Syahida.com – Saudariku yang budiman, menikah adalah harapan mulia. Betapa ia sering mempermainkan khayalan seorang gadis. Berpindah-pindah pikiran dan mimpinya secara sadar. Seorang raja (suami) datang, dia ditunggu-tunggu oleh seorang gadis untuk menjadikannya sebagai ratu di kerajaan kecil. Seolah-olah dunia berada di tangannya. Ia adalah air jernih dari sungai cinta yang tulus. Aroma harum, semerbak, memenuhi kedua telapak tangan. Dia adalah mutiara di hati suaminya. Dia bersabar untuk mendapatkannya walaupun harus menunggu lama, dia berjuang karenanya walaupun banyak di kalangan mereka yang mundur untuk menjadi pencetak generasi, ibu para syahid dan pahlawan.
Menikah bagi seorang gadis berarti pikiran yang luas dan khayalan yang mengembara di alam model-model busana pengantin. Pakaian warna-warni dan perhiasan dengan model termewah. Hadiah-hadiahnya? Apa bentuknya? Kapan saatnya memasuki dunia yang diidam-idamkan ini? Padahal ada yang lebih indah daripada lautan impiannya dan sungai pikirannya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Menikah bukanlah pesta dansa. Bukan pula perjalanan sepintas di mana seorang gadis memilih seorang pemuda berwajah mempesona, senyum manis, berperawakan atletis, berpenampilan menawan, yang modalnya hanya ketampanan dan kelembutan. Bukan, bukan begitu. Akan tetapi menikah adalah kehidupan sakral, perjalanan panjang penuh dengan bahaya dan kesulitan. Di dalamnya seorang gadis membutuhkan seorang pemuda yang teguh, cerdas, kuat dan jujur yang bisa menjaganya dari marabahaya, memberikan ketenangan dan rasa aman kepadanya. Dia menjadi ayah terbaik bagi anak-anaknya. Kepadanya juga dia menumpahkan angan-angannya. Bersamanya dia menceritakan impian-impiannya dan merencanakan cita-citanya. Menikah bukanlah busana indah yang dibangga-banggakan di depan teman-temannya. Bukan pula sekedar perlengkapan rumah tangga kehidupan seorang gadis sesudah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila dia adalah laki-laki yang kuat dan teguh menghadapi kesulitan-kesulitan, maka dia akan mendapatkan kebahagiaan hakiki bersamanya. Akan tetapi, jika keistimewaannya hanyalah perhiasan, busana dan penampilan semata, maka dia adalah orang yang paling sengsara bersamanya walaupu ketampanan dan penampilannya mempesona.
Maaf, menikah bukanlah Arjuna impian yang dikenal seorang gadis melalui perbincangan lewat telepon, surat cinta atau pas foto. [Syahida.com]
Sumber : Khalid Abu Shalih (Waspadalah Putriku, Serigala Mengintaimu!)
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.