Syahida.com – Berbicara mengenai kemesraan, saya tidak ingin hal ini dianggap sebagai sesuatu yang tabu untuk disampaikan, apalagi dalam pembahasan fikih munakahat. Tulisan ini ditujukan kepada para suami, sehingga saya berharap dengan menyampaikan pembahasan ini, para suami (termasuk saya tentunya) dapat mencoba untuk menghadirkan kemesraan terhadap istri tercinta. Bersikap mesra terhadap pasangan merupakan sarana untuk mewujudkan kepuasan seksual bersama istri.
Sebagaimana seorang istri memiliki kewajiban melayani suaminya, maka suami pun memiliki kewajiban memenuhi kebutuhan biologis istrinya. Suami memiliki kewajiban menggauli istrinya, meskipun cuma sekali dalam sebulan manakala ada sesuatu hal yang menghalanginya. Suami tidak boleh menelantarkan kebutuhan biologis istri tanpa sebab syar’i. Bahkan suami yang beralasan beribadah siang malam, sehingga ia enggan, termasuk dalam kategori menzhalimi istrinya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menasihati Utsman bin Mazh’un radhiyallahu anhu agar ia memenuhi hak keluarganya karena dirinya lalai terhadap hak istrinya akibat konsentrasi yang tinggi dalam beribadah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkannya:
“Dan keluargamu mempunyai hak yang harus kamu tunaikan.”[1]
Sebuah riwayat lain menceritakan, diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya, “Hai Abdullah, benarkah berita bahwa engkau berpuasa pada siang hari dan shalat di malam harinya?”
Aku berkata, “Benar, ya Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Jangan berbuat demikian! Berpuasalah dan berbukalah, shalatlah di malam hari tapi juga tidurlah. Sebab fisikmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak dan istrimu juga memiliki hak.”[2]
Upaya menghadirkan kemesraan seorang suami terhadap istrinya dapat diawali dengan mempertampan diri dengan berhias. Sebagaimana seorang suami ingin istrinya tampil dengan mempesona di hadapannya, apalagi ketika hendak berhubungan seksual, maka hendaknya ia pun berusaha tampil menarik di hadapan istri tercinta. Istri tentu akan merasa lebih senang bila memandang suaminya dalam kondisi yang lebih menarik dan indah dipandang mata. Lebih sempurna lagi, suami tidak lupa memakai wewangian yang menyegarkan dan dipilih sesuai dengan selera istri.
Ada sebuah riwayat, seorang wanita menghadap Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, yang pada sata itu beliau menjadi khalifah. Wanita itu mengadukan perihal suaminya. Umar segera mengutus seseorang untuk memanggil kai-laki yang menjadi istri wanita itu agar menemuinya. Benar, laki-laki itupun datang menghadap kepada Umar. Umar mendapati laki-laki tersebut dalam kondisi lusuh pakaiannya, panjang rambutnya, serta tidak memperhatikan kebersihan diri dan penampilannya. Umar lantas menyuruh para shahabat agar menahan laki-laki ini dan mengubah pakaiannya, menyuruhnya mandi, merapikan rambutnya dan memperhatikan penampilan dirinya.
Ketika laki-laki tersebut sudah melakukan semua hal yang diperintahkan Umar, maka Umar menyuruh dia agar kembali kepada istrinya. Ketika masuk, pada awalnya sang istri tidak mengenalinya, sehingga iapun merasa malu-malu kepadanya. Laki-laki itu berkata, “Aku ini suamimu! Tidakkah engkau mengenaliku?”
Wanita itu melihatnya dengan seksama dan mengenali laki-laki itu adalah suaminya. Ia pun lantas bergembira karenanya. Ia paham bahwa Amirul Mukminin yang menjadi penyebab perubahan penampilan suaminya. Kemudian, keadaan keduanya selalu baik.
“Demi Allah , mereka itu (para istri) merasa senang jika klaian berhias untuk mereka, sebagaimana kalian juga merasa senang bila mereka berhias untuk kalian,” pesan Umar bin Khaththab.
Datangilah istrimu dengan senyuman, niscaya hatinya akan berbunga-bunga. Senyuman memang sebuah perbuatan yang mudah dilakukan, tetapi efeknya sangat luar biasa. Ia dapat menghadirkan rasa suka cita, mampu menyalurkan kemesraan di antara suami istri. Sungguh, tak ada ruginya seorang suami tersenyum kepada istrinya ketika ia mendatanginya. Insyaallah senyuman akan menghadirkan kebaikan bagi keduanya, karena senyum seorang suami kepada istrinya adalah sedekah, sebagaimana senyum seorang muslim terhadap muslim lainnya.
