Syahida.com – Ketika Luth as menyeru mereka untuk beribadah hanya kepada Allah SWT semata, yang tiada memiliki sekutu dan melarang mereka melakukan kekejian seperti yang Allah sebutkan, mereka tidak menerima seruannya juga tidak beriman kepadanya bahkan satu orang pun tidak ada. Mereka enggan meninggalkan perbuatan yang dilarang, dan tetap saja seperti itu. Mereka tidak memberikan tanggapan apa pun selain dengan menyatakan, karena memang mereka tidak punya akal, “Usirlah Luth dan keluarganya dari negerimu; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (menganggap dirinya) suci.” (An-Naml: 56). Mereka mencela Luth dengan kata-kata yang seharusnya diucapkan sebagai pujian. Inti celaan mereka adalah mengusir Luth. Tidak ada motif apa pun yang mendorong mereka melontarkan kata-kata seperti itu selain pembangkangan dan sikap keras kepala.
Allah kemudian menyucikan Luth dan keluarganya, kecuali istrinya. Allah mengeluarkan mereka dari Sodom dengan baik, dan meninggalkan mereka dari tempat itu untuk selamanya, yang diubah Allah menjadi danau dengan bau busuk menyengat dan bergelombang, yang pada hakikatnya adalah api yang berkobar, dan airnya asin lagi pahit.
Itula jawaban yang mereka lontarkan saat dilarang melakukan petaka dan kekejian besar yang belum pernah dilakukan seorang manusia pun di dunia. Itulah mengapa mereka menjadi contoh dan pelajaran bagi mereka yang melakukan kekejian serupa.
Selain kekejian tersebut, mereka juga gemar merampok, mengkhianati kawan, melakukan kemungkaran di tempat-tempat pertemuan, baik dengan tutur kata ataupun tindakan, dengan berbagai macam jenisnya. Bahkan menurut salah satu sumber, mereka beradu kentut di tempat-tempat perkumpulan tanpa merasa malu dengan teman-teman di dekatnya, bahkan kadang sebagian diantara mereka melakukan kejahatan besar di tempat-tempat pesta tanpa mau mendengar nasihat ataupun peringatan orang lain untuk menghentikan perbuatan saat itu, tidak pula mau menyesali dosa-dosa yang lalu, juga tidak punya niat untuk berubah pada masa mendatang. Akhirnya, Allah menimpakan siksaan keras pada mereka.
Mereka mengatakan pada Luth, “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” (Al-Ankabut: 29). Mereka meminta agar azab pedih dan siksaa besar yang diancamkan agar ditimpakan pada mereka.
Saat itulah Luth memanjatkan doa keburukan terhadap mereka, memohon kepada Rabb seluruh alam, Ilah para rasul, agar menolongnya atas kaum yang berbuat kerusakan.
Allah merasa cemburu karena kecemburuan Luth, murka karena Luth marah, mengabulkan doanya, memperkenankan permintaannya, dan mengutus para utusan mulia dari kalangan malaikat, mereka adalah malaikat-malaikat besar. Mereka mampir di tempat Ibrahim Al-Khalil dan menyampaikan berita gembira kelahiran anak yang pandai (Ishaq). Mereka memberitahukan urusan besar dan petaka merata yang akan mereka timpakan pada kaum Luth. “Dia (Ibrahim) berkata, ‘Apakah urusanmu yang penting wahai para utusan?’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya, kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar Kami menimpa mereka dengan batu-batu dari tanah (yang keras), yang ditandai dari Rabbmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas’.” (Adz-Dzariyat: 31-37).
“Dan ketika utusan Kami (para malaikat) datang kepada ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengatakan, ‘Sungguh, kami akan membinasakan penduduk kota (Sodom) ini karena penduduknya sungguh orang-orang zalim.’ Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya, di kota itu ada Luth.’ Mereka (para malaikat) berkata, ‘Kami lebih mengetahui siapa yang ada dikota itu. Kami pasti akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya. Dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)’.” (Al-Ankabut: 31-32)
“Maka ketika rasa takut hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang kepadanya, dia pun bertanya jawab dengan (para malaikat) Kami tentang kaum Luth.” (Hud: 74). Ibrahim mempersoalkan kaum Luth karena ia berharap mereka mau menerima seruan Luth, bertobat berserah diri, meninggalkan semua dosa dan kesalahan, serta kembali ke jalan kebenaran.
Karena itu Allah SWT berfirman, “Ibrahim sungguh penyantun, lembut hati dan suka kembali (kepada Allah). Wahai Ibrahim! Tinggalkanlah (perbincangan) ini, sungguh, ketetapan Rabbmu telah datang, dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.” (Hud: 75-76). Yaitu, jangan lagi membicarakan persoalan ini, bicarakan saja masalah lain, karena siksaan yang akan ditimpakan ini sudah menjadi keniscayaan bagi mereka. Mereka harus tertimpa siksa, dihancurkan dan dibinasakan. “Sungguh, ketetapan Rabbmu telah datang,” yaitu ketetapan siksa itu telah diputuskan oleh Dzat yang perintah, azab dan hukuman-Nya tidak tertolak. “Dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.”
Sa’id bin Jubair, As-Suddi, Qatadah dan Muhammad bin Ishaq menyebutkan, Ibrahim mengatakan, “Apakah kalian akan membinasakan penduduk suatu perkampungan yang ada disana ada 300 orang mukmin?” “Tidak,” jawab para malaikat. Ibrahim kembali mengatakan, ‘Apakah kalian akan membinasakan penduduk suatu perkampungan yang disana ada 14 orang mukmin?’ ‘Tidak,’ jawab para malaikat. Ibnu Ishaq meneruskan, ‘Ibrahim sampai mengatakan, ‘Bagaimana menurut kalian jika di sana ada satu orang mukmin?’ ‘Tidak, (kami tidak akan membinasakan mereka), jawab para malaikat. ‘Kami lebih mengetahui siapq yang ada di kota itu.” (Al-Ankabut: 32).
Menurut versi Ahli Kitab, Ibrahim mengatakan, “Ya Rabb! Apakah Engkau akan membinasakan mereka, sementara di antara mereka ada 50 orang saleh,’ Ibrahim menyebut hingga sepuluh orang, lalu Allah berfirman, ‘Tidak, Aku tidak akan membinasakan mereka, sementara di sana ada sepuluh orang saleh’.” [Syahida.com]
Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq