Syahida.com – Abu Abdullah Al-Qurthubi menerangkan bahwa kata Al-Masih mengandung dua pengertian, yaitu ‘yang benar’ dan ‘penyesatan pembohong besar’. Kata Al-Masih berarti ‘yang benar’ apabila disandarkan kepada nama Nabi Isa Alaihissalam, yaitu Al-Masih Isa as. Kata Al-Masih berarti ‘penyesatan’ apabila disandarkan kepada nama Dajjal, yaitu Al-Masih Dajjal. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan dua nama Al-Masih dengan arti yang berbeda saling berantagonis satu sama lainnya. Masing-masing kedua orang bergelar Al-Masih diberi kelebihan yang sangat luar biasa. Al-Masih Isa as, oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala diberi anugerah kelebihan mukjizat seperti dapat menyembuhkan penyakit buta, kusta dan dapat menghidupkan yang mata dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. Sedangkan Al-Masih Dajjal, oleh Allah diberikan kelebihan yang luar biasa sebagai fitnah atau ujian buat umat manusia seperti dapat menurunkan hujan, menumbuhkan tanaman-tanaman, mengeringkan air laut, dan keanehan-keanehan lainnya.
Kata Dajjal berarti Al-Kadzdzab yaitu Pembohong Besar, dinamakan demikian lantaran Dajjal suka menutup-nutupi kebenaran dengan kebatilan dan menyembunyikan kekafirannya di hadapan manusia dengan berbagai kebohongan.
Karakteristik Dajjal
Dajjal adalah keturunan Adam as. Kehadirannya di tengah-tengah umat manusia di akhir zaman nanti dapat dideteksi dan dirasakan oleh setiap individu orang beriman. Hal tersebut karena Dajjal memiliki karakteristik yang dapat dikenali oleh setiap mukmin sebagaimana yang telah digambarkan dan disebutkan ciri-cirinya di dalam hadist Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Di antara ciri-ciri karakteristik seorang Dajjal ialah ia adalah seorang pemuda berkulit merah, berperawakan gemuk pendek, berambut keriting, keningnya bening, mata sebelah kanannya buta, sedangkan kedua bola matanya tidak berbentuk cekung dan tidak pula cembung, selaput mata kirinya agak lebih tebal, tertulis di antara kedua matanya huruf-huruf… (kafir) dengan tulisan tanpa terputus. Setiap orang apabila menoleh kepada wajahnya, maka dapat melihat dengan jelas tulisan tersebut. Ia tidak memiliki keturunan karena telah ditakdirkan sebagai seorang laki-laki yang impoten.
Berikut ini adalah hadist-hadist shahih yang banyak menjelaskan gambaran karakteristik seorang Dajjal. Diriwayatkan Ibnu Umar radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Ketika dalam keadaan setengah sadar aku melakukan thawaf, aku melihat Isa bin Maryam ‘alaihissalam, kemudian aku melihat Dajjal dengan ciri-ciri: berperawakan gemuk, berkulit merah, berambut keriting, mata sebelah kanannya buta, bola matanya seperti buah anggur yang mengapung.” Para sahabat berkata: “Kalau begitu Dajjal ini seperti Ibnu Qathm yaitu seorang laki-laki dari kabilah Khuza’ah.” (HR. Bukhari).
Di dalam hadist lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sungguh Dajjal itu adalah seorang pemuda berambut keriting, matanya padam, sepertinya aku menilainya sama rupa dengan Abdul ‘Uza bin Qathn.” (HR. Muslim).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Adapun si pembohong besar yang menyesatkan itu bercirikan mata kanannya buta, keningnya bening.”
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara kedua matanya terdapat tulisan kafir.” (HR. Bukhari).
Dajjal Berada di Gua Persembunyian
Dahulu pada masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah diisukan bahwa di kota Madinah telah muncul seorang Dajjal yang sesungguhnya. Ia bernama Abdullah bin Shayyad, yang dikenal dengan panggilan Ibnu Shayyad. Ia salah seorang keturunan bangsa Yahudi Madinah yang konon telah masuk Islam. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Umarah, tokoh tabiin yang cukup terkenal.
Berbagai kefasikan yang telah diperbuat oleh Ibnu Shayyad ini telah menyebabkan sebagian dari para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganggapnya sebagai seorang Dajjal. Hal itu diragukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Para ulama pun sepakat berpendapat bahwa Ibnu Shayyad itu bukanlah Dajjal. Hal tersebut tentunya dengan alasan, karena Dajjal yang sering kali digambarkan di dalam hadist-hadist Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki karakteristik sebagai berikut: Dajjal adalah seorang kafir, tidak dapat memasuki kota Madinah dan Mekkah dan tidak mempunyai keturunan. Sedangkan Ibnu Shayyad adalah seorang muslim kendatipun ia fasik, dan ia berdomisili di Madinah, serta mempunyai keluarga dan keturunan.
Mengenai dimana sekarang keberadaan Dajjal yang sesungguhnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerangkan bahwa ia berada di salah satu gua persembunyian, di suatu pulau terpencil. Hingga kini ia masih tetap hidup berada disana dalam keadaan terbelenggu kedua tangan dan kakinya, sambil menunggu kapan saatnya diperbolehkan untuk keluar. Ia akan muncul keluar pada saat tanda-tanda kiamat besar tiba.
Secara panjang lebar, mengenai masalah Dajjal, hadist Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerangkan sebagai berikut:
Diriwayatkan bahwa Fatimah binti Qais (saudara kandung Dhahak bin Qais) salah seorang wanita muslimah dari generasi Islam pertama yang pernah ikut berhijrah ke Madinah berkata:
Dahulu tatkala telah selesai masa iddahku karena kasus perceraian dengan suamiku, tiba-tiba aku mendengar suara adzan mengumandang, aku segera menuju masjid untuk melakukan shalat jamaah bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika itu aku berada di barisan shaf khusus wanita. Setelah selesai shalat, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam naik ke atas mimbar seraya bersabda: “Seharusnya setiap Muslim itu memenuhi tempat shalatnya”, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan sabdanya, “Tahukah kalian mengapa aku mengumpulkan kalian?” Para sahabat menjawab: “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu” kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan sabdanya: “Demi Allah, sesungguhnya tidaklah aku ini menghimpun kalian disini untuk hanya sekadar menyampaikan berita gembira dan berita sengsara, akan tetapi lebih dari itu aku hendak memberikan informsi kepada kalian bahwa seorang Nasrani bernama Tamim ad-Daari telah datang kepadaku untuk berbai’at kepadaku dan menyatakan keislamannya. Mengenai masalah Dajjal, ia pernah bercerita kepadaku, yang menurutku semua isi ceritanya sesuai dengan apa yang terdapat di dalam hadistku. Ia menyatakan: “Dahulu aku pernah mengarungi lautan bersama tiga puluh orang laki-laki, dengan menggunakan kapal laut. Di tengah-tengah pelayaran, tiba-tiba kapal kami diombang-ambingkan oleh ombak besar, kejadian tersebut berlangsung selama sebulan sehingga akhirnya kapal kami terdampar dampai ke tepian pulau kecil yang berada di tengah-tengah samudra. Kami mencoba untuk memasuki pulau tersebut. Tiba-tiba kami disambut oleh binatang aneh yang penuh dengan bulu-bulu, sehingga kami tidak dapat mengenali mana bagian depan atau belakang dari binatang aneh tersebut, kami merasa terkejut, kami merasa terkejut dengan kemunculannya sehingga kami berkata: “Celakalah! Binatang apa ini?” Rupanya binatang itu dapat mendengar perkataan kami dan dapat pula berkata-kata seperti layaknya manusia. Lalu setelah mendengar perkataan kami, seraya binatang itu menyahut: “Aku adalah binatang Jassasah.” Lalu dengan penuh perasaan heran kami mencoba untuk bertanya: “Apakah Jassasah itu?” Binatang tersebut tidak menanggapi pertanyaan kami, malah sepertinya ia mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan, “Wahai para manusia, pergilah kalian kepada seorang laki-laki (Dajjal) yang sedang berada di dalam biara yang terdapat di celah-celah gunung sana. Sesungguhnya ia telah lama menanti kalian karena sedang datangnya berita dari kalian.” Setelah binatang itu menyebutkan nama laki-laki tersebut, kemudian kami semua segera meninggalkannya karena kami merasa khawatir kalau binatang aneh tersebut adalah jelmaan dari setan. Kami segera menuju ke biara yang berada di atas gunung sana. Setelah sesampainya disana, kami merasa kaget karena di dalam biara itu kami melihat ada seorang laki-laki besar yang belum pernah kami melihatnya. Laki-laki itu dalam keadaan terpasung di dalam biara. Kedua tangan dan kakinya terikat kuat. Ia terbelenggu dengan belenggu besi yang sangat kokoh sekali. Dengan penuh perasaan heran kami mencoba bertanya kepadanya: “Siapakah gerangan Anda ini?” Laki-laki itu menjawab: “Kalian telah ditakdirkan dapat bertemu denganku untuk memberikan kabar berita kepadaku. Katakanlah kepadaku siapakah gerangan kalian ini? “ Kami menjawab: “Kami adalah bangsa Arab. Kami datang kesini karena kapal yang kami tumpangi terhempas oleh badai lautan sehingga akhirnya kami semua terdampar sampai ke tempat ini.” Dajjal berkata: “Katakanlah kepadaku tentang pohon kurma di daerah Baesan (dataran