Syahida.com –
وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَن نَّفْسِهِ ۖ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا ۖ إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۖ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ
قَالَتْ فَذَٰلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ ۖ وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَن نَّفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ ۖ وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِّنَ الصَّاغِرِينَ
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ
فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan perempuan-perempuan di kota berkata, ‘Istri Al-Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami pasti memandang dia dalam kesesesatan yang nyata.’ Maka ketika perempuan itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah perempuan-perempuan itu dan disediakannya tempat duduk bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf), ‘Keluarkanlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.’ Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri. Seraya berkata, ‘Mahasempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia.’
Dia (istri Al-Aziz) berkata, ‘Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya, dan sungguh, aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan menjadi orang yang hina.’ Yusuf berkata, ‘Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.’ Maka Rabb memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui’.” (Yusuf: 30-34).
Allah menuturkan tentang celaan yang disampaikan wanita-wanita kota setempat dari kalangan istri-istri para menteri, dan putri-putri para pembesar terhadap istri seorang menteri tersebut, karena telah merayu pelayannya dan cintanya yang sangat mendalam padanya, padahal, Yusuf tidak sederajat baginya. Ia hanya salah seorang pelayan, dan pelayan seperti dia tidak patut diperlakukan seperti itu. Karena itu mereka mengatakan, “Kami pasti memandang dia dalam kesesatan yang nyata,” yaitu karena meletakkan sesuatu yang tidak pada tempatnya.
“Maka ketika perempuan itu mendengar cercaan mereka,” yaitu celaan dan penghinaan, serta penistaan yang ditujukan padanya karena begitu mencintai pelayannya, meski dalam saat yang bersamaan si istri menteri tersebut bisa ditolerir. Karena itu, ia ingin menyampaikan alasan di hadapan mereka (kenapa ia sampai berbuat seperti itu), dan menjelaskan bahwa pelayannya tidak seperti yang mereka kira. Istri menteri ini kemudian mengirim utusan untuk mengundang mereka, mereka kemudian berkumpul di rumahnya, mereka diberi jamuan makanan yang layak, dan di antara tersebut ada makanan yang harus di potong dengan pisau, seperti lemon dan semacamnya.
Istri menteri tersebut memberi mereka semua pisau. Ia juga telah mempersiapkan Yusuf, dan mengenakan pakaian terbaik padanya, selain Yusuf saat itu berada di puncak masa muda. Istri si menteri kemudian menyuruh Yusuf keluar di hadapan mereka dalam kondisi seperti itu. Yusuf kemudian keluar dalam penampilan yang lebih indah dari bulan purnama.[1]
Ketampanan Nabi Yusuf
“Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada (keelokan rupa)nya,” yaitu mereka mengagungkan, memuliakan, dan mereka segan kepada Yusuf, mereka tidak mengira ada sosok manusia sedemikian tampan, keelokan wajah Yusuf membuat mereka terpesona, hingga melukai tangan mereka dengan pisau-pisau itu tanpa mereka sadari, “Seraya berkata, ‘Mahasempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia’.”
Disebutkan dalam hadist Isra’. “Aku (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) melintas di hadapan Yusuf, ia diberi separuh keelokan (rupa),” As-Suhaili dan Imam lainnya menuturkan, “Artinya, ia memiliki separuh keelokan rupa Adam, karena Allah menciptakan Adam dengan tangan-Nya, meniupkan ruh (ciptaan)-Nya padanya, sehingga Adam adalah sosok manusia yang paling rupawan. Karena itulah para penghuni surga masuk ke dalam surga dengan postur tinggi dan keelokan rupa seperti Adam. Yusuf memiliki separuh keelokan rupa Adam. Tidak ada yang lebih tampan dari mereka berdua, seperti halnya tidak ada wanita yang lebih cantik setelah Hawa, melebihi Sarah, istri Ibrahim Al-Khalil.”
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Wajah Yusuf seperti kilat. Setiap kali ada wanita datang untuk suatu keperluan, Yusuf menutupi wajah.” Yang lain mengatakan, “Yusuf sering mengenakan penutup kepala agar tidak dilihat orang.” Itulah alasan kenapa istri penguasa Mesir sangat mencintai Yusuf, hingga terjadilah suatu peristiwa; para wanita melukai tangan mereka dengan pisau saat melihat ketampanan Yusuf, mereka mengangungkan Yusuf karena wibawa yang ia miliki, mereka tercengang saat melihat Yusuf secara langsung.[2]
“Dia (istri Al-Aziz) berkata, ‘Itulah orangnya yang menyebabkan kamu mencela aku karena (aku tertarik) kepadanya,” setelah itu ia memuji Yusuf sebagai sosok yang menjaga diri secara sempurna. Ia mengatakan, “Dan sungguh, aku telah menggoda untuk menundukkan dirinya tetapi dia menolak. Jika dia tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya niscaya dia akan dipenjarakan, dan dia akan menjadi orang yang hina.”
Para wanita mendorong Yusuf agar menuruti perintah majikan wanitanya, namun Yusuf menolak dengan keras dan menjauh, karena ia berasal dari keturunan para nabi. Yusuf kemudian mengatakan dalam doa yang ia panjatkan kepada Rabb seluruh alam, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh,” yaitu jika Kau menyerahkan urusanku padaku, tentu aku telah terpedaya, aku tidak kuasa untuk memberikan manfaat bagi diriku, ataupun menolak mara bahaya, kecuali yang dikehendaki Allah. Aku hamba lemah, kecuali jika Engkau memberiku kekuatan, menjaga dan melindungiku dengan daya dan kekuatan-Mu.”
- Bandingkan dengan Tarikh Ath-Thabari (l/238) dan Tafsir Ath-Thabari XIII/118).
- Bandingkan dengan Tafsir Ath-Thabari (XII/122-123)
===========
Bersambung……
Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq