Syahida.com – Aku Seorang Muballighah.
1. Aku menasihati ibu, saudara-saudara, dan tetanggaku yang perempuan agar mereka mengenakan jilbab dan busana Muslimah baik dengan kata, mengenakan jilbab, memberikan hadiah atau memberikan kaset dan VCD ceramah untuk mereka. Berbuat baik diutamakan tertuju kepada orang-orang yang dekat dengan kita.
2. Aku mengajak sahabat-sahabat wanitaku memakai jilbab agar yang benar dapat mengalahkan hawa nafsu dan bisikan setan.
3. Aku mengadakan pembicaraan dengan wanita-wanita kerabatku tentang jilbab; hukum, keutamaan, dan dampak positifnya terhadap diriku juga terhadap wanita lain yang aku kenal (yang juga merasakan dampak positif dari mengenakan jilbab). Silaturrahim itu merupakan kewajiban, dengan bersilaturahim seseorang dapat menyelamatkan saudaranya dari kesalahan atau maksiat.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengadakan sunnah (tradisi) yang baik (lalu ditauladani oleh orang lain) maka ia akan mendapatkan pahala atas perbuatannya itu ditambah lagi dengan orang-orang yang menauladaninya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)
Dalam sebuah hadits sahih yang lain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)
Setiap orang ingin masuk ke dalam surga dan ingin menelusuri jalan menujunya. Ini adalah kesempatan yang sangat tepat bagimu untuk menghidupkan sebuah manhaj (metode) dalam Islam, yaitu amar makruf nahi mungkar (mengajak orang melaksanakan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk yang diingkari oleh akal sehat dan dilarang oleh agama Islam). Dengan demikian engkau berarti telah mentaati perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengikuti manhaj Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam menyampaikan pesan serta memiliki hujah (bukti yang kuat) di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS: Asy-Syu’ara: 88-89) [Syahida.com]
Sumber: Jilbabku Pesonaku, Dr. Muhammad Fahd ats-Tsuwaini