perbuatan keji dan mungkar.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45).
Abul Aliyah seorang ulama Tabi’in mengatakan bahwa shalat mengandung tiga unsur, yaitu ikhlas, khusyu, dzikir kepada Allah. Jika salah satu unsur ini hilang maka tidak layak disebut shalat. Ikhlas menjadikan seseorang tunduk kepada kebaikan, sedangkan khusyu menjadikannya menjauhi yang mungkar dan dzikirrullah menjadi pedomannya mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah.
Melihat begitu pentingnya ibadah dikalkulasi pada hari Kiamat kelak karena ia merupakan barometer dari amal ibadah lainnya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Yang pertama kali ditanyakan seorang hamba pada hari kiamat adalah perhatian kepada shalatnya. Jika shalatnya baik, dia akan beruntung, dan jika shalatnya rusak, dia akan gagal dan merugi.” (HR. Ath Thabrani)
Shalat juga merupakan amalan yang terakhir hilang dari umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Selama masih ada orang yang shalat artinya eksistensi umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam masih terjaga. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Tali-tali Islam akan lepas sehelai demi sehelai. Setiap kali sehelai itu lepas, umat manusia akan berpegangan pada tali berikutnya. Yang pertama kali terlepas adalah hukum dan yang paling terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad)
Melihat keutamaan shalat tersebut maka tidak mengeherankan jika setan berupaya keras untuk merusak shalat kita dan membuat orang beriman lemah karena shalat yang tidak berkualitas. Dalam melihat interaksi manusia terhadap shalat, Ibnu Qayyim membagi manusia ke dalam lima tingkatan.
Pertama, mereka yang lalai dan zalim terhadap dirinya sendiri. Mereka adalah orang-orang yang mengerjakan shalat tapi dengan banyak kekurangan, tidak memenuhi syarat dan rukunnya secara sempurna, wudhu yang tergesa-gesa, suka menunda-nunda shalat bahkan sampai melewati waktu yang telah ditentukan.
Tingkatan selanjutnya adalah mereka yang mengerjakan shalat yang memenuhi syarat dan rukunnya tapi tidak dengan jiwa dan ruhnya. Kelompok ini mengerjakan shalat hanya sebatas aktifitas fisik semata, mereka gagal melawan pengaruh setan yang mempengaruhi pikiran dan jiwa mereka dalam shalat.
Tingkatan ketiga adalah mereka yang shalat dengan memenuhi segala syarat dan rukunnya dengan baik, disamping itu mereka juga berupaya melawan bisikan setan yang mencoba memalingkan hatinya dari shalat.
Sedangkan keempat adalah mereka yang menunaikan seluruh hak shalatnya dengan benar, seluruh pikiran dan konsentrasinya tertuju kepada shalat dan tingkat yang paling tinggi adalah mereka yang mendirikan shalat dengan menghadirkan hatinya di hadapan Allah, seakan-akan ia melihat Allah dengan mata hatinya, ia merasa diawasi oleh Allah SWT, hatinya pun dipenuhi rasa cinta kepada-Nya, semua bisikan setan dan hawa nafsu telah hilang dan sirna darinya. Dinding pembatas atas dirinya dan Rabb-Nya telah diangkat ketika shalat. Shalat orang seperti ini jauh lebih agung dan lebih baik dari segala yang ada di antara langit dan bumi.
Adzan memiliki makna yang luar biasa, mulai dari ungkapan akan kebesaran Allah kemudian syahadat kepada Allah dan Rasulnya hingga ajakan untuk shalat dan kemenangan. Maka tak heran begitu mendengar suara adzan, setan akan lari ketakutan. Akan tetapi begitu selesai adzan dan iqomat, ia akan kembali untuk menggoda dan mengganggu orang yang sedang shalat sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam,
“Apabila dikumandangkan adzan shalat, setan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara adzan tersebut. Apabila muadzin telah selesai adzan ia kembali lagi. Dan jika iqamat dikumandangkan ia berlari. Apabila telah selesai iqamat, ia kembali lagi. Ia akan selalu bersama orang yang shalat seraya berkata kepadanya, ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat! Sehingga orang tersebut tidak tahu berapa rakaat ia shalat”. (HR. Bukhari).
Dipalingkan Niatnya dan Menunda-Nunda Shalat
Gangguan setan terhadap orang yang shalat sesungguhnya telah dimulai saat ia akan berniat shalat. Setan akan berusaha membuatnya menunda shalat sehingga akan luput keutamaan shalat di awal waktu. Bukan hanya itu, setan juga akan mencari celah untuk memalingkan niatnya, yang tadinya karena Allah menjadi karena calon mertua, atau cari perhatian atasan, atau supaya dianggap orang shaleh dan lainnya sebagainya yang telah tercemar riya dan sum’ah.