rendah di Yordan),” Kami menjawab: “Apa yang harus kami katakan tentang pohon kurma ini?” Dajjal bertanya: “Apakah pohonnya masih berbuah?” Kami menjawab: “Ya masih berbuah” Dajjal berkata: “Aku mengira tidak lagi berbuah. Sekarang katakanlah kepadaku tentang laut Thabar” Kami menjawab: “Apa yang harus kami katakan tentang laut itu?” Dajjal bertanya: “Apakah airnya masih ada?” Kami menjawab: “Airnya masih banyak sekali” Dajjal berkata: “Aku mengira airnya sudah tidak ada lagi. Sekarang katakan kepadaku tentang sumber mata air?” Kami menjawab: “Apa yang harus kami katakan tentang sumber mata air itu?” Dajjal bertanya: “Apakah sumber mata air itu masih mengalirkan airnya? Dan apakah penduduk bumi masih memanfaatkannya untuk menyirami berbagai tanaman mereka?” Kami menjawab: “Ya”. Dajjal kembali berkata: “Katakanlah kepadaku tentang seorang Nabi yang Ummi (tidak bisa baca dan menulis). Apa yang beliau kerjakan sekarang?” Kami menjawab: “Sungguh, seorang Nabi telah muncul dari Mekkah dan kini ia berada di Yastrib (Madinah).” Dajjal bertanya: “Apakah ia dimusuhi oleh bangsa Arab?” Kami menjawab: “Ya” Kemudian Dajjal bertanya lagi: “Bagaimanakah ia menghadapi mereka semua?” Kami menjawab: “Ia tetap sabar dan konsisten dengan dakwahnya hingga bangsa Arab menjadi loyal kepada Allah dan Rasul-Nya” Dajjal bertanya lagi: “Sungguh hal yang demikian itu benar-benar terjadi?” Kami menjawab: “Ya” Dajjal berkata untuk terakhir kalinya kepada kami: “Kalau memang demikian halnya, maka itu jauh lebih baik bagi mereka (bangsa Arab). Ketahuilah bahwa aku sesungguhnya adalah Al-Masih Dajjal. Pada saat sekarang aku merasa ragu, apakah telah tiba saatnya bagiku untuk segera keluar dari tempat pemasung ini. Apabila Allah telah mengizinkan maka aku akan keluar. Pada saat aku keluar nanti aku akan menjelajahi seluruh penjuru dunia. Tak satu pun tempat yang tidak luput dari persinggahanku selama menjelajahi dunia dalam waktu 40 hari kecuali kota Mekkah dan Madinah. Aku telah diharamkan untuk memasuki kedua kota tersebut. Setiap aku mencoba untuk memasukinya, seraya malaikat menyambutku dengan hunusan sebilah pedang mengkilap di tangannya. Malaikat itu menghadangku dan menggiringku (sampai aku lari terbirit-birit). Aku melihat sepanjang jalan perbukitan kedua kota itu dijaga banyak malaikat.” (HR. Muslim).
Tempat Turunnya Dajjal
Di dalam hadist Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam banyak sekali terdapat keterangan masalah tentang Dajjal. Dikatakan bahwa Dajjal akan keluar dari arah timur, yaitu tepatnya di daerah Khurasan. Setelah muncul ia akan menjelajahi seluruh dunia. Tak satu pun tempat yang luput dari persinggahannya kecuali kota Mekkah dan Madinah. Selama empat puluh hari ia berhasil membuat kerusakan di seluruh dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Diriwayatkan dari Abu Bakar radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda:
“Dajjal akan keluar dari dataran timur (Khurasan).” (HR. Turmudzi)
Para Pengikut Dajjal
Sebagian besar para pengikut setia Dajjal terdiri dari orang-orang Yahudi dan ajam (selain bangsa Arab). Kebanyakan dari mereka itu adalah kaum wanita dan orang-orang badui. Untuk lebih jelasnya hal tersebut diterangkan secara panjang lebar di dalam hadist-hadist Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai berikut. Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Para pengikut Dajjal adalah orang-orang Yahudi Ashfahan. Jumlah mereka sebanyak tujuh puluh ribu orang. Mereka mengenakan baju jubah berwarna hijau.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak akan terjadi kiamat sehingga kalian memerangi dan menumpas habis orang-orang ajam (selain orang Arab yang mengikuti Dajjal). Wajah mereka kemerah-merahan, hidung mereka mancung dan mata mereka kecil.” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Dajjal akan turun di lembah berlumpur Murqanah. Pada saat kemunculannya nanti sebagian besar kaum wanita berbondong-bondong mendatanginya untuk mengikutinya, sehingga keadaan demikian menyebabkan kaum lelaki kembali ke rumahnya masing-masing karena hendak menengok kepada segenap kerabatnya, ibunya, putrinya, saudara perempuannya, dan juga bibinya, kemudian mereka semua diikat erat-erat karena khawatir akan keluar mengikuti Dajjal.” (HR. Imam Ahmad) [Syahida.com]
Sumber : Kitab Fenomena Kiamat, Ikhwan Fauzi, Lc.