Syahida.com – Saat ketika kita menengadah ke langit malam yang indah, selintas terlihat bintang jatuh. Lalu orang-orang mengatakan ‘make a wish’ atau panjatkan doa, seakan-akan berdoa ketika melihat bintang jatuh itu, doa akan dikabulkan. Atau bahkan ada keyakinan seakan-akan bintang atau dewa-dewa di langit yang mengabulkan doa.
Berkelebatnya bintang-bintang jatuh yang tampak kasat mata, itu yang disebut meteor oleh ilmu modern. Meteor seringkali di sebut sebagai bola api atau “shooting star”.
Informasi menakjubkan justru datang dari Alqur’an, ketika menyebutkan fenomena meteor dan bintang jatuh seperti bola api itu, justru disebut sebagai bola api pelempar syetan. Jika demikian, tanpa disadari, kita telah melihat tanda kekuasaan Allah SWT melalui para malaikat yang memburu para jin dan syetan di langit.
Meteor, Bola Api Pelempar Jin Dan Syetan
Bintang jatuh yang tampak pada malam hari, dipahami sebagai meteor yang jatuh ke bumi dan ketika bergesekan dengan atmosfer, lalu muncullah ekor cahaya yang indah. Meteor-meteor itu pun kebanyakan hancur total ketika bergesekan dengan atmosfer bumi.
Mitologi orang-orang terdahulu menganggap bahwa bintang jatuh berasal dari dunia lain, yang membawa keberkahan dan bisa mengabulkan keinginan. Namun, Al Qur’an menyebut fenomena meteor ini, dengan pemahaman berbeda.
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka, syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh panah api yang cemerlang.” (QS. Ash-Shaffat: 6-10)
Di ayat lain Allah berfiman dalam Al Qur’an,
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. AL Mulk: 5)
Dalam ayat ini Allah SWT menjadikan bintang-bintang itu sebagai hiasan. Ayat ini dipertegas dalam surat lain dalam surat Al Hijr ayat 16 -18,
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.”
Maka saat kita berada di malam hari tanpa lampu, akan kita dapati keindahan alam ciptaan Allah SWT yang luar biasa indah. Selain fungsi hiasan, Allah menyebutkan dalam ayat ini, bahwa fungsi ke-2 adalah sebagai alat untuk melempar syetan.
Para ulama juga menduga bahwa kalimat “alat pelempar syetan”, yang dimaksud di sini adalah meteor. Karena tidak mungkin bintang-bintang yang sedemikian besar, meninggalkan posisinya untuk melontar jin yang mencuri dengar. Ada juga beberapa pakar yang mengatakan bahwa, lontaran panah api itu bukan meteor, tetapi adalah sinar kosmis yang bersumber dari bintang-bintang yang terpencar di alam raya.
Ulama Qatadah rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan hadits Rasulullah SAW, “Allah menciptakan bintang untuk 3 hal: Allah jadikan sebagai penghias langit, sebagai pelempar setan, dan sebagai tanda alam untuk petunjuk arah. Maka siapa yang menggali tentang bintang, selain 3 hal tersebut, dia keliru, menyia-nyiakan jatahnya, dan membebani diri dengan sesuatu yang sama sekali dia tidak memiliki modal ilmu tentangnya.” (HR. Bukhari dalam shahihnya secara muallaq, 4/107).
Berdasarkan penjelasan nabi, maka meteor tergolong sebagai sebuah bintang yang tercipta untuk melempar syetan. Secara lebih merinci, Imam Asy syaukani menjelaskan bahwa Allah menjadikan meteor sebuah batu rajam, untuk melempar syetan.
Kebiasaan Setan Mencuri Berita Langit
Mengapa Allah SWT merajam syetan atau jin dengan meteor atau bola api di langit? Beberapa riwayat menyebutkan, dahulu sebelum diutus Nabi Muhammad SAW, jin dan syetan dengan mudah naik ke langit dengan tenang, untuk mencuri-curi dengar pembicaraan para malaikat. Perbincangan para malaikat tentang informasi perintah Allah SW itulah yang dicuri jin, lalu disampaikanlah informasi itu kepada para dukun dan tukang ramal di bumi.
Oleh karena itu, perdukunan pada masa sebelum Rasulullah SAW, selalu mendapat tempat yang mulia di masyarakat. Namun setelah Nabi Muhammad SW diutus Allah SWT sebagai rasul, para jin itu kaget karena mendapati langit telah dijaga ketat oleh para malaikat dan melempari bola api.
