Syahida.com –
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS. Qaaf: 19-22)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai manusia! Sakaratul maut akan datang dengan sebenarnya,” yakni akan Aku tampakkan kepadamu dengan menyakinkan apa yang selama ini kamu ragukan. “Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” Maksudnya, kematian yang selama ini kamu lari darinya, ia akan datang menjemputmu, sehingga tidak ada jalan untuk melarikan diri darinya.
Disebutkan dalam kitab Shahiih dari Nabi SAW, bahwa ketika kematian meliputinya, beliau mengusap keringat dari wajah beliau seraya bersabda:
“Subhanallaah (Mahasuci Allah), sesungguhnya kematian benar-benar mempunyai sakarat (sakit yang luar biasa).” 1
Terdapat dua pendapat tentang penafsiran firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”
Pendapat pertama mengatakan bahwa huruf ma dalam ayat ini adalah maushulah (penghubung), artinya, ‘yang’ kamu selalu lari darinya dan menjauh darinya, kini telah datang menjemputmu.
Pendapat kedua mengatakan bahwa huruf ma di sini adalah nafiyah (mentiadakan), maknanya: kamu ‘tidak’ dapat melarikan diri darinya dan tidak dapat pula mengelak darinya.
Imam ath-Thabrani telah meriwayatkan dalam kitabnya al-Mu’jamul Kabiir dari Samurah, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan orang yang lari dari kematian sama seperti pelanduk yang dituntut oleh bumi untuk membayar hutang, maka pekanduk itu keluar berusaha dan manakala telah letih dan kecapaian karena tidak tidur malam, ia masuk ke dalam liangnya, lalu bumi berkata kepadanya, ‘Hai pelanduk, bayarlah hutangku.” Maka ia pun keluar dengan penuh ketakutan. Ia terus- menerus dalam keadaan demikian hingga urat lehernya terputus dan mati.” 2
Yang hendak disampaikan oleh perumpamaan itu adalah bahwa pelanduk tersebut tidak akan bisa terlepas dari bumi, sama seperti manusia yang tidak akan terlepas dari kematian.
Firman Allah وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ “Dan ditiupkanlah Sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman.” Dalam pembahasan yang lalu telah dijelaskan hadits mengenai tiupan sangkakala, kematian dan kebangkitan. Itulah hari kiamat. Dalam salah satu hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Bagaimana aku dapat bersenang-senang sedangkan pemegang Sangkakala telah menempelkan Sangkakala di mulutnya. Ia telah mencondongkan keningnya (Suatu tanda bahwa posisinya benar-benar telah siap) tinggal menunggu perintah peniupan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa yang harus kami ucapkan?” Rasulullah SAW menjawab, “Ucapkanlah ‘Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai penolong kami, dan Dia-lah sebaik-baik pelindung).’” Maka para sahabat pun mengucapkan ‘Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai penolong kami, dan Dia-lah sebaik-baik pelindung).’” 3
Firman Allah.وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ “Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi.” Yaitu Malaikat yang menggiringnya ke padang Mahsyar dan Malaikat yang menjadi saksi atas semua amal perbuatannya. Demikianlah makna tekstual ayat dan dipilih oleh Ibnu Jarir. 4 Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan dari Yahya bin Rafi’ mantan budak kabilah Tsaqif. Ia berkata: “Aku mendengar ‘Utsman bin ‘Affan r.a berkhutbah, kemudian membaca ayat ini, “Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi.” . Utsman mengatakan bahwa Malaikat penggiring adalah yang menggiringnya menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan Malaikat penyaksi adalