Syahida.com – Aku mengenal seorang pemuda melalui telepon. Dia bertanya tentang rumah si Fulan. Aku jawab, “Salah sambung,” sambil aku melembutkan suara dan menampakkan ucapan yang baik. Perhatikanlah, agar kalian tahu bagaimaHikmana berbicara dengan ucapan lembut kepada laki-laki, serta pengaruhnya di hati mereka.
Kemudian dia menelepon kembali untuk yang kedua, ketiga dan keempat kalinya. Mulailah terjalin hubunganku dengannya. Dia mengaku mencintaiku. Cintanya mulia (bagaimana mulia sementara dia telah menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam). Benar-benar gadis dungu dan patut dikasihani. Ia tertipu oleh ucapan bermadu. Setan menghiasi untuknya perkara yang mencoreng dan mengotori wajahnya. Keduanya saling berjanji. Bertemu lebih dari satu kali. Surat menyurat, perbincangan lewat telepon dan pertemuan sembunyi-sembunyi.
Sementara pemuda ini terus menampakkan kecintaan dan kesuciannya. Dia menyatakan tidak bisa jauh darinya, walaupun sesaat. Dia telah mengambil foto-fotonya. Foto mereka berdua. Empat tahun berlalu dihabiskannya bersama serigala ini. Benar-benar serigala. Setelah itu serigala ini berkata, “Serahkan dirimu kepadaku.” Tidak penting baginya apakah itu terjadi sekarang atau di kemudian hari. “Karena kita akan menikah.” Begitulah dia beralasan. Tiba-tiba cahaya iman pada dirinya menyala. Hatinya bergerak bangun setelah terbuai dalam kelalaian yang panjang. Dia berkata, “Pernikahan pertama – agama – keluarga – kehormatan – Neraka – manusia – kemuliaan – keperawanan – dan aib.”
Serigala berkata, “Jika kamu tidak menyerahkan dirimu maka aku akan membeberkan aibmu kepada keluargamu. Aku mempunyai bukti-buktinya. Foto-fotomu, pembicaraan via telepon yang terekam dan aku mengetahui rahasiamu serta rahasia keluargamu.”
Gadis merana ini akhirnya hidup dalam penderitaan yang dia ciptakan sendiri. Apa yang dia dapatkan? Apa yang dihasilkan? Kehinaan dan kenistaan.
Ini adalah satu kisah dari jutaan kisah. Satu korban dari sekian banyak korban lainnya.
Ketahuilah, wahai saudari-saudariku muslimah, bahwa lelaki asing adalah serigala bagimu. Kamu seperti domba betina. Menjauhlah darinya seperti domba betina yang berlari dari serigala.
Serigala tidak menginginkan dari domba kecuali dagingnya. Yang diinginkan oleh lelaki adalah sesuatu yang paling berharga bagimu, lebih berharga daripada daging bagi domba dan lebih buruk bagimu daripada kematian domba.
Mereka mengincar sesuatu yang paling berharga pada dirimu. Kesucian yang kamu banggakan agar hidupmu terhormat. Kehidupan seorang gadis yang direnggut kesuciannya lebih buruk seratus kali daripada domba yang dagingnya dicabik-cabik oleh serigala.
Inilah wanita hari ini. Ia meremehkan kehormatannya, menjerumuskan dirinya kepada resiko. Dia berkata, “Saya bisa menjaga diri dan melindungi kehormatanku.”
Kehormatannya dan keluarganya tercemar, begitu pula nama baiknya dan keluarganya. Dia tidak peduli dan tidak pernah menyesal kecuali ketika penyesalan tiada lagi berguna. Perkaranya tidak hanya sebatas telepon, lebih dari itu. Surat-surat, pertemuan-pertemuan dan fitnah semakin hari semakin bertambah.
Dengan inilah gadis-gadis kita menjerumuskan diri mereka kepada kebinasaan dan Neraka, tanpa peduli, demi menuntaskan nafsu mereka, sekalipun mengorbankan agama.[1]
Hikmah : Wahai wanita Islam, sebuah fitnah besar telah dirancang demi mengubah dirimu, bermain-main dengan tubuh dan kehormatanmu. Kisah nyata ini adalah fakta besar. Betapa gadis-gadis muslimah di negeri-negeri Islam yang memegang tradisi tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan syar’i bisa terenggut kesuciannya oleh para pemuda yang hatinya keras, gelap dan busuk. Berlindunglah kepada Tuhanmu! Karena tidak ada yang dapat menyelamatkanmu kecuali Allah Ta’ala.
Ambillah pelajaran dari kisah-kisah memilukan ini. [Syahida.com]
Sumber: Khalid Abu Shalih (Waspadalah Putriku, Serigala Mengintaimu!)