Kisah-Kisah Menawan Tentang Bakti Kepada Orangtua

Advertisement

Ilustrasi. (Foto : buffyholt.com)

Syahida.com – 1. Suatu hari dalam perjalanan menuju Mekkah, ‘Abdullah bin ‘Umar mengucapkan salam kepada laki-laki badui. ‘Abdullah bin ‘Umar mengucapkan salam kepada laki-laki itu, menaikkannya ke atas keledai yang ia tunggangi, lalu memberikan sorban yang melilit di kepalanya.

Ibnu Dinar menyela, “Aku berkata kepada ‘Abdullah, “Semoga Allah meluruskan tindakanmu. Bukankah mereka itu orang-orang badui yang bersahaja?”

‘Abdullah bin ‘Umar menjawab, “Ayah si badui itu adalah sahabat karib ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu dan sungguh aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Kebajikan yang paling besar adalah menyambung tali silaturrahim yang dilakukan seorang anak dengan sahabat karib ayahnya.”

2. Ummu al-Mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu anhu menuturkan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepadaku, Aku masuk surga lalu aku mendengar suara bacaan Al-Qur’an. Aku bertanya, ‘Siapa itu?’ Mereka menjawab, ‘Haritsah bin an-Nu’man. Itulah (wujud) bakti kepada orangtua, itulah (wujud) bakti kepada orangtua. Dia adalah orang yang paling berbakti kepada ibunya.”[2]

3. Abu ‘Abdurrahman al-Hanafi menuturkan, “Kahmas bin al-Hasan melihat seekor kalajengking di rumahnya. Ia bermaksud membunuhnya atau menyingkirkannya, tetapi ia kalah cepat dan binatang itu masuk ke dalam liang. Kahmas memasukkan tangannya ke dalam liang itu untuk memburu bintanag tersebut, dan tentunya tindakannya itu berbahaya. Seseorang bertanya kepadanya, ‘Mengapa engkau berbuat itu?’ Kahmas menjawab, ‘Aku khawatir binatang itu keluar dari persembunyiannya kemudian mendekati ibuku lalu menggigitnya.”

4. Abu al-Hasan bin ‘Ali bin al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu, alias Zainal ‘Abidin, seorang pemuka Tabiin, adalah orang yang dikenal amat berbakti kepada orangtua. Suatu hari, seseorang berkata padanya, “Engkau adalah orang yang banyak berbuat kebajikan kepada ibumu. Tetapi tidak sekalipun aku melihatmu makan kepada ibumu!” Zainal ‘Abidin menjawab, “Aku khawatir tanganku mengambil makanan yang telah diidamkan ibuku. Dengan begitu aku telah durhaka kepadanya.”

5. Hisyam bin Hassan mengatakan, Hafshah binti Sirin menuturkan kepadanya, “Ibu Muhammad bin Sirin berasal dari Hijaz dan sangat senang dengan pakaian yang diberi pewarna. Apabila Muhammad membelikan ibunya baju, ia memilih kain yang paling lembut. Ketika tiba Hari Raya, ia mewarnai baju ibunya. Tidak pernah sekalipun aku melihat Muhammad berbicara dengan suara keras kepada ibunya. Saat berbicara, ia tak ubahnya seorang yang sedang memperhatikan pembicaraan orang lain.”

Beberapa kerabat Muhammad  bin Sirin menuturkan, “Tidak pernah sekalipun aku melihat Muhammad berbicara kepada ibunya, kecuali dengan merendahkan diri.” Ibnu ‘Aun berkata, “Ketika Muhammad berbicara dengan ibunya, orang yang melihatnya akan mengira bahwa ia sedang sakit, karena suaranya sangat rendah.”



Ibnu ‘Aun meriwayatkan, seseorang menemui Muhammad bin Sirin, saat ia sedang berada bersama ibunya. Melihat sikap Ibnu Sirin, orang itu bertanya, “Ada apa dengan Ibnu Sirin, apakah ia sedang sakit?” Seseorang menjawab, “Tidak, tetapi begitulah sikap Ibnu Sirin di hadapan ibunya.”

6. Ja’far bin Sulaiman meriwayatkan, Muhammad bin ak-Munkadir menempelkan pipinya di atas tanah dan berkata kepada ibunya, “Berdirilah dan letakkan telapak kakimu di pipiku!”

7. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Aun al-Muzani, ketika sang ibu memanggilnya, ia menjawab dengan suara yang lebih tinggi. Maka, ia menebus kekhilafannya itu dengan memerdekakan dua orang budak.

8. Seseorang bertanya kepada ‘Umar bin Dzarr, “Bagaimana bakti anakmu kepadamu?” Ia menjawab, “Tidak pernah sekalipun aku bepergian di siang hari, kecuali ia selalu mengikuti di belakangku, tidak pula aku berjalan di gelap malam, kecuali ia selalu berada di depanku, dan tidak pernah sekalipun ia berada di tempat yang tinggi sedang aku di bawahnya.”