Hal ini diakui oleh para syetan dan jin, seperti yang difirmankan Allah SWT,
“Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (QS. Al Jin: 9-10)
Perbincangan yang dicuri dengar oleh para jin dan syetan itulah yang disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Bukhari. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah SWT menetapkan suatu ketetapan, para malaikat merendahkan sayap mereka pertanda tunduk pada ketetapan-NYA bagaikan rantai yang menyentuh batu yang halus serta takut kepadaNYA. Maka apabila ketakutan mereka telah reda, (sebagian) mereka bertanya kepada sebagian yang lain, “Apa yang disampaikan Tuhan?” maka yang ini menjawab kepada yang bertanya. Ketika itu para jin yang mencuri-curi pendengaran dalam keadaan seperti ini (perawi hadits itu menunjukkan tangan kanannya dengan merenggangkan jari-jarinya satu di atas yang lain). Ketika itu boleh jadi yang mencuri pendengaran terkena semburan api sehingga membakarnya. Dan boleh jadi pula ia luput dari semburannya, sehingga ia menyampaikan kepada jin yang ada di bawahnya dan akhirnya sampai ke bumi dan diterima oleh tukang sihir lalu ia berbohong seratus kebohongan dan ia percaya.”
Saat Nabi Muhammad SAW diutus Allah SWT sebagai rasul, Allah kemudian menjaga langit dengan barisan malaikat. Setiap kali jin dan syetan mencoba menembus langit, mereka dilempari bola api meteor sehingga banyak yang binasa.
Penjagaan ketat malaikat dan lemparan bola api itulah yang menyebabkan salah satu sosok jin peliharaan seorang dukun di Yaman, bernama Sawad bin Qarib, bisa beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Kisah Dukun Sawad bin Qarib
Jin yang masuk Islam setelah mendapat penjagaan langit yang ketat dan lemparan bola api, berdampak pada pemiliknya, Sawad bin Qarib, seorang dukun di Yaman pada masa Rasulullah SAW. Yang menakjubkan dari kisah ini, jin yang masuk Islam ini justru mengajak sang dukun untuk beriman kepada Rasul Muhammad SAW.
Jin, yang sebelumnya selalu mencuri dengar berita dari langit untuk majikannya, Sawad bin Qarib, suatu malam mendatangi Sawad dalam mimpi, mengajak agar Sawad bin Qarib beriman kepada Nabi Muhammad SAW hingga 3 kali mimpi. Sawad bin Qarib pun heran, hingga akhirnya tertanam di hatinya, cinta pada Islam.
Maka Sawad mendatangi Raduullah SAW di Madinah dan bersyahadat di hadapan Rasul SAW. Ia berjanji meninggalkan praktek perdukunan yang selama ini menjadi profesinya. Saat bertatap muka, Rasulullah SAW sempat bertanya, “Apa yang telah dilakukan jin padamu, wahai Sawad?” Lalu ia menceritakan mimpinya bahwa ia diajak jin pesuruhnya sehingga ia beriman.
Kedustaan Peramal
Walau kini jin dan syetan masih memiliki kemampuan, upaya jin dan syetan mencuri berita dengar dari langit, selalu diusik dengan semburan panah-panah api. Jadi jin inilah yang mencuri dengar pembicaraan para malaikat, dan kemudian membocorkanya kepada manusia-manusia peramal. Walaupun hanya sepotong-sepotong atau bahkan keliru, karena seringkali ditambah-tambah atau dibumbui informasi yang setengah-setengah oleh peramal-peramal. Inilah yang difirmankan Allah SWT dalam Surat Asy Syu’ara ayat 221-223,
“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.”
Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW, melarang untuk mempercayai ucapan dukun atau tukang ramal, karena banyak menyampaikan kedustaan. Bahkan Rasulullah SAW mengingatkan kita, dalam haditsnya, “Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu (dan ia membenarkannya) maka shalatnya tidak diterima Allah selama empat puluh hari.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Bahkan Imam Abu Daud meriwayatkan, dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW beersabda, “Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Daud).
Sekali lagi, dalam Surat Al Mulk ayat 5, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.”
Ayat ini secara tegas menjelaskan tujuan diciptakannya bintang-bintang. Imam Qatadah seorang ulama terkemuka dari generasi tabiin, menafsirkan hadits ini dengan hadits Rasulullah SAW, yang diriwayatkan Imam Bukhari, “Sesungguhnya Allah hanyalah menciptakan bintang untuk 3 tujuan. Pertama, sebagai hiasan langit dunia. Kedua, sebagai pelempar syetan, dan ketiga sebagai penunjuk arah. Barangsiapa yang meyakini fungsi bintang selain itu, maka berarti ia telah berkata-kata dengan pikirannya semata. Ia telah mendapatkan nasib buruk, menyia-nyiakan agamanya, berkonsekuensi dikafirkan, dan telah menyusah-nyusahkan berbicara, yang ia tidak memiliki ilmu sama sekali.“
Ada 2 ilmu yang mempelajari posisi benda langit, yaitu pertama ilmu astronomi, yaitu ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal usul evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat langit dan di luar bumi, juga proses yang melibatkan mereka. Ilmu ini cukup bermanfaat untuk mengetahui arah kiblat, iklim dan sebagainya yang bermanfaat bagi manusia. Maka mempelajari ilmu ini sangat berguna untuk menyingkap salah satu tujuan diciptakannya bintang-bintang, yaitu petunjuk arah.