Was-Was Wudhu
Perasaan was-was dan keraguan adalah salah satu senjata setan dan senjata ini diantaranya digunakan saat seseorang ingin berwudhu untuk shalat. Salah satu syarat syahnya shalat adalah suci dari hadas kecil dan besar. Gangguan setan pada wudhu biasanya muncul dalam bentuk keraguan. Apakah sudah semua anggota wudhu sudah saya cuci, apakah ada bagian yang belum kena, sehingga diulang-lagi diulang-lagi sampai lebih dari tiga kali. Sehingga bukannya mendapatkan keutamaan sunnah yang ada malah mubazir. Atau kadang ada kalanya gangguan tersebut muncul dalam bentuk meremehkan amalan wudhu, sehingga wudhu hanya dilakukan sambil lalu dan tergesa-gesa. Seringkali bagian-bagian tubuh tidak dibasuh dengan sempurna. Membasuh muka tidak sampai batas muka, membasuh tangan tidak sampai membasahi siku, atau membasahi mata kaki kurang dari mata kaki. Kegagalan dalam menyempurnakan wudhu merupakan salah satu dari target setan dalam merusak shalat seorang mukmin.
Merusak Niat Takbiratul Ikhram
Gangguan setan berlanjut ketika seseorang memasuki shalat, setelah sebelumnya setan mencoba mempengaruhi niatnya target berikutnya adalah merusak takbiratul ihram, setan membisikkan keraguan dalam hatinya sehingga ia merasa khawatir, apakah takhbiratul ikhram yang dilakukannya itu sudah syah atau belum?
“Apabila salah seorang dari kalian bimbang atas apa yang dirasakan di perutnya apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak, maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin telah mendengar suara atau mencium baunya.” (HR. Muslim)
Para ulama mengatakan inti dari hadist adalah keyakinan yang pasti sehingga menghilangkan was-was dan keraguan. Sehubungan dengan perasaan was-was ini, Ibnu Qayyim berkata, termasuk tipu daya daya setan yang banyak mengganggu mereka adalah was-was dalam berwudhu dan niat atau saat takhbiratul ikhram dalam shalat. Was-was itu membuat mereka tersiksa dan tidak nyaman.
Ingat Hal Lain Diluar Sholat, Lupa Rakaat dan Bacaan
Bentuk gangguan setan yang lain terhadap orang yang shalat adalah dengan menimbulkan pikiran-pikiran tentang urusan lain di luar shalat, entah tentang barangnya yang hilang, kegiatannya tadi sebelum shalat, kadang bukan hanya bacaan shalat yang lupa tapi juga lupa jumlah rakaat yang sedang ia kerjakan. Ia tidak tahu berada di rakaat ke berapa dan berapa rakaat lagi yang harus diselesaikan. Solusi dari kondisi jika seorang mukmin ditimpa gangguan setan seperti ini adalah melakukan sujud syahwi, merupakan sujud yang dilakukan ketika seseorang lupa jumlah rakaat atau lupa rukun dan wajib shalat. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Jika salah seorang dari kalian shalat, setan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa rakaat yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan gangguan yang menyebabkan lupa bacaan maka segera membaca ta’awudz atau A’uudzu billaahi minas-syaitaanirrajiim kemudian meludah ke kiri tiga kali. Hal ini pernah dialami oleh salah sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mengadukan hal tersebut kepadanya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda,
“Itulah setan yang disebut dengan khinzib. Apabila kamu merasakan kehadirannya, maka meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah. Aku pun melakukan hal itu dan Allah SWT menghilangkan gangguan itu dariku.” (HR. Muslim)
Teburu-Buru
Shalat yang dilakukan dengan terburu-buru akan kehilangan tuma’ninah atau ketenangan yang merupakan salah satu dari rukun shalat. Dan hilangnya salah satu rukun akan mengakibatkan shalat yang dilakukan akan sia-sia. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mendapatkan orang yang shalat dengan cara seperti ini. Rasul Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian memerintahkannya untuk mengulangi lagi shalatnya sampai kemudian bacaan dan gerakannya dilakukan dengan sempurna.
Shalat yang dilakukan dengan penuh ketenangan dan kekhusyuan akan memberikan manfaat yang sangat banyak bagi seorang hamba baik rohani mapun jasmani. Tentang ketenangan dalam shalat ini, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Apabila kamu shalat, bertakbirlah, lalu bacalah dari Al-Qur’an yang mudah bagimu, lalu ruku’ sampai kamu benar-benar ruku’, lalu bangkitlah dari ruku’ sampai kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud dan lakukanlah hal itu dalam setiap rakaat shalatmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Shalat adalah ibadah khusus yang terdiri dari bacaan dan gerakkan tertentu, ketika shalat seseorang dilarang melakukan kegiatan lain diluar gerakan dan bacaan shalat, seperti menggerakkan tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya yang bukan gerakkan shalat atau menoleh ke kanan ke kiri atau mendongak ke atas. Semua gerakkan tersebut dalam merusak bahkan membatalkan shalat. Oleh sebab itu setan berupaya keras untuk menggoda dan mengganggu orang yang sedang shalat sehingga sibuk dengan pakaiannya atau sibuk mengamati dinding atau langit ruangan tempat ia shalat.