“Senyum yang engkau berikan kepada saudaramu adalah sedekah bagimu.”[3]
Suami yang bijak dan mengerti kebutuhan istri, tentu dia tidak akan sekedar melakukan hubungan seksual secara to the point, langsung menuju sasaran. Suami sebaiknya berusaha mengawali ‘kebersamaan’ dengan memberikan kemesraan untuk merangsang istri. Ia dapat memujii sang istri dengan mengatakan istrinya adalah wanita yang cantik atau baik. ia juga dianjurkan mengucapkan kata-kata mesra, romantis dan baik perlu dengan sedikit menggoda. Panggillah istrimu dengan panggilan yang paling disenangi oleh istri, sehingga istri akan tersentuh hatinya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan hendaknya sebuah hubungan seksual antara suami dan istri diawali dengan pengantar, yaitu cumbuan dan rayuan. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan, “Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti seekor binatang. Hendaklah terlebih dahulu ia memberikan rangsangan dengan ciuman dan rayuan.”[4]
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menerangkan, “Sebahai pendahuluan, suami hendaknya mencumbui istrinya, menciumi dan menghisap lidahnya. Sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga melakukan hal tersebut terhadap istri-istri beliau. Sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud dalam Sunan-nya.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencium ‘Aisyah dengan menghisap lidahnya.”
Bersabarlah, dan hendaknya sang suami mengatakan kepada istrinya bahwa dirinya akan bersabar menunggu saat yang tepat, bukannya tergesa-gesa. Lakukanlah ciuman-ciuman kepada istri sambil melepas pakaian istri perlahan-lahan. Fokuskan ciuman itu ke bagian-bagian tertentu dari tubuh istri, seperti pada pipi, mulut, leher, payudara, daerah sekitar kemaluan, dan daerah-daerah lipatan. Lakukanlah dengan perlahan supaya istri mulai terangsang dan siap untuk menuju puncak bersama suami. Lakukanlah dengan kelembutan agar istri merasakan setiap sentuhan yang dilakukan oleh suami tercinta. Kemudian, bersiaplah untuk “terbang” bersama ke langit tujuh.
Ups…jangan lupa! Hendaknya serangkaian berhubungan seksual yang dilakukan oleh suami istri dimulai dengan menyebut asma Allah agar apa yang dilakukan diridhai oleh-Nya dan dicatat sebagai amal kebaikan, sehingga pelakunya berhak atas balasan pahala dan keberkahan.
Pesan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salla:
“Setiap pekerjaan mulia yang tidak dimulai dengan menyebut asma Allah, maka terputus (berkahnya).”[5]
Kemudian dilanjurkan oleh keduanya dengan membaca doa khusus hendak berhubungan seks, yaitu meminta perlindungan Allah dari segala bentuk campur tangan dan gangguan setan laknatullah. Semoga dengan doa ini, Allah menghindarkan segala keburukan dari aktivitas seksual yang dilakukan suami istri. Doa khusus yang dimaksud adalah doa yang disabdakan dalam sebuah hadist yang berasal dari Ibnu Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Bila salah seorang dari kalian mendatangi istrinya, lalu memanjatkan doa ‘Bismillah Allahum jannibnaasy syaithaana wa jannibisy syaithana ma razaqtana.” (Dengan nama-Mu ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkan setan dari rezeki yang telah Engkau berikan), apabila hubungan itu ditakdirkan melahirkan anak, niscaya setan tidak mengganggunya.”[6]
Membaca basmalah dan doa tersebut doa tersebut di atas akan memberikan dua kebaikan kepada kedua mempelai. Kebaikan pertama adalah apa yang akan dilakukan oleh keduanya bermakna ibadah di sisi Allah, sehingga Allah akan memberikan keberkahan dan keridhaannya. Kebaikan kedua adalah menjauhkan keduanya dari segala bentuk makar setan yang hendak ikut serta dalam aktivitas seksual suami istri.
Tak ada salahnya, selama aktivitas hubungan seksual, suami membisikkan kata-kata mesra kepada istrinya. Hal ini dimaksudkan agar istri semakin bergairah, sehingga ia akan mendapatkan kepuasaan dalam berhubungan intim. Kata-kata mesra seperti, “Aku cinta kamu, istriku tersayang,” atau kata-kata lain yang sejenis atau ucapan-ucapan hasil improvisasi sendiri dapat dibisikkan ke telinga istri sembari menciumnya. Seorang istri sangat menantikan kata-kata itu dikeluarkan dari mulut suaminya, apalagi ketika keduanya sedang berhubungan seksual.
Hadirkan kemesraan yang luar biasa agar istrimu semakin mencintaimu. Mulai sekarang, perhatikan penampilanmu, aroma tubuhmu dan raut mukamu. Jangan engkau berlaku tidak bijak dalam menemui istrimu dengan keadaan yang kusam, lusuh dan tanpa senyuman sedikitpun. Tersenyumlah, lalu lanjutkan senyumanmu dengan kata-kata mesra kepada istri tercinta. Sentuhlah ia dengan sentuhan penuh kasih. Hadirkanlah kemesraan berdua yang luar biasa, karena hal ini adalah kewajibanmu. Selanjutnya, selamat menikmati kebahagiaan. [Syahida.com]
- Tirmidzi
- Bukhari
- Bukhari dan Tirmidzi.
- Tirmidzi
- Abu Dawud
- Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi.
Sumber : Kitab 24 Jam Amalan Agar Istri Making Sayang, Asadullah Al Faruq