Syahida.com –
وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِن دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى
الْبَابِ ۚ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَن يُسْجَنَ أَوْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَن نَّفْسِي ۚ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ أَهْلِهَا إِن كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِن قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
وَإِن كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِن دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِينَ
فَلَمَّا رَأَىٰ قَمِيصَهُ قُدَّ مِن دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِن كَيْدِكُنَّ ۖ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَا ۚ وَاسْتَغْفِرِي لِذَنبِكِ ۖ إِنَّكِ كُنتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ
“Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, ‘Marilah mendekat kepadaku.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sesungguhnya, orang yang zalim itu tidak akan beruntung. Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.
Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih. Dan keduanya berlomba menuju pintu dan perempuan itu menarik baju gamisnya (Yusuf) dari belakang hingga koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Dia (perempuan itu) berkata, ‘Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?’ Dia (Yusuf) berkata, ‘Dia yang menggodaku dan merayu diriku.’
Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, ‘Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar”. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar”. (Hai) Yusuf: “Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah”. (Yusuf: 23-29)
Allah menuturkan godaan yang dilakukan istri penguasa Mesir itu kepada Yusuf dan meminta Yusuf melakukan sesuatu yang tidak patut dengan kondisi dan kedudukannya. Istri penguasa Mesir itu sangat cantik, memiliki banyak harta, kedudukan dan masih muda. Ia menutup pintu-pintu rumah, bersiap dan berdandan untuk merayu Yusuf, mengenakan pakaian terbaik dan paling mewah yang ia miliki, di samping itu ia adalah istri seorang menteri. Ibnu Ishaq menyatakan, “Ia adalah putri saudari Raja Rayyan bin Walid, raja Mesir.”
Selain itu, Yusuf juga seorang pemuda yang sangat tampan lagi menawan. Namun karena ia adalah seorang nabi, berasal dari keturunan para nabi, akhirnya Allah melindungi Yusuf dari perbuatan keji, melindunginya dari tipu daya wanita. Ia adalah pemimpin para pemimpin terpandang, salah satu diantara tujuh orang bertakwa (yang mendapat naungan Allah) yang disebutkan dalam kitab Shahihain dari para nabi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam sabda yang beliau sampaikan dari Rabb bumi dan langit, “(Ada) tujuh golongan, Allah menaungi mereka di bawah naungan-Nya pada hari tiada naungan selain naungan-Nya; pemimpin adil, orang yang mengingat Allah seorang diri lalu kedua matanya berlinang, orang yang hatinya merindukan masjid ketika keluar darinya hingga ia kembali lagi, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang menyedekahkan sesuatu, lalu ia sembunyikan hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, dan lelaki yang diajak (berbuat zina) seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, tapi ia mengatakan, ‘Sungguh, aku takut kepada Allah’.”[1]
Intinya, istri seorang menteri Mesir mengajak Yusuf (berbuat keji) dan memintanya dengan sangat. Yusuf kemudian berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku,” maksudnya suami wanita tersebut, di pemilik rumah, tuanku, “Telah memperlakukan aku dengan baik,” yaitu ia telah memperlakukan diriku dengan baik dan memuliakan kedudukanku di sisinya, “Sesungguhnya, orang yang zalim itu tidak akan beruntung.”
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya,” firman ini sudah kita bahas dalam kitab tafsir secara memadai.
Sebagian besar pernyataan para mufassir terkait hal ini bersumber dari kitab-kitab Yahudi dan Nasrani. Lebih baik jika masalah ini tidak perlu kita bahas.
Yang wajib kita yakini adalah; Allah melindungi, membebaskan, dan menjauhkan Yusuf dari perbuatan nista. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.”
“Dan keduanya berlomba menuju pintu,” Yusuf lari meninggalkan wanita itu menuju pintu agar bisa keluar dan lari menjauh darinya, namun wanita itu mengejar Yusuf, “Dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu,” perempuan itu langsung berkata kepada suaminya dan menghasutnya agar menghukum Yusuf, “Dia (perempuan itu) berkata, ‘Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?” Ia menuduh Yusuf padahal dia yang sebenarnya tertuduh. Si perempuan tersebut membela kehormatannya dan membersihkan namanya, karena itu Yusuf berkata, “Dia yang menggodaku dan merayu diriku,” kebenaran perlu disampaikan saat diperlukan.
“Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian,” menurut salah satu pendapat, saksi tersebut masih kecil dan masih digendong. Demikian yang dinyatakan Ibnu Abbas, juga meriwayatkan dari Abu Hurairah, Hilal bin Yasaf, Hasan Al-Bashri, Sa’id bin Jubair, Dhahhak, dan dipilih Ibnu Jarir. Terkait saksi ini, ada sebuah hadist marfu’ diriwayatkan dari Ibnu Abbas, sementara yang lain menyebut mauquf, hanya sampai Ibnu Abbas saja.[2]
Sumber lain menyebutkan saksi tersebut adalah seorang lelaki di dekat Qathfir, suami si perempuan. Yang lain menyebutkan seorang lelaki di dekat si perempuan. Kalangan yang menyatakan bahwa saksi tersebut seorang lelaki adalah Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Hasan, Qatadah, As-Suddi, Muhammad bin Ishaq, dan Zaid bin Aslam.
Saksi itu mengatakan, “Jika baju gamisnya koyak di bagian depan maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta,” artinya, Yusuf yang menggoda, lalu si wanita tersebut mendorong Yusuf hingga bagian depan bajunya koyak. “Dan jika baju gamisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang benar,” yaitu karena Yusuf melarikan diri dari perempuan tersebut, lalu si perempuan mengerjar dan memegangi baju Yusuf, hingga bajunya terkoyak dari belakang. Dan seperti itulah kejadiannya. Karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, ‘Sesungguhnya, ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat,” yaitu tindakan ini adalah tipu dayamu, kau yang telah menggoda Yusuf, tapi kau menuduh Yusuf yang bukan-bukan.
Sikap Tuan Aziz terhadap Istrinya
Suaminya kemudian menutup lembaran kejadian ini dengan mengatakan, “Wahai Yusuf! ‘Lupakanlah ini,” yaitu jangan kau katakan pada siapa pun, karena menyembunyikan kejadian seperti ini lebih patut dan lebih baik. Si suami kemudian memerintahkan istrinya untuk memohon ampunan atas dosa yang telah ia lakukan, dan bertobat kepada Allah, Allah menerima tobatnya.
Meski penduduk Mesir menyembah berhala, namun mereka mengetahui hanya Allah semata yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Karena itulah suami si perempuan tersebut mengatakan seperti itu, dan memaafkannya dalam salah satu sisi, mengingat wanita sepertinya wajar jika tidak bisa menahan diri terhadap lelaki setampan Yusuf, namun Yusuf adalah sosok yang menjaga diri terhadap lelaki setampan dirinya dan bersih hari. Si suami itu kemudian berkata kepada istrinya, “Dan (istriku) mohonlah ampunan atas dosamu, karena engkau termasuk orang yang bersalah.” [Syahida.com]
- Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, kitab: Azan. Bab: Orang yang duduk di masjid untuk menunggu shalat, dan keutamaan masjid, Muslim dalam kitab Shahih-nya, kitab: Zakat, bab: Keutamaan bersedekah secara sembunyi-sembunyi.
- Tafsir Ath-Thabari (XII/116), silakan Anda bandingkan dengan Tarikh Ath-Thabari (l/238)
===========
Bersambung……
Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq