Oleh : Nouman Ali Khan *)
Syahida.com – Kita lanjutkan kembali pembahasan kita tentang mengapa muslim harus belajar Bahasa Arab.
Derajat Orang Yang Ahli dan Yang Kesulitan Mempelajari Al Qur’an
Sekarang saya ceritakan hadits yang positif, yang saya janji akan selesaikan ceritanya dalam 11 menit ke depan. Mungkin ini adalah hadits favorit saya jika dikaitkan dengan belajar Bahasa Arab. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang ahli dalam Al-Qur’an akan berada bersama malaikat yang mulia.” Malaikat yang paling mulia, yang derajatnya paling tinggi, yang sanggup menyentuh lauful mahfudz. Siapa yang akan bersama mereka? Masih ingat? Orang yang Ahli dalam Al-Qur’an. Yang ahli membaca, yang ahli dalam pengetahuan Al-Qur’an, yang ahli menghafal Al-Qur’an, yang ahli tajwid dan lain-lain, akan mencapai derajat itu. Tapi itu bukan kita, kita kan bukan orang yang ahli. Lalu bagaimana dengan kita? Rasulullah bersabda: “Orang-orang yang terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an, ia bersusah payah mempelajarinya. Ia terbata-terbata.” Ia tidak bisa mengucapkan huruf ‘Ain’ melalui tenggorokannya. Setiap ia coba ucapkan, yang diucapkan adalah huruf ‘En’. Setiap mengucap ‘dod’, yang terucap justru ‘zod’. Sering terjadi yang seperti itu. Harusnya mengucapkan ‘dzikir’ tapi malah ‘dziker’. Tidak bisa mengucapkannya, sulit juga memahami tata Bahasa Arab, menemui kesulitan dalam belajar Bahasa Arab, ia hadapi banyak tantangan. Ini kategori yang kedua. Kategori yang pertama tadi adalah orang yang Ahli. Kategori yang kedua adalah orang yang kesulitan mempelajarinya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Orang itu mendapat pahala dua kali lipat dari kategori yang pertama.” Orang yang mengalami kesulitan.
Kebanyakan orang bilang: “Bahasa Arab itu sulit, sudah dicoba tapi emang sulit.” Jika itu terasa sulit, maka saya iri kepada anda. Saya harus cemburu pada anda, karena anda mendapat dua kali lipat dari pada orang yang Ahli. Apakah ada alasan lagi untuk tidak mempelajari al-Qur’an? Satu-satunya alasan adalah rasa sulit, tapi alasan yang itu pun ‘dihilangkan’ oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kalau kamu sulit, kamu dapat dua kali lipat pahalanya. Maka tidak ada alasan lagi. Kalau kamu yang kuliah dan mengambil mata kuliah yang dosennya sulit, membosankan, lalu kamu bilang, “Ah sudah deh, di ulang saja semester depan lah.” Kalau terasa sulit, kamu cari-cari alasan untuk menundanya. Kalau kitab nya Allah yang dirasa sulit, justru itulah alasannya kamu harus tetap belajar. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam merubah cara kita bersikap. Ini suatu tujuan bentuk penyegaran atas tujuan kita belajar. Bila tujuannya baik, maka Allah akan membukakan pintu untukmu. Kamu cukup perbaiki tujuanmu, itu saja. Kamu akan lihat Allah akan membuka pintu.
Hasrat karena Allah, yang Membuat Ingin Belajar
Kamu bisa berdebat teoritis, apakah Bahasa Arab itu penting atau tidak. Saya buktikan kalau Bahasa Arab itu penting. Tapi kalau kecintaan pada Al-Qur’an dan keinginan untuk mempelajarinya belum menyentuh hatimu. Bila itu terjadi, maka pengetahuan, dalil atau fatwa apapun tidak akan dapat membantumu. Kamu harus berhasrat kalau kamu ingin sholatmu lebih baik. Kamu ingin tangisan ketika membaca Al-Qur’an karena kamu paham perkataan Allah. Hasrat seperti itu yang membuatmu mau belajar. Saya ingin merasakan mukjizat Al-Qur’an dalam bahasa Rabb. Apa sih yang membuat bahasa luar biasa. Melalui bahasa ini perkataan Allah diwahyukan. Mengapa Allah pilih bahasa ini untuk kata-katanya.
Insha Allah jika Allah berkehendak mempertemukan kita kembali, saya akan tunjukan keajaiban dari kata ‘Alhamdulillah’ di surat al-Fatihah. ‘Alhamdulillahi raabil alamin.’ Kenapa Allah tidak menyebut ‘Innalhamdalillah’ saja, kalimat yang biasa dibacakan oleh Khotib. Dia tidak menyebut ‘Lillahilmahd’ tapi ‘Alhamdulillah’. Dia tidak menyebut Ihmadullah, Nahmadullah, benar kan? Allah secara spesifik benar-benar memilih kata ‘Alhamdulillah’. Mengapa kata yang satu ini lebih baik dari pada kata-kata yang lainnya? Apa yang membuatnya sempurna? Ini adalah satu bentuk kajian, dimana kamu menghargai kesempurnaan dari setiap kata dari Allah. Bagaimana kamu yakin kata ini datang dari Allah, tidak mungkin diciptakan oleh orang lain. Diantara anda mungkin ada yang merupakan siswa dari jurusan sastra Inggris atau sejarah yang banyak baca kajian sastra. Subhanallah, kamu akan hargai Al-Qur’an ini lebih dari sastra apapun. Semua sastra dari manapun tidak akan bisa menandingi keindahan satu surat dalam al-Qur’an. Kamu akan hargai, ini bukan cuma teori tapi kenyataan. Jika kamu menjadi murid yang mempelajari kitab ini, insha Allah.
Cara Belajar Bahasa Arab
Saya mau jelaskan bagaimana cara belajar Bahasa Arab. Langkah terbesar untuk belajar bahasa Arab adalah Tujuanmu. Saya ingin mengingat Allah, itulah mengapa saya belajar. Bukan karena ingin memesan makanan di restoran Arab. Saya belajar karena ingin mengingat Allah. Jika itu tujuanmu, tugasmu sudah selesai. Karena Allah-lah yang kemudian akan memudahkan.
Masalah yang kedua, bahan kedua yang kamu butuhkan. Program kami ini tercipta karena sebuah ayat yang kami pikirkan, bahwa Allah memfasilitasi Al-Qur’an. Saya mulai belajar Bahasa Arab di tahun 2000. Sebelum tahun 2000 saya tak paham Bahasa Arab. Saya mulai belajar dari satu guru yang satu ke guru yang lain, dan ketika itu saya merasa Bahasa Arab itu sulit. Istilah-istilahnya sulit, kamu dituntut banyak menghafal, dan banyak tekanannya. Dan saya sadari perbedaan gaya mengajar orang timur dengan gaya mengajar orang barat. Yang paling terlihat, di kalangan orang muslim, tidak ada istilah guru yang buruk. Yang ada hanya murid yang buruk. Maka, kalau muridnya gagal, itu bukan salah gurunya, tapi itu kesalahan muridnya sendiri. Bahkan kalau gurunya tidur di kelas, tetapi muridnya lah yang salah. Tidak ada istilah guru yang buruk.
Tapi di Amerika, tidak ada istilah murid yang buruk. Pokoknya gurunya yang salah. “Ah…profesor saya gak bisa jelasin apa-apa, dia gak bikin soal tesnya dengan benar.” “Saya cek myprofessor.com dia cuma bintang 3”. Kamu paham kan maksud saya? Ini 2 dunia yang berbeda. Di dunia yang satu, guru tidak boleh dikritisi tapi di dunia lain guru selalu dikritisi. Tapi kita tinggal di Amerika, dan kita hidup di tengah masyarakat konsumen. Di masyarakat konsumen, pelanggan itu selalu benar. Siapa yang bayar sekolah? Murid kan. Murid selalu benar. Siapa yang bakal dipecat dari univesitas? Dosen yang mendapat review buruk. Pelanggan selalu benar, meski terlihat agak aneh dan kapitalis, terdapat beberapa kebenaran di dalamnya. Kamu meluangkan waktu, lalu saya bicara secara monoton dan logat bahasa saya terlalu kental. Saya benar-benar membosankan bagi anda, kamu mulai akan melihat murid akan sering melihat jam. Dan mulai membuat kontak dengan satu sama lain. Kamu keluar duluan, nanti saya menyusul.
Kamu meluangkan waktumu, karena kamu merasa mungkin ada yang berharga dari sini. Jika ada syekh yang berceramah dan isinya bagus, maka kamu akan terus duduk disitu. Tapi kalau membosankan, kamu mulai pergi. Atau awalnya kamu duduk tegap, lalu sikumu mulai turun, lalu sikumu terus menjauh dan tertidur. Tapi intinya, program kami didesain tidak melihat kesalahan dari yang belajar. Tapi menunjukkan inilah kita, memang seperti inilah kita. Maka kita harus menciptakan program, yang membuat murid tetap bangun memperhatikan. Murid merasa kelasnya tidaklah sulit, tapi mudah. Maka, tekanannya bukanlah di murid, tapi tekanannya ada di guru.
Ini yang paling membedakan program Bahasa Arab kami dengan program Bahasa Arab yang lain. Di program yang lain, gurunya akan berkata: “Ini PR mu, saya sudah ajarkan materinya, kenapa kamu tidak paham? Ada apa denganmu? Apa tadi saya gak jelaskan dengan benar? Apa perlu diulang?”. Tapi di kelas kami: “Kamu gak ngerti? Oke saya jelaskan dengan cara lain. Kamu masih belum mengerti? Oke saya kasih cara lain lagi. Masih gak ngerti juga? Oke setelah kelas ini saya akan ajarkan khusus buat kamu, tapi saya harus pastikan kamu paham. Kamu tidak boleh pulang sampai kamu paham.” Karena tekanannya bukan ada di murid, tapi ada di gurunya. Ini hal pertama yang membuat program kami berbeda.
Hal kedua yang membuat kami berbeda adalah ada di perbedaan fokusnya. Bahasa punya 4 kemampuan: membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan. Ketika kamu belajar Bahasa Arab dengan niat Agama; supaya sholatnya lebih baik, untuk memahami khutbah berbahasa Arab dan lain-lain. Maka kamu tidak peduli dengan kemampuan berbicara. Ini tidaklah penting untukmu. Kalau kamu belajar kemampuan berbicara, kamu mau berbicara dengan siapa? Istrimu? Dia akan bilang: “Biarkan saya sendiri”, kalau kamu ngomong pake Bahasa Arab. Kamu ngomong dengan temanmu yang orang Arab, kamu terdengar lucu dan ia akan respon pakai Bahasa Inggris. Maka kesempatan untuk berbicara pakai Bahasa Arab itu terbatas. Kalau kamu pakai di tempat kerja kamu bisa dipecat.
Kamu tidak bisa gunakan di dalam kereta, karena kamu tahu apa yang akan terjadi. Kesempatan untuk berbicara dalam Bahasa Arab sangat terbatas, karena kita tinggal di Amerika. Tapi jika saya ajarkan kamu untuk paham Al-Qur’an, untuk mendengar dan membaca dengan pemahaman. Tapi saya tidak mengajarkan kamu caranya menulis. Apa kamu perlu bisa menulis untuk memahami Al-Qur’an? Tidak. Kita bisa pelajari itu nanti. Saya ajari dulu apa yang benar-benar kamu butuhkan sekarang. Saya ajari kamu paham dulu. Saya ajari supaya kamu mendengarkan dengan baik dulu. Lupakan dulu kemampuan berbicara, kita akan pelajari nanti.
Jika kamu mau belajar Arab lebih lanjut, saya akan ajarkan kemampuan berbicara juga. Tapi sekarang saya paham apa yang kamu butuhkan. Yang kita butuhkan adalah supaya kita bisa memperhatikan ketika sholat. Saya bisa berikan itu dalam 10 hari. Setelah 10 hari itu, kamu akan mulai memperhatikan ketika Imam membaca, kamu memperhatikan dan kamu amati sesuatu, mulai terasa masuk akal. Lebih baik dari sebelumnya. Saya tidak bilang kamu akan paham bahasa Arab dalam 10 hari, itu salah. Itu tidak akan terjadi. Tapi saya yakin saya katakan, insha Allah kamu akan memiliki dasar yang kuat dalam Bahasa Arab.
Setelah itu, bila kamu belajar sendiri akan jadi lebih mudah, buku-buku yang tadinya kamu simpan, akan jadi mudah untuk kamu baca. Tugas saya adalah menjelaskan bagian yang sulit menjadi mudah bagimu. Kemudian kalau kamu mau berkembang harus belajar sendiri, nah itu tugasmu. Tapi saya jamin tugas yang menjadi tanggung jawab saya.
Saya jelaskan sedikit tentang programnya, karena waktu saya sudah habis. Program kami dinamai bayyinah.com dan sudah dimulai dari 2 tahun yang lalu (ceramah ini di tahun 2009). Dibawakan oleh saya dan 2 rekan. Sekarang kami terdiri dari 5 orang. Kami sudah berkeliling di masjid-masjid di negara ini dan kami menangani 10 kelas, 10 malam, 3 jam setiap harinya, jam 7-10 malam, selama 10 malam. Dan program kami dihadiri oleh wanita, anak-anak, pria, semua orang. Program kami Alhamdulillah terdapat 42 komunitas yang terdiri dari 4000 murid.
Saya amat mengajak kalian semua di sini dan anggota keluarga yang tidak hadir di sini untuk menghadiri dan benar-benar berpartisipasi penuh di dalamnya. Karena sekarang daftar komunitasnya semakin membesar. Maka sulit untuk membawakan program yang sama di kota yang sama dalam waktu dekat. Maka saya tidak tahu kapan akan diadakan lagi. Kunjungi www.bayyinah.tv untuk kursus bahasa Arab online dengan Ustad Nouman Ali Khan. Saya sudah bahas banyak betapa pentingnya mempelajari hal ini. Jika yang tadi sudah ada di hatimu, maka kamu akan menemukan jalan kemudahan yang dibukakan oleh Allah. [Syahida.com]
TAMAT
*) Nouman Ali Khan adalah ulama Muslim muda. Di Amerika, ia adalah tokoh Islam yang populer. Ali Khan banyak memberikan ceramah di internet. Ia CEO dan pendiri Bayyinah, sebuah lembaga pendidikan Islam di Amerika Serikat. Ia bersekolah di Riyadh, Arab Saudi dan dilanjutkan di Pakistan. Dia mengajar bahasa Arab klasik modern dengan lebih dari 10.000 siswa nasional. Dia juga sering berbicara di Islamic Circle of North America Conventions tentang Islam, keluarga, dan topik kehidupan lainnya. Meskipun ia berasal dari keluarga Muslim, namun ia pernah menjadi seorang atheis. Ceramahnya banyak tersebar di Youtube, iTunes podcast.
Sumber : Youtube/Mengapa Muslim Harus Belajar Bahasa Arab?