Syahida.com – “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Suatu saat, ketika Rasullah Shallallah ‘Alaihi wa Sallam sedang shalat di sekitar Ka’bah, ketika masa-masa awal kenabian yang dirasakan begitu berat oleh Rasulullah, Abu Jahal dan orang-orang Quraisy yang lain mendatangi Rasulullah sambil sesekali berseloroh kepada yang lainnya, “Siapa yang berani menumpahkan isi perut unta kepada Muhammad ketika ia sedang sujud?” Maka salah seorang di antara mereka menyanggupi dan segera pergi untuk mengambil isi perut unta dari si fulan. Dan ketika Rasulullah sedang sujud maka isi perut unta itupun segera ditumpahkan ke punggung Rasulullah.
Orang-orang kafir tersebut terpingkal-pingkal dan saling memandangi antara satu dengan yang lainnya atas kejadian yang tengah dialami oleh Rasulullah. Sementara itu Rasulullah tetap sujud dan tidak mengangkat sujudnya sampai putrinya Fatimah datang dan membersihkan kotoran tersebut.
Rasulullah segera bangkit lalu menengadahkan tangan dan berdoa “Ya Allah, balaslah perbuatan orang-orang Quraisy itu dengan hidayah-Mu”.
Pada kali yang lain, ketika Rasulullah sedang berjalan di lorong kota Mekkah. Tiba-tiba ada seseorang yang mengguyurkan tanah ke kepala Rasulullah. Kemudian Rasulullah pulang. Setibanya di rumah, putri beliau menangis apa yang dialami oleh ayahnya tercinta, kemudian ia pun membersihkan tanah tersebut dari badan Rasulullah.
Rasulullah kemudian menghibur putrinya, seraya mengatakan “Wahai anakku, janganlah engkau menangis. Sesungguhnya Allah melindungi ayahmu”.
Dan juga tentang penolakan dan pengusir yang dilakukan oleh masyarakat Thaif ketika Rasulullah dan beberapa orang sahabatnya berhijrah untuk mendapatkan perlindungan. Sehingga dikisahkan surban yang digunakan oleh Rasullah penuh dengan darah segar yang mengalir dari luka-luka beliau akibat terkena lemparan batu dari penduduk kota Thaif.
Tapi apa yang dilakukan oleh Rasulullah, beliau hanya berdoa berharap dengan penuh keyakinan bahwa jika orang-orang tua penduduk Thaif tidak beriman kepada Allah. Maka Allah akan berkenan membuat para keturunannya beriman kepada Allah.
Doa yang diucapkan dari orang yang begitu mulia adalah sebagai berikut:
“Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan ketidak berdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah pelindung bagi si lemah, dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang hendak Engkau turunkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apapun selain atas perkenan-Mu.”
Akhrinya berkat doa dan keyakinan yang sangat kuat kepada Allah, generasi-generasi berikutnya dari Bani Thaif menjadi generasi yang beriman kepada Allah dan juga menjadi salah satu kota dari tiga kota yang tetap menjadi pendukung dakwah Rasulullah di saat kota-kota yang lain mulai menunjukkan pembangkangan untuk tidak mau membayar zakat dan munafik sepeninggal Rasullah. Tiga kota pendukung Islam yang utama waktu itu adalah Mekah, Madinah dan Thaif.
Begitulah seorang manusia mulia, Rasulullah yang memiliki satu kekuatan yang dahsyat, kekuatan yang akhirnya mampu menaklukkan dunia. Kekuatan yang tidak saja berasal dari keyakinan yang begitu kuat kepada Allah walaupun segala macam penyiksaan, tekanan dan teror sering kali dilakukan oleh kaum kafir Quraisy terhadap beliau.
Keyakinan bahwa apabila para orangtua dari suatu kaum tidak mau beriman kepada Allah, maka mungkin saja keturunannya akan beriman dan menjadi bagian dari orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
Itulah rahasia besar dari para pejuang. Sekaligus menjadi argumentasi terkuat mengapa positive thinking yang bersumber dari sebuah keyakinan akan kemenangan di dalam perjuangan akan melahirkan orang-orang yang tangguh, perkasa, tegar dan juga kokoh meskipun berbagai macam aral dan rintangan selalu menerpa para pejuang.
Begitu juga dalam kehidupan yang kita jalani, kita harus sama-sama meyakini bahwa dalam menjalani kehidupan apapun peran yang kita mainkan di muka bumi ini maka keyakinan yang kuat akan melahirkan cara pandang yang lebih dari sekedar positive thingking akan mengantarkannya pada sebuah kesuksesan. Contoh sederhana adalah seperti di dalam sebuah peran yang bernama bisnis. Seperti yang disebutkan dalam hadist, di antara 10 pintu rezeki 9 di antaranya adalah lewat dagang atau bisnis. Namun hadist ini tidaklah semudah dalam implementasinya di lapangan. Ada yang gagal berkali-kali baru mendapatkan kesuksesan bisnis. Sehingga ada sebuah pendapat umum yang mengatakan bahwa dalam menjalankan bisnis pasti akan menemui berbagai macam kegagalan dan juga kerugian yang nilainya sangat besar sehingga membuat kita pada suatu titik tertentu menjadi berputus asa dan mungkin akan membuat kita menyerah dan akhirnya meninggalkan dunia bisnis.
Sebenarnya ketika hal tersebut terjadi, di sanalah letak ujian dan sunnatullah perjuangan dalam bisnis. Seberapa besar kita memiliki kekuatan mental dalam menghadapi kegagalan dan kerugian. Di sinilah saatnya kita untuk ber-positive thinking atau dengan kata lainnya dalam Islam disebutkan sebagai husnuzhan (berpikir lebih dari sekedar positif) kepada Allah. Sebenarnya sebagai seorang Muslim kita diperintahkan agar lebih dari hanya sekedar ber-positive thinking tetapi juga yakin bahwa kegagalan dan kerugian yang kita alami adalah sebuah pelajaran yang berharga dari Allah kepada kita agar kita tidak mengulangi kesalahan tersebut, dan juga melatih kita untuk mental baja dalam menghadapi kegagalan. Kita juga berpikir positif hikmah di balik kejadian bahwa yang benar dan tepat dalam penyikapan kita kepada makna dan kerugian materi dunia yang fana ini yaitu menempatkan uang berada hanya di dalam genggaman tangan dan bukan di hati sehingga ketika kita kehilangan dan kerugian uang tersebut sikap kita biasa saja karena dalam genggaman tangan maka ada saat kita menerima dana, ada saat kita melepaskan tanpa sebuah keberatan di dalam hati.
Tidak ada seorang pun yang sekarang mencapai kesuksesannya yang pada masa-masa sebelumnya tidak mengalami kegagalan dan kerugian yang bisa dibilang tidak sedikit. Bahkan sampai-sampai ada yang harus menjual rumahnya untuk menutupi kerugiannya.
Siapa yang tidak kenal dengan Robert T Koyosaki penulis buku Rich Dad Poor Dad. Sebelum akhirnya ia berhasil sukses sehingga sekarang ini ia pernah sempat tinggal di dalam sebuah garasi rumah temannya. Begitu juga semua orang yang kita nilai sukses pada saat ini pasti memulainya dan menjalani dengan berbagai macam kegagalan-kegagalan dan kerugian-kerugian.
Dalam sebuah pertemuan kecil dengan beberapa teman saya dalam sebuah pengajian, kami dengan beberapa teman saya dalam sebuah pengajian, kami membicarakan tentang sebuah bisnis yang ditawarkan oleh salah seorang teman. Lalu terjadilah sharing pengalaman tentang pengalaman-pengalaman menjalankan bisnis yang dijalani oleh ustadz kami.
Beliau mengatakan bahwa baru saja mengalami kegagalan dan kerugian dalam bisnis. Beliau kehilangan uang lumayan besar dalam bisnis yang sedang dirintis dan dijalaninya di daerah. Beliau mengatakan bahwa itu adalah resiko bisnis yang dijalaninya walaupun ada kekecewaan juga yang menghinggap hatinya. Kemudian beliau melanjutkan bahwa di balik kerugiannya sebenarnya ada keuntungan yang didapatnya.
Pertama, bahwa walaupun beliau gagal dan mengalami kerugian pada saat ini, akan tetapi beliau telah berhasil membangun jaringan bisnis dengan beberapa pengusaha yang ada di Surabaya dan hal itu merupakan hal yang paling penting ketika kita baru merintis bisnis dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh.
Kedua, bahwa ketika mengalami kegagalan dan kerugian dalam bisnis pada masa sekarang, kita harus melihat bahwa mungkin sekarang belum saatnya kita berhasil, akan tetapi mungkin suatu saat nanti kita mungkin akan berhasil dalam bisnis tersebut. Yang penting adalah kita telah menanam benih bisnis kita pada tempat di mana kita pernah gagal dan mengalami kerugian.
Ketiga, mungkin juga bisnis pada masa kita belum berhasil tapi nanti suatu saat akan berhasil pada masa anak cucu kita seperti kisah Rasulullah pada saat berhijrah ke negeri Thaif yang pada akhirnya anak keturunan dari Bani Thaif beriman kepada Allah dan menjadi bagian dari orang-orang yang berjuang di jalan Allah.
Begitulah kehidupan, sangat dibutuhkan orang-orang yang mampu memiliki lebih dari sekedar positive thinking kepada Allah. Walaupun pada kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan sedang menimpa diri kita.
Ingatlah, itu semua adalah tabiat sebuah perjuangan, baik itu perjuangan bisnis maupun ketika kita berjuang dalam kehidupan ini. Semua itu akan membentuk mental kita menjadi mental orang pejuang sejati yang tegar, kokoh, sabar dan perkasa dalam menghadapi kesulitan, kegagalan dan kerugian yang menghadang kita.
Tidak hanya cukup dengan ber-positive thinking saja dalam berbisnis maupun dalam menjalani kehidupan bersama karena positive thinking sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal dari diri kita. Kita butuh lebih dari itu, kita butuh sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan ataupun yang menyulitkan dan menyakitkan bagi kita, adalah suatu yang terbaik yang diberikan oleh Allah kepada kita selaku hamba-hamba-Nya.
Marilah kita berusaha untuk melihat dan menerawang jauh ke depan dan berusaha mengambil hikmah dari setiap kejadian-kejadian yang menimpa diri kita. Jangan cepat menyimpulkan setiap yang terjadi pada diri kehidupan kita. Jangan cepat menyimpulkan setiap yang terjadi pada diri kehidupan kita yang pada akhirnya menyebabkan kita mendahului takdir yang telah diterapkan oleh Allah kepada kita.
Ada sebuah kisah tentang seorang pendoa yang berdoa:
Ketika kumohon kepada Allah kekuatan,
Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat.
Ketika kumohon kepada Allah kebijaksanaan,
Allah memberiku masalah untuk dipecahkan,
Ketika kumohon kepada Allah kesejahteraan,
Allah memberiku akal untuk berpikir.
Ketika kumohon kepada Allah keberanian,
Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi.
Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta,
Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong.
Ketika kumohon kepada Allah bantuan,
Allah memberiku kesempitan
Aku tidak pernah menerima apa yang kupinta,
Tapi aku menerima segala yang kubuthkan
Doaku terjawab sudah…
======
Sumber : Buku Never Give Up, Keep Fight!, Multitama communication