9. Suatu ketika Shalih al-‘Abbasi datang ke istana al-Manshur. Saat mendapat kesempatan berbicara, ia sering menyebut, “Ayahku, semoga Allah mengasihinya.” Ar-Rabi’ memperingatkan, “Jangan terlalu banyak memohon kasih sayang untuk ayahmu di hadapan Amirul Mikminin!” Shalih al-‘Abbasi menjawab, “Aku tidak mencelamu, tetapi engkau belum merasakan manisnya keharmonisan hubungan ayah dan anak!” Al-Manshur tersenyum dan berkata, “Begitulah balasan orang yang menyudutkan anak cucu Hasyim!”

10. Bandar al-Muhaddits termasuk di antara orang yang banyak berbakti kepada orangtua. Adz-Dzahabi menuturkan, “Dia menghimpun hadist yang ada di Bashrah dan tidak pernah melakukan perjalanan (ke kota lain untuk menghimpun hadist-ed) demi kesetiaannya kepada sang ibu.” ‘Abdullah bin Ja’far bin Khaqan al-Marwazi berkata, “Aku pernah mendengar Bandar berkata, ‘Aku ingin berkelana menuntut ilmu, tetapi ibuku tidak mengizinkan. Aku menuruti kehandaknya dan Allah memberikan berkah kepadaku.”

11. Al-Ashmu’i menuturkan, seorang badui bercerita kepadanya, “Aku pergi untuk menemui orang yang paling durhakan dan orang yang paling berbakti kepada orangtua. Aku berkeliling dari satu kampung ke kampung yang lain, hingga aku bertemu dengan seorang laki-laki tua renta. Di lehernya terlilit seutas tali dan tangannya menjinjing sebuah ember untuk menimba air, di bawah terik matahari yang membakar. Di belakangnya, seorang pemuda berdiri memegang tali yang sedang dipintal. Punggung laki-laki tau itu tampak robek oleh cambuk yang ada di tangan si anak muda. Aku berkata, “Tidakah engkau takut kepada Allah dengan perlakuanmu kepada orang tua yang lemah itu? Tidak puaskah engkau memaksanya menimba air sehingga engkau masih perlu mencambuknya?’ “Pemuda itu menjawab, ‘Tidak mengapa, orang itu adalah ayahku!’ “Allah tidak memberikan balasan baik kepadamu’, kataku.” “Pemuda itu berkata, ‘Diam, sebab ia pun memperlakukan ayahnya dengan cara yang sama, demikian pula ayahnya memperlakukan kakeknya.” “Aku berkata, ‘Inilah orang yang amat durhaka!” “Aku terus berkeliling hingga bertemu seorang pemuda tengah menggendong seorang laki-laki tua dalam keranjang. Orang dalam keranjang itu tampak seperti burung. Ia menurunkan dan meletakkan keranjang tersebut di depannya, setiap saat ia menyuapi orangtua itu seakan ia menyuapi anak burung.” “Aku bertanya, ‘Siapa orang yang ada dalam keranjang itu?” “Ayahku, ia pikun dan aku mengurusnya’, jawab si pemuda. “Aku berkata, ‘Inilah orang Arab yang paling berbakti’.”

12. Thalq bin Hubaib adalah seorang ulama dan ahli ibadah. Ia mempunyai kebiasaan mencium kepala ibunya dan ia tidak ingin berada di atas jika sang ibu di bawah sebagai penghoramatan atas sang ibu.

13. ‘Amr bin ‘Abdullah bin az-Zubair mengatakan, “Semenjak ayahku meninggal, setahun lamanya aku tidak berdoa kepada Allah selain memohon keselamatan atas dirinya.”

Kebajikan yang paling besar adalah menyambung tali silaturrahim yang dilakukan seorang anak dengan sahabat karib ayahnya.”

  1. Salaf adalah golongan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para tabiin.
  2. Hadist shahih, lihat al-Albani, Shahih al-Jami’, hadist no. 3371.

Sumber: Kitab Keramat Hidup : Orang Tua, Musa bin Muhammad Hajjad az-Zahrani  

Advertisement
Admin Syahida

Disqus Comments Loading...
Share
Kontributor:
Admin Syahida

Recent Posts

Perhatian Rasulullah SAW Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat (Bagian ke-1)

Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…

4 tahun yang lalu

Perhatian Al-Quran Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat

Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…

4 tahun yang lalu

Sikap yang Baik dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…

5 tahun yang lalu

Pandemik, COVID-19, Babi, dan Akhir Zaman

Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…

5 tahun yang lalu

Antara Samiri dan COVID-19

Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…

5 tahun yang lalu

Antara Doa Nabi Ibrahim AS, Doa Nabi Muhammad SAW, Wabah COVID-19, dan Dajjal

Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…

5 tahun yang lalu
Advertisement

This website uses cookies.