Syahida.com – Siapapun yang hendak membentuk sebuah organisasi, tentu mereka memiliki tujuan yang jelas. Tujuan tersebut dijabarkan dalam rencana capaian yang sering disebut visi dan misi. Tidak mungkin organisasi didirikan begitu saja dan dapat berjalan dengan baik, sementara visi dan misinya tidak ada. Dengan visi dan misi, sebuah organisasi akan mampu menjalankan fungsinya guna mewujudkan tujuan yang hendak dicapai bersama. Tanpa visi dan misi, organisasi tak ubahnya hanya seperti sekerumunan orang yang berkumpul bersama.
Secara sederhana, visi dapat dikatakan sebagai tujuan akhir atau tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Adapun misi merupakan tujuan-antara atau tujuan jangka pendek yang berusaha memberikan jalan dalam rangka mempermudah pencapaian visi.
Rumah tangga atau bisa juga disebut keluarga, sebuah prototipe dari bentuk organisasi. Ia dibentuk setidaknya oleh dua orang, yang satu berperan sebagai suami dan lainnya sebagai istri. Tak berbeda dengan sebuah organisasi, keluarga juga dituntut untuk memiliki visi dan misi. Ia bukan sekedar sebuah rumah dengan beberapa penghuni yang “kebetulan” ada dalam waktu, tempat dan keadaan waktu yang sama. Lebih dai itu, keluarga adalah sebuah bahtera yang terdiri dari suami, istri dan (umumnya ada) anak yang memiliki tujuan bersama dalam bingkai ikatan cinta, kasih dan sayang.
Ada sebuah pertanyaan yang ingin saya hadirkan. Mestinya, pertanyaan ini harus didapatkan jawabannya oleh para suami, bahkan seharusnya sebelum mereka menikah. Sebab bagaimanapun, perubahan status dari bujangan menjadi seorang suami juga merupakan perubahan tanggung jawab, hak dan kewajiban. Pertanyaannya begitu sederhana, “Apa yang harus engkau lakukan setelah engkau menjadi suami?”
Apapun jawaban yang engkau berikan, ia akan memberikan arah dan tujuan kehidupan rumah tanggamu. Ternyata, tidak sedikit laki-laki yang menikah dan kemudian memiliki keturunan, tetapi ia tidak mengetahui tanggung jawab, hak dan kewajibannya sebagai seorang suami atau ayah. Seolah menikahi seorang perempuan hanya sekedar pelampiasan hasrat seksualnya, sedang mempunyai anak adalah resikonya. Ironis memang jika keadaannya demikian, menikah tetapi ia tidak mengetahui tanggung jawab, hak dan kewajibannya sebagai seorang suami atau ayah. Seolah menikahi seorang perempuan hanya sekedar pelampiasan hasrat seksualnya, sedang mempunyai anak adalah resikonya. Ironisnya memang jika keadaannya demikian, menikah tetapi tidak mengetahui hakikat dari pernikahan.
Sebaliknya, ada pula orang-orang yang menikah dengan bermodalkan tekad dan niat yang benar. Pemahaman dan ilmu tentang bagaimana membentuk keluarga sakinah pun telah dikuasainya. Namun seiring waktu berjalan dan bahtera kian jauh melaju menghadapi badai yang makin menantang, mereka malah kehilangan keistiqamahan. Mereka yang semula sangat giat mencari ilmu agama, setelah menikah malah menjadi lemah pencariannya. Mereka malas hadir di majelis-majelis ilmu, bahkan sekedar membawa buku pun sangat terasa berat. Padahal tantangan ke depan semakin meningkat, tetapi keimanan tak semakin kuat. Alasannya sederhana, mereka sibuk mencari dunia. Waktu yang tersedia habis untuk kekayaan dunia, sampai lupa kepada kekayaan sesungguhnya, yaitu keimanan. Jangankan berbicara tentang visi dan misi bagi keluarga Islami, menyinggung masalah kewajiban dan tanggung jawabnya selaku kepala keluarga sudah membuat dirinya merasa alergi.
Suami selaku nahkoda dari bahtera yang bernama rumah tangga, ia dituntut untuk mampu merancang visi dan misi. Kemampuan mencanangkan bisi dan misi inilah yang nantinya akan membentuk karakter dari sebuah rumah tangga. Seperti apakah bentuk keluarga kita? Maklum, ada yang mengatakan “rumahku surgaku”. Tapi, tak sedikit mengatakan “rumahku seperti neraka”, atau hambar saja, tak ada rasa bahwa kita punya keluarga.
Secara umum, visi keluarga muslim adalah menggapai ridha Allah dalam rangka membangun keluarga sakinah mawadah wa rahmah (samara). Sebuah tujuan utama nan mulia yang ingin dicapai setiap muslim dalam membentuk sebuah keluarga. Dalam keluarga yang samara itulah kita kan melahirkan pribadi Islami untuk saat ini dan masa depan, sehingga akan melahirkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, serta terbebas dari siksa neraka, sebagaimana Allah perintahkan dalm At-Tahrim [66] ayat 6.
Bertakwa kepada Allah adalah awal dari segalanya. Semakin tebal ketakwaan, semakin tinggi kemampuannya merasakan keharmonisan dalam rumah tangganya. Untuk itu, visi utama yang harus dimiliki oleh keluarga muslim yang harmonis adalah Allah oriented. Ya, sebuah keluarga samara yang diridhai Allah dan terbebas dari siksa api neraka, adalah orientasi terbaik yang perlu dikedepankan menjadi visi setiap keluarga muslim.
Adapun misi berkeluarga adalah untuk beribadah kepada Allah, menjaga kesucian diri, dan merealisasikan amal bahwa berkeluarga adalah bagian dari sebuah gerakan menegakkan hukum Allah di muka bumi. Sehingga, pusat perhatiannya dalam berkeluarga adalah meningkatkan kualitas keimanan, ibadah, pengetahuan, mental, jasadiyah, dan sosialisasi setiap anggota keluarganya.
Visi dan misi bukan sekedar coretan di atas kertas. Suami istri tidak harus menuliskan secara rinci visi misi dalam rumah tangga di atas kertas. Hal terpenting adalah lebih ke pemahaman berdua bahwa tujuan berkeluarga merupakan amalan dunia akhirat. Jika ada ketidaksinkronan dalam perjalanan rumah tangga, hendaknya langsung dibicarakan. Langkah-langkah untuk menjadikan keluarga sebagai ladang amal perlu dijadikan sebagai motivasi dalam berkeluarga, sehingga masing-masing pihak tidak ada yang merasa terbebani. Kalaupun ada beban, setidaknya bisa dibagi bersama, sehingga beban tersebut lebih ringan.
Satu rumah tangga boleh jadi memiliki visi dan misi yang berbeda dengan rumah tangga lainnya. Semua itu bergantung latar belakang pemikiran dari pasangan yang ingin menjalani kehidupan rumah tangganya. Kebijakan suami sebagai pemimpin sebuah rumah tangga juga akan menjadi penentu dari visi dan misi sebuah keluarga. Meskipun berbeda, tetapi setiap rumah tangga muslim memiliki karakter visi dan misi yang sama, yaitu menjadikan keluarga yang produktif dalam beramal dan beribadah kepada Allah di setiap waktu. [Syahida.com]
Sumber: Kitab Asadullah Al-Faruq (24 Jam amalan agar Istri makin sayang)
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.