Syahida.com – Allah Subhanahu wa Ta’ala, menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya berisi perintah untuk memberi peringatan kepada keluarganya.
Allah berfiman, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.” (Asy-Syu’ara’: 214)
Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, melaksanakan perintah itu, dan mengajak seluruh kerabatnya menuju kebaikan dunia dan akhirat. Fathimah binti Asad adalah satu dari wanita-wanita yang segera beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan suaminya, Abu Thalib, menolak dengan halus. Adapun anak-anaknya, dengan dipelopori Ali bin Abi Thalib ra, memeluk Islam.
Sejak saat itu, jalan yang dilalui Fathimah berbeda dengan sebelumnya. Suku Quraisy mulai memusuhi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan memerangi Islam dengan segala cara. Imbasnya, mereka juga memusuhi bani Hasyim, terlebih Abu Thalib lebih membela dan melindungi keponakannya tersebut, dan tidak mau menyerahkan Rasulullah kepada mereka. Kebencian mereka kepada orang-orang beriman dan mengikuti Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam semakin kuat.
Ketika Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, melihat betapa gencarnya Quraisy menganiaya sahabat-sahabatnya, beliau mengarahkan mereka untuk berhijrah ke Habasyah. Fathimah binti Asad melepas kepergian Ja’far (putranya) dan Asma’ binti Umais (istri Ja’far). Ia rela melepas putranya meskipun hatinya remuk karena sedih. Ia melihat Ja’far sebagai kembaran[1] Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, putranya tersebut memimpin rombongan Muhajirin ke Habasyah.
Orang-orang Quraisy merasa bahwa upaya mereka tidak menuai hasil, maka mereka melakukan embargo terhadap bani Hasyim. Bani Hasyim dan bani Abdul Muththalib, termasuk kaum wanita dan anak-anak kecil mereka dikucilkan di sebuah lembah. Fathimah binti Asad bersama wanita-wanita lainnya bersabar, demi mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ujian yang mereka alami semaki hari semakin bertambah berat. Fathimah dan kaum muslimin lainnya terpaksa memakan dedaunan yang ada.
Disisi lain, orang-orang Quraisy melihat bahwa Hasyim dan bani Abdul Muththalib tetap tegar menghadapi cobaan ini. Mereka menjalaninya dengan penuh bangga dan wibawa. Bahkan, orang-orang Quraisy terheran-heran melihat kesabaran kaum wanita bani Hasyim dan bani Abdul Muththalib dalam menghadapi ujian yang berlangsung hampir tiga tahun lamanya itu.
Ibnu Sa’ad menceritakan kejadian ini di dalam bukunya Ath-Thabaqat. Ia berkata, “Melihat ketabahan mereka, orang-orang Quraisy itu sadar bahwa mereka tidak akan bisa membuat kaum muslimin menyerah, maka mereka menghentikan embargo. Kaum muslimin pun keluar dari lembah, yaitu pada tahun ke-10 setelah kenabian.”
Di tahun ini juga, Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam) meninggal dunia. Menyusul kemudian paman beliau, Abu Thalib. Sehinga kesedihan kaum muslimin pun bertambah hebat. Dipihak lain, kaum Quraisy semakin gencar mengganggu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, hingga kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala, memberi izin untuk berhijrah ke Madinah Al-Munawwarah.
Ketika Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya hjrah ke Madinah, Fathimah binti Asad ra, turut berhijrah bersama mereka. Dengan demikian ia memperoleh pahala hijrah sebagaimana wanita-wanita lainnya yang ikut berhijrah.
Ketika menyinggung tentang masuk Islam dan hijrahnya Fathimah, Az-Zubair bin Bakkar mengatakan, “Ia masuk Islam dan berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya.”[2] [Syahida.com]
[1] Ada lima orang yang wajahnya mirip dengan Rasulullah saw, semuanya dari Quraisy. Mereka adalah Ja’far bin Abi Thalib, Qutsam bin Abbas, Sa’ib bin Ubaid bin Abd Yazid bin Hasyim Bin Abdul Muththalib, Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib, dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
[2] Al-Isti’ab 4: 370
——
Bersambung….
Sumber : Kitab 20 Sirah Shohabiyah yang Dijamin Masuk Surga, Ahmad Khalil Jum`ah