Kedua, yaitu ilmu astrologi yaitu ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya dengan nasib manusia, karena semua planet, matahari dan bulan, beredar di sepanjang lingkaran equilip, otomatis mereka semua juga beredar diantara zodiak. Ramalan astrologi didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak. Di sini diyakini bahwa letak bintang-bintang di langit, berpengaruh pada nasib manusia di bumi. Ilmu inilah yang terlarang bagi Imam Qatadah untuk dipelajari karena mempelajari ilmu ini tidak bertujuan pada 3 hal yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW. Artinya ilmu ini termasuk yang disebutkan Rasulullah SAW sebagai yang menyia-nyiakan agamanya dan telah menyusah-nyusahkan berbicara yang ia tidak memiliki ilmu sama sekali.
Meramal nasib seseorang berdasarkan posisi letak bintang inilah yang sering dilakuakn manusia terdahulu. Mereka meyakini posisi benda langit menciptakan segala kejadian yang ada di alam semesta, dan segala kejadian berasal dari pergerakan benda langit. Mereka meyakini posisi benda langit, menciptakan segala kejadian yang ada di alam semesta dari benda langit. Sayangnya keyakinan semacam ini masih kita temui di masa sekatang bahkan di kalangan umat Islam.
Al Qur’an telah menjelaskan hakekat penciptaan meteor. Perkara ini harus kita yakini sebagai bagian dari keimanan. Al Qur’an bukanlah kitab astronomi apalagi kitab fisika, tetapi Al qur’an adalah wahyu Allah SWT sebagai petunjuk bagi manusia.
Penjelasan meteor yang disebut Al Qur’an sebagai alat pelempar setan atau jin, masuk masalah di luar nalar manusia, sebuah pemaparan yang seharusnya diimani dan diyakini kaum muslim. Orang yang beriman, pasrah dan meyakini apa yang tertulis dalam kitabullah, meski nalar tak mampu membuktikan bahwa meteor adalah merupakan batu untuk melempar syetan. Sikap ‘kami dengar dan kami mengimaninya’, adalah hal pertama dan yang utama ketika menyikapi seluruh isi Al Qur’an. Meskipun dalam dalam kajian astronomi atau ilmu falaq, hal seperti ini tidak pernah dibahas. Tetapi saat memahami keterangan ayat dan hadits, serta penjelasan ulama, sesungguhnya tidak ada pertentangan antara penjelasan syariah dengan kesimpulan ahli astronomi.
Persatuan astronomi internasional pada sidang umum ke-9 di tahun 1961 mendefinisikan hujan meteorid sebagai benda padat yang berada atau bergerak dalam ruang antar planet. Meteorid memiliki ukuran lebih kecil daripada asteorid dan lebih besar dari sebuah atom atau molekul. Ketika memasuki atmosfer sebuah planet, meteorid akan terpanaskan dan akan menguap sebagian atau seluruhnya. Gas-gas di sepanjang lintasannya akan terionisasi dan bercahaya. Jejak dari gas bercahaya ini disebut sebagai hujan meteor atau jika sebagian meteor ini mencapai tanah, maka akan disebut sebagai meteorit.
Pendapat para ilmuwan ini tidak berlawanan dengan fatwa para ulama, bahwa bintang jatuh, atau hujan meteor yang dilemparkan dari langit, tidak menutup kemungkinan masuk ke atmosfer bumi, setelah digunakan untuk melempar atau merajam setan. Dan terkadang sampai turun di bumi hingga menimbulkan tumbukan keras. Dan kejadian ini secara umum sesuai dengan penjelasan ayat Al Qur’an. Ayat-ayat mengenai meteor menerangkan bahwa bintang yang dilemparkan ke arah syetan itu sebagai bentuk penjagaan berita langit sehingga peristiwa ini akan terjadi secara terus menerus. Karena setan sepanjang waktu terus berusaha mencuri berita dari langit sehingga proses penjagaan langit dan pelemparan meteor kepada setan, akan selalu terjadi.
Keterangan ini tidak berbeda dengan realita di lapangan sebagaimana keterangan para ahli astronomi bahwa hujan meteorit itu terjadi kapanpun tanpa batas waktu yang jelas. Ini semua memberikan kesimpulan, tidak ada pertentangan antara penjelasan syariah dengan keterangan menurut ahli astronomi tentang hujan meteor yang sampai ke bumi. Wallahulaam.
Al Quran telah telah menuliskan hakekat penciptaan meteor. Perkara ini harus kita yakini sebagai bagian dari keimanan. [ANW/Syahida.com]