Syahida.com – Menantu perempuan bisa memainkan peran besar dalam mengharmoniskan hubungan orangtua-anak. Antara lain dengan mengembangkan sikap-sikap berikut; mengutamakan kepentingan suami daripada kepentingan pribadi, memuliakan kerabat suami, dan meningkatkan sikap memuliakan orangtua suami (mertua), terutama ibu. Semua sikap ini tidak lain adalah perbuatan memuliakan suami dan bakti terhadap suami. Di samping itu, perbuatan tersebut dapat membahagiakan suami, memperkokoh ikatan suami-istri, dan memadamkan bara api fitnah.
Jika suami memiliki hak yang lebih besar daripada orangtua istri; bahwa suami diperintahkan oleh syariat untuk menjaga hubungan baik dengan kerabat, demi terjalinnya hubungan sosial di tengah umat, maka seorang istri pun ditekankan untuk menjaga hubungan baik dengan kerabat suami, untuk memperkuat jalinan suami-istri.
Selain itu, memuliakan orangtua suami – saat mereka berusia lanjut – merupakan perilaku islami utama, yang menunjukkan kemuliaan jiwa dan kedermawanan seseorang, mendatangkan ridha suami, mendapat simpati kerabat suami, menghindarkan diri dari pertikaian dan perpecahan, dan membuka pintu terkabulnya doa bagi istri.
Istri yang baik hendaknya tidak melupakan – sejak hari pertama berumahtangga – bahwa wanita yang dianggap sebaga pesaing dalam meraih kasih sayang suami, tidak lain adalah ibu suaminya. Bagaimana pun galaunya perasaan istri, ia tidak dibenarkan menutupi jasa baik ibu mertuanya. Dialah yang mengandung selama sembilan bulan, menyusi, memberi kasih sayang, serta penuh perhatian selama mendidik dan mengasuh suaminya hingga dewasa.
Ingatlah wahai istri, ibu mertua adalah ibu dari anak-anakmu juga. Dia adalah nenek mereka, yang memiliki keterkaitan amat erat. Maka, janganlah engkau memperlakukan ibu mertua seperti memperlakukan istri kedua suamimu, niscaya dia akan memperlakukan dirimu dengan perlakuan yang sama. Perlakuan ibu mertuamu kayaknya ibu kandung, niscaya dia akan memperlakukanmu sebagai anak. Barangkali ada sikap kasar dari ibu mertua, maka istri hendaknya bersabar dan tabah demi mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika rumahtangga diliputi etika Islam, setiap anggota keluarga memahami hak dan kewajiban masing-masing, niscaya bahtera rumahtangga akan berjalan di jalur yang diridhai, dalam suasana bahagia sepanjang masa.
Sebagai seorang istri, engkau harus memaklumi bahwa cinta suamimu kepada kerabatnya lebih besar daripada kerabatmu. Maka, engkau harus berhati-hati agar tidak sampai menikam suamimu dengan cara merendahkan martabat, menyakiti, atau melalaikan hak-hak keluarga suami. Karena hal itu dapat menjadikan engkau dijauhi suami dan ia akan mendua.
Kelalaian istri dalam menghargai kerabat suami sama artinya dengan melalaikan suami itu sendiri.
Lebih dari itu, suami yang mencintai kerabatnya dan berbakti kepada orangtua adalah orang yang mulia dan shaleh , yang layak dihormati, dihargai, dijunjung tinggi dan akan mendatangkan kebaikan bagi istri. Sebaliknya, suami yang tidak berbakti kepada orangtuanya, pada galibnya, tidak mampu berbuat baik kepada istri, anak atau kepada orang lain.
Wahai istri, jika engkau senang melihat suamimu berbuat durhaka kepada orangtua dan engkau pun tega berperilaku buruk kepada mertua, akankah engkau rela jika ibu kandungmu diperlakukan demikian oleh istri-istri saudara laki-lakimu?
Jika kelak engkau telah menjadi tua renta, tulang-tulangmu rapuh, dan rambutmu memutih, akankah engkau rela dirimu diperlakukan secara kejam oleh istri anak-anakmu?
Sikap istri yang shalehah dalam membantu suami untuk berbakti kepada orangtuanya – tentunya berkat taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, mampu memecahkan berbagai problematika rumahtangga, meredakan krisis keluarga, menjaga keharmonisan keluarga dan meredam amarah. Sebab, ketika orangtua merasakan adanya cinta yang tulus dan kasih sayang murni dari menantu perempuannya, mereka akan memelihara sikap baik tersebut.
Malah, kita dapat banyak orangtua yang mencintai istri anak-anaknya, seperti cinta mereka kepada anaknya sendiri, bahkan lebih. Hal ini tidak lain sebab adanya taufik dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sikap bijaksana para istri berikut upaya keras mereka untuk menjaga sikap baik terhadap orangtua suami.
Di samping hal di atas, perlu dicatat bahwa bersabar atas perlakuan kasar orangtua suami dengan harapan akan mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyadari akan adanya balasan, akan menjadi faktor yang membantu istri untuk meraih simpati orangtua suami. Hal tersebut dapat ditempuh antara lain dengan memberi hadiah kepada orangtua suami, menjaga sikap sopan santun saat berbicara dan saat mereka bicara, lemah lembut dalam bertutur kata, membiasakan diri mengucap sakam dan menepati janji.
Hendaknya istri memberi nasihat kepada suami agar memberikan perhatian penuh kepada orangtua bahwa hatinya telah menjadi milik istri.
Bermunajatlah kepada Allah, agar Dia melunakkan hati orangtua Anda kepada istri Andan dan agar Allah memberikan kemudahan kepadanya dalam bergaul dengan mereka.
Wahai para istri, hayatilah pelajaran tersebut, niscaya dirimu akan mendapat pujian, sebutan yang baik di dunia, balasan setimpal, dan karunia yang tiada batasnya di akhirat kelak. [Syahida.com]
Sumber: Musa bin Muhammad Hajjad az-Zahrani (Keramat Hidup: Orang Tua)