Syahida.com – Setiap kali membaca Surat Ali Imran, ayat 35, yang berbunyi:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
Maka seakan-akan seluruh alam semesta ini secara serentak menjawab: “Tidak ada siapapun juga, kecuali Allah SWT. Memang, hanya Dia-lah Maha Pengampun dosa. Celaka dan sungguh malanglah nasib kita, kalau Allah SWT tidak mengampuni dosa-dosa kita serta tidak menutupi keburukan kita.”
Dia-lah Allah SWT tempat kita menggantungkan seluruh nasib kehidupan kita, baik di dunia yang fana ini, maupun di akhirat kelak, yang mengampuni dosa-dosa kita yang telah kita lakukan selama hidup kita yang fana ini serta meringankan hukuman kita pada hari perhitungan kelak.
Al-Ghafuur mengandung makna mengampuni dosa, memaafkan seluruh kesalahan serta sangat luas ampunannya. Adapun Al-Ghaffaar mengandung arti bahwa bila seseorang melakukan sebuah dosa, tetapi kemudian ia sadar serta minta ampun dan bertaubat sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, maka Allah Yang Maha Penyayang akan menutup-nutupi kesalahannya serta memaafkannya. Dan seandainya pelaku dosa tersebut mengulangi kesalahannya, masih akan diampuni oleh Allah SWT, diulanginya lagi, lagi, masih saja akan diampuni, karena sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun, sebagaimana firman-Nya sendiri dalam Surat Thaha ayat 83:
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman, beramal sholeh serta kemudian tetap berada di jalan yang benar.
Bila kita sekarang telah memahami makna nama Al-Ghafuur, maka sekarang kita berkewajiban:
- Membaca selalu firman Allah SWT yang tertera dalam Surat An-Nahl, ayat 26, yang berbunyi: “Dan jika kamu memberi balasan, balaslah dengan balasan yang sama, sebagaimana mereka menganiaya kamu. Tetapi jika kamu bersabar, itu sebenarnya lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
- Maafkanlah kesalahan-kesalahan orang lain kepadamu dengan setulus-tulusnya serta lupakan hakmu yang ada di tangan mereka.
- Untuk senantiasa sedikitpun juga tidak mengurangi segala hal Allah SWT yang terdapat pada dirimu; laksanakanlah itu semua dengan sepenuhnya, agar engkau mendapatkan keridhoan dan pengampunan dari Allah SWT.
- Untuk setiap saat mengharumkan lidahmu dengan ‘istighfaar’-permohonan ampunan kepada Yang Maha Pemberi Ampun dan barangsiapa selalu memohon ampunan Allah SWT, maka tentulah ia akan diampuni.
- Untuk menghindarkan diri sejauh-jauhnya dari perbuatan syirik, oleh karena sama sekali tidak terdapat pengampunan bagi orang-orang yang mempersekutukan Allah SWT.
- Untuk, hari demi hari – saat demi saat, mempertebal keimanan kita kepada Allah SWT, karena dengan melalui jalur itulah kita dapat menempuh permohonan pengampunan dari pada-Nya.
- Mengikuti segala yang diserukan oleh Rasulullah SAW, karena dengan berbuat demikian cinta kita kepada Allah SWT akan semakin mendalam dan karena cinta yang semakin mendalam inilah kita akan memperoleh pengampunan-Nya.
- Untuk menjadikan diri kita menjadi orang-orang yang selalu memohon ampunan Allah SAWT (Istighfaar), sehingga pada akhirnya kita akan dapat lolos dari azab pedih Allah SWT.
- Untuk selalu menjalankan istighfaar, karena perbuatan demikian ini akan menanamkan benih-benih pengharapan di dalam hati sanubari kita untuk masih tetap mendapatkan rahmat Allah SWT dan tindakan itu sudah barang tentu, pada saat bersamaan, memperkecil rasa keputus asaan.
- Untuk menyadari serta meyakini sepenuhnya bahwa Allah SWT selalu dan setiap saat menanti kedatangan seseorang hamba-Nya, yang dengan penuh penyesalan, kesadaran serta setulus-tulus hatinya, untuk bertaubar serta memohon segala pengampunan-Nya.
- Untuk memilih sebaik-baik waktu untuk menjalankan istighfaar dan sebaik-baik waktu itu adalah pada waktu sebelum fajar memperlihatkan wajahnya yang cerah.
- Untuk mengetahui serta menyadari sepenuhnya bahwa pada Malaikatpun akan ikut memohonkan pengampunan, mengiringi permohonan penghuni bumi ini.
- Untuk setiap saat, dimana saja serta kepada siapapun juga tetap berlaku jujur, betapapun juga sulitnya kadang-kadang (istiqomah) serta diiringi senantiasa dengan permohonan pengampunan dari Allah SWT.
- Kalaulah suatu saat kita melakukan sesuatu dosa, maka segeralah memohon pengampunan Allah SAW dan janganlah perbuatan yang demikian itu ditunda-tunda.
- Untuk mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa bagi orang-orang yang senantiasa beristighfaar disediakan surga baginya pada hari pembalasan kelak. [Syahida.com/ANW]
=====
Sumber: Kitab Dibalik Nama-Nama Allah Sebuah Upaya untuk Meningkatkan Pemahaman Aqidah, Karya: Muhammad Ibrahim Salim, Penerjemah: Abu Abdillah Almansur, Penerbit: Gema Insani Press