Syahida.com – Allah SWT berfirman, “Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (Hud: 83). Yaitu, siksaan seperti ini tidaklah jauh dari orang-orang yang melakukan tindakan serupa.
Karena itu sebagian ulama berpendapat, pelaku homoseksual dihukum rajam, baik sudah pernah menikah ataupun belum. Demikian dinyatakan Asy-Syafi’i,[1] Ahmad bin Hanbal dan sejumlah imam lainnya.
Dalil lain yang mereka jadikan sandaran adalah riwayat Imam Ahmad dan para pemilik kitab Sunan dari hadist Amr bin Abu Amr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth (Homoseksual), maka bunuhlah si pelaku dan yang diperlakukan.” [2]
Abu Hanifah berpendapat, pelaku homoseksual dilemparkan dari puncak gunung dan dilempari seperti siksaan yang menimpa kaum Luth, berdasarkan firman Allah SWT, “Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (Hud: 83).
Kota Sodom Menjadi Danau yang Tidak Bermanfaat
Allah mengubah tempat negeri tersebut menjadi danau berbau menyengat, airnya tidak bisa dimanfaatkan, seperti itu juga dengan kawasan-kawasan di sekitarnya karena kerusakan dan kehinaan yang ada, agar menjadi pelajaran, contoh, nasihat, sekaligus tanda kekuasaan, kebesaran, dan keperkasaan Allah dalam memberikan hukuman terhadap siapa pun yang menentang perintah-Nya, mendustakan para rasul-Nya, mengikuti hawa nafsu, dan durhaka kepada-Nya. Juga menjadi bukti rahmat-Nya terhadap hamba-hamba yang beriman, bagaiman Allah menyelamatkan mereka dari kebiasaan, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, seperti yang Allah sampaikan, “Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang.” (Asy-Syu’ara: 8-9).
Allah SWT berfirman, “Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda, dan sungguh, (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang beriman.” (Al-Hijr: 73-77). Yaitu tanda kekuasaan Allah bagi siapa yang mau menatap dengan mata firasat dan memperhatikan tanda-tanda yang ada pada kaum Luth, bagaimana Allah mengubah negeri dan penduduknya? Bagaimana Allah mengubah negeri itu hancur dipenuhi air, setelah sebelumnya subur makmur loh jinawi?
Seperti diriwayatkan At-Tirmidzi dan lainnya secara marfu’, “Takutlah firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan (mata hati yang semburat terang karena) cahaya Allah.’ Setelah itu beliau membaca, ‘Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda’.”[3]
Firman-Nya, “Dan sungguh, (negeri) itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia).” (Al-Hijr: 76). Yaitu negeri kaum Luth benar-benar terletak di jalan yang tetap dilalui hingga saat ini, seperti yang Allah sampaikan dalam ayat lain, “Dan sesungguhnya kamu (penduduk Mekkah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka pada waktu pagi, dan pada waktu malam. Maka mengapa kamu tidak mengerti?” (Ash-Shaffat: 137-138). “Dan sungguh, tentang itu telah Kami tinggalkan suatu tanda yang nyata bagi orang-orang yang mengerti.” (Al-Ankabut: 35). “Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di dalamnya (negeri kaum Luth) itu. Maka Kami tidak mendapati di dalamnya (negeri itu), kecuali sebuah rumah dari orang-orang Muslim (Luth). Dan Kami tinggalkan padanya (negeri itu) suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada azab yang pedih.” (Adz-Dzariyat: 35-37).
Yaitu, Kami tinggalkan negeri itu sebagian pelajaran dan nasihat bagi mereka yang takut siksa akhirat, takut Allah meski tiada terlihat mata, takut kala berhadapan dengan-Nya suatu hari nanti, menahan diri dari hawa nafsu, kemudian meninggalkan semua yang diharamkan Allah, meninggalkan kemaksiatan, dan takut menyamai kaum Luth, karena siapa yang menyerupai suatu kaum, ia termasuk golongan mereka, meski tidak sama dalam semua sisi, namun minimal sama dari salah satu sisi, seperti gubahan sebagian pujangga:
Meski kalian bukan kaum Luth’
Namun kaum Luth tidaklah jauh dari kalian
Orang yang berakal, paham, mengerti, dan takut kepada kepada Rabb pasti menjalankan semua yang Ia perintahkan, dan menerima arahan yang disampaikan Rasulullah SAW, dengan menggauli istri-istri halal yang diciptakan Allah untuknya. Jangan sampai mengikuti setiap setan yang jahat, hingga ancaman tak lagi bisa dielakkan, dan termasuk dalam firman Allah SWT, “Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (Hud: 83).
=======================
Bersambung……
Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.