Syahida.com – Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak para pembaca yang budiman merenungi pengalaman hidup terbaik dari kisah yang pernah saya dengar selama ini. Kisah ini dituturkan seorang sahabat setia[1] yang tidak saya ragukan kejujurannya.
Ia bertutur tentang seorang ayah yang telah lanjut usia. Sang ayah menderita semacam penyakit yang membuatnya amat menderita; gangguan pada saluran kencing. Ia mengeluhkan adanya serpihan batu yang menghalangi saluran urine sehingga mendatangkan rasa sakit yang luar biasa. Hanya orang yang pernah menderita penyakit semacam ini yang bisa merasakannya.
Suatu malam, ketika penyakitnya kambuh, ia meminta anaknya mengantarkan ke Rumah Sakit di kota Khobar. Orangtua dan anak itu tinggal di perkampungan Ras Tannora, wilayah Timur Saudi Arabia, kurang lebih 60 km dari Khobar. Tanpa menunggu pagi, sang anak mendudukkan ayahnya dalam mobil yang membawanya ke rumah sakit.
Di tengah perjalanan, sang ayah tidak kuat menahan rasa sakit dan ia mengerang sejadi-jadinya. Sekonyong-konyong sang ayah meminta anaknya mengambilkan sebilah pisau. Ia nekat hendak merobek perutnya sendiri agar ia bisa mengeluarkan air seni. Serta merta sang anak menghentikan mobil dan memarkirkannya di tepi jalan. Ia terlebih dahulu turun dari mobil kemudian membopong ayahnya keluar.
Disingkapkannya baju sang ayah. Sementara ia kebingungan apa yang hendak dilakukan anaknya. Barangkali para pembaca bertanya-tanya dalam hati. Tak disangka, si anak mengisap kemaluan ayahnya[2], hingga keluarlah serpihan-serpihan kerikil yang menyumbat saluran kencingnya, bersama darah dan air seni.
Ketika sang ayah menyadari apa yang dilakukan anaknya, ia menengadahkan kedua tangannya ke atas dan memanjatkan doa diiringi isak tangis, ‘Aku memohon kepada-Mu, ya Allah, karuniakan kepada anakku rezeki yang tidak pernah akan terputus!’
Demi Allah, anak itu ternyata adalah seorang yang paling kaya di antara kami!” [Syahida.com]
- Sahabat saya Fahd al-Muhaisyir, semoga Allah memberikan limpahan taufik kepadanya.
- Penulis memohon maaf pada para pembaca yang budiman atas penggunaan ungkapan ini, tetapi itulah ungkapan yang sebenarnya tentang kisah yang terjadi, sebab penulis menuturkan kisah ini dari yang menuturkan, apa adanya.
Sumber: Kitab Keramat Hidup : Orang Tua, Musa bin Muhammad Hajjad az-Zahrani