Pada masa sahabat ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud, ia membolak balikannya. Melihat hal itu maka Ibnu Umar segera menegurnya selepas shalat, “Jangan bermain kerikil ketika shalat karena perbuatan tersebut berasal dari setan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam”. Orang tersebut bertanya, ‘Apa yang dilakukannya?’. Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. “Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Ucap Ibnu Umar.
Terkadang dengan sadar atau tidak, perhatian kita ketika shalat terpalingkan dengan menoleh ke kiri atau ke kanan, itulah salah satu akibat dari gangguan setan. Karena itu setelah takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik, yaitu tempat sujud sehingga perhatian kita menjadi fokus tidak mudah dicuri oleh setan.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang hukum menoleh ketika shalat”. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Itu adalah curian setan atas shalat seorang hamba”. (HR. Bukhari).
Menguap dan Bersin
Mengantuk dan menguap juga merupakan bagian dari gangguan setan terhadap orang yang shalat. Menguap bukanlah gerakan shalat shingga selama shalat orang tersebut sibuk menahan kantuknya dengan menguap sebisa mungkin ditahan ketika shalat sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam,
“Adapun menguap itu datangnya dari setan, maka hendaklah seseorang mencegahnya selagi bisa. Apabila ia berkata ha…berarti setan tertawa dalam mulutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain menguap, bersin juga menjadi pintu masuk setan untuk merusak shalat kita. Bersin memang pertanda adanya gangguan kesehatan tapi setan juga mempergunakannya untuk mengganggu shalat. Sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abdullah bin Mas’ud mengatakan menguap dan bersin dalam shalat itu dari setan. Ibnu Hajar mengomentari perkataan Abdullah bin Mas’ud, bersin yang tidak disenangi oleh Allah adalah yang terjadi dalam shalat, berbeda dengan yang diluar shalat. Hal itu tidak lain karena setan memang ingin mengganggu shalat seseorang dengan berbagai cara.
Enggan Menambah Ilmu Tentang Sholat
Godaan setan lain ketika shalat adalah merasa cukup dengan apa yang diketahui, enggan untuk belajar menambah ilmu demi kesempurnaan shalat padahal pengetahuan yang dimiliki masih jauh dari cukup. Sebaliknya, jika berkaitan dengan pekerjaan atau karir sangat bersemangat belajar dan ikut pelatihan kesana dan kemari.
Shalat adalah rukun Islam kedua. Mempelajari segala hal yang terkait dengan keabsahan dan kesempurnaan shalat, hukumnya adalah wajib. Jangan sampai kita enggan dan malas untuk menambah ilmu tentang shalat yang akan menjamin keselamatan kita di dunia dan di akhirat.
Cara Menghadapi Tipu Daya Setan
Untuk menjauhkan diri dari gangguan setan, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Mengetahui bentuk tipu daya setan yang menjerumuskan manusia dalam dosa, seperti menanamkan rasa takut dalam hati orang beriman, memanipulasi akal manusia, menjadikan manusia cinta dunia. Dengan memahami dan mengetahui tipu daya setan, menjadikan kita jadi lebih waspada.
Berikutnya mempersiapkan diri dengan baik ketika kita akan shalat. Persiapan meliputi persiapan pengetahuan tentang shalat, mulai dari syarat wajib shalat, rukun-rukunnya, bacaan dan gerakan shalat yang benar. Termasuk di dalamnya adalah wudhu, karena wudhu merupakan pintu gerbang menuju shalat. Syah atau tidaknya shalat bergantung pada syah atau tidaknya wudhu. Dengan adanya pengetahuan yang benar, maka akan membawa pada amal yang benar. Kemudian menjaga keikhlasan. Ikhlas merupakan senjata ampuh seorang mukmin yang paling ditakuti setan. Hal ini diakui sendiri oleh Iblis seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tuangkan dalam firman-Nya,
“Iblis berkata: ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Al-Hijr: 39-40).
Dan tentu saja adalah berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari godaan setan yang terkutuk. Setan begitu dekat dengan kita, ia mampu mellihat kita, mampu menggoda dan memberikan bisikkan jahat kepada kita.
Satu-satunya cara yang paling ampuh adalah dengan meminta perlindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua tipu daya dan kekuatan setan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah lemah.
Setan selalu berupaya untuk menyesatkan manusia. Ketika seseorang dalam dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tak luput dari gangguan setan. Oleh sebab itu, marilah kita perkuat niat kita gara tidak bisa diganggu oleh setan. Dan jangan lupa selalu meminta perlindunga kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala tipu daya setan. Semoga shalat kita menjadi semakin berkualitas dan kita dijauhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari godaan setan yang terkutuk, baik ketika shalat maupun diluar shalat. [Syahida.com]