Adab-Adab yang Berkaitan dengan Shalat Jum’at dan Hari Jum’at
Advertisement
Ilustrasi. (Foto : penerbitmadina.wordpress.com)
Syahida.com – Adab-adab yang berkaitan dengan hari Jum’at dan Shalat Jum’at ada lima belas macam, yaitu:
Harus bersiap-siap menyambut kedatangannya sejak hari Kamis dan malam Jum’at, dengan cara membersihkan diri dan mencuci pakaian serta mempersiapkan apa yang perlu disiapkan.
Mandi pada hari Jum’at, sebagaimana yang disebutkan dalam “Asy-Shahihain” dan lain-lainnya. Yang lebih baik adalah mandi sebelum berangkat untuk menunaikan shalat Jum’at.
Berhias dengan membersihkan badan, memotong kuku, bersiwak dan lain-lainnya yang termasuk pekerjaan membersihkan kotoran, memakai minyak wangi dan memilih pakaian yang paling bagus.
Segera berangkat ke masjid dengan cara berjalan kaki. Jalannya harus tenang, tidak perlu buru-buru, berniat i’tikaf di masjid hingga keluar dari sana.
Tidak melangkahi pundak orang-orang dan menyibak di antara dua orang kecuali jika memang dia melihat celah yang bisa dilalui.
Tidak boleh berlalu di hadapan orang yang sedang mendirikan shalat.
Mencari shaff yang pertama, kecuali jika di shaff itu dia melihat kemungkaran, maka dia boleh memilih shaff yang dibelakang karena terpaksa.
Menghentikan shalat nafilah dan dzikir jika imam sudah keluar (untuk khutbah) dan menjawab suara adzan, kemudian disusul dengan mendengarkan khutbah.
Shalat dua rakaat setelah shalat Jum’at jika dia menghendaki, atau jika menghendaki dia bisa shalat empat rakaat.
Berdiam di masjid hingga tiba shalat ashar atau bahkan shalat maghrib.
Mencari saat-saat yang mulia pada hari Jum’at, dengan menghadirkan hati dan banyak berdzikir. Ada perbedaan tentang waktu yang mulia ini. Dalam riwayat Muslim dari hadist Abu Musa disebutkan, bahwa waktunya antara imam duduk di mimbar hingga selesai shalat. Dalam riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah disebutkan antara imam selesai khutbah hingga selesainya shalat. Dalam riwayat Abu Dawud, An-Nasa’i dan Al-Hakim, dari hadist Jabir disebutkan bahwa waktunya adalah saat-saat terakhir setelah shalat ashar. Dalam hadist Anas menurut riwayat At-Tirmidzi, dia berkata, “Carilah waktu itu antara shalat ashar hingga matahari tenggelam.” Abu Bakar Al-Atsram Rahimahullah berkata, “Hadist-hadist ini tidak lepas dua hal: Pertama, boleh jadi sebagian lebih shahih dari yang lain. Kedua, boleh jadi waktunya tidak tetap dan beralih seperti halnya Lailatul-Qadar pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan.”
Banyak mengucapkan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hari ini, beliau bersabda, “Barangsiapa bershalawat kepadaku di hari Jum’at sebanyak delapan puluh kali, maka Allah mengampuni dosanya selama delapan puluh tahun.” Jika menginginkan, dia bisa menambahi shalawat itu dengan doa bagi beliau, seperti berucap: “Ya Allah, berikanlah kepada Muhammad kedudukan, keutamaan, dan derajat yang tinggi serta bangkitkanlah beliau (pada Hari Kiamat) pada kedudukan yang terpuji seperti Engkau janjikan. Ya Allah, limpahkanlah pahala kepada Nabi kami demi kami, yang memang layak.”
Hendaklah dia membaca surat Al-Kahfi. Telah disebutkan dalam sebuah hadist dari riwayat Aisyah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Ketahuilah, maukah kalian kuberitahu tentang satu surat yang keagungannya memenuhi antara langit dan bumi dan bagi orang yang menulisnya ada pahala seperti itu pula. Siapa yang membacanya pada hari Jum’at, maka akan diampuni dosa-dosanya antara hari itu hingga hari Jum’at berikutnya dan ditambah lagi tiga hari. Siapa yang membaca lima ayat yang terakhir dari surat ini tatkala hendak berangkat tidur, maka Allah akan membangunkannya pada bagian malam mana pun yang dikehendakinya?” Mereka menjawab, “Baik wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Itulah surat Al-Kahfi.” Yang lebih baik adalah banyak-banyak membaca Al-Qur’an pada hari Jum’at sesuai kemampuannya.
Bershadaqah pada hari Jum’at apabila memungkinkan, dan hendaknya dilakukan di luar masjid.
Lebih banyak mengisi hari Jum’at dengan amal-amal akhirat sebisa mungkin meninggalkan kesibukan-kesibukan duniawi. [Syahida.com]
Sumber: Ibnu Qudamah: Minhajul Qashidin ‘Jalan Orang-Orang yang Mendapat Petunjuk’.