Syahida.com – Benar, dalam rumah tangga Nabi sekalipun, permasalahan keluarga tetap ada. Ini adalah bukti setiap rumah tangga pasti mengalami masalah, meski kedua pasangan saling mencintai satu sama lain. Kalaupun ada pengecualian, itu seharusnya terjadi pada rumah tangga Nabi: pasangan seorang Rasul dengan wanita terbaik.
Sebagai bukti, kita bisa menyaksikan pertengkaran antara Rasulullah dengan ‘Aisyah. Dalam sebuah riwayat disebutkan ‘Aisyah menuntut keadilan kepada Nabi. Lalu Rasulullah mengusulkan “Bagaimana pendapatmu, jika Abu Bakar yang melakukan? Aisyah menjawab, “Aku setuju. Panggillah beliau untuk datang.” Setelah Abu Bakar datang, Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, “Kami telah memanggilmu untuk mengadili kami berdua.” Rasulullah melirik ke arah ‘Aisyah dan berkata, “Engkau atau aku yang berbicara?” ‘Aisyah menjawab, “Bicaralah dan jangan engkau berkata kecuali hal yang benar,” mendengar itu, Abu Bakar menampar ‘Aisyah hingga mulutnya berdarah sambil memperingatkan, “Apakah beliau pernah berbohong, wahai orang yang menyakiti dirinya sendiri?” ‘Aisyah langsung mendekati Rasulullah lalu duduk di belakangnya. Kemudian Nabi berkata kepada Abu Bakar, “Kami tidak memintamu untuk ini (menampar) dan kami tidak memintamu untuk ini (memarahi).” (HR. Bukhari)
Saya terhenyak menyaksikan peristiwa ini dengan penuh hormat dan kagum. Rasa hormat saya karena Nabi adalah seorang yang Mahsuhm (terjaga dari dosa dan kesalahan). Meski demikian, beliau tidak keberatan meminta orang lain untuk menengahi pertengkarannya dengan sang istri. Adapun kekaguman saya adalah sikap ‘Aisyah yang langsung berlindung di belakang Rasulullah, walaupun dia sedang marah. Saya seolah baru menerima pelajaran tentang makna cinta yang tak diajarkan di sekolah atau ditulis di buku. Kisah itu menjadi bukti, cinta sejati, meski diterpa oleh badai perselisihan dan diterjang oleh ledakan amarah, akan tetap tegar dan keluar sebagai pemenang.
Saya mendapatkan pelajaran dari kisah di atas bahwa cinta sejati adalah cinta berakal yang menjunjung tinggi makna cinta agar tidak ternodai oleh campur tangan dan problematika kehidupan. Saya mendapatkan pelajaran, cinta sejati adalah cinta yang dimiliki oleh jiwa-jiwa jernih dan hati yang lapang. Cinta sejati adalah cinta yang berdiri kokoh dengan kehormatan dan kesuciannya dalam menghadapi segala kendala dan hambatan. Orang yang ingin melihat cinta sejati, harus menengok kisah indah perjalanan hidup Nabi.
Dari kisah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas, saya dapat merangkum beberapa pesan yang terkandung di dalamnya, antara lain:
-Sungguh hati telah hancur ibarat gelas pecah yang tak mungkin dikembalikan seperti semula-
Wahai para suami, jangalah Anda membalas bentakan istri –ketika emosi, dengan bentakan balik. Tabah dan sabarlah pada istri Anda. Ketika jiwa tenang dan badai telah usai, dekatilah istri Anda. Dengan penuh kelembutan, tunjukkan di mana kesalahannya dan beritahulah bagaimana sebenarnya sikap yang tepat.
Ustadz Musthafa as-Siba’i berpendapat, “Kebahagiaan rumah tangga tidak akan tercapai, kecuali bila Anda dapat memahami istri Anda dan dia juga memahami diri Anda. Anda dapat menerima dirinya dan dia dapat menerima diri Anda. Jika dia tidak dapat memahami diri Anda, maka pahamilah dirinya. Jika dia tidak mampu menerima diri Anda, maka sudilah Anda menerima dirinya.”[1]
Bila Anda membutuhkan seorang penasihat yang dapat membantu Anda dalam menata kehidupan rumah tangga Anda, maka tengoklah kisah perjalanan hidup Rasulullah. Karena beliau telah membeberkan semua rahasia kehidupan rumah tangganya. Beliau rela kehidupan pribadinya dimiliki semua umat manusia sebagai pelajaran. Jika demikian, mengapa kita malas menggali warisan berharga itu? Demi Allah, sikap demikian adalah suatu kealpaan. Marilah kita menghirup udara segar sejarah perjalanan kehidupan Nabi. Mari kira baca kembali bait-bait kisah itu dan meniti jejak Rasulullah. Mari kita bercinta sebagaimana Rasulullah bercinta, berdialog sebagaimana Nabi berdialog, dan memaafkan kesalahan sebagaimana Nabi pernah melakukan.
Pencerahan!
Muawwiyah berpendapat tentang wanita, “mereka sangat baik, tetapi juga suka menyalahkan.”
Seorang dokter keliru mencekal tanganku. Kusampaikan padanya, “Cintaku ada di hati, maka lepaskan tanganku”
[1] Musthafa as-Siba’i, Hakadza ‘Allamatni al-Hayah
Sumber : Kitab Teruntuk Sepasang Kekasih, Karim Asy-Sadzili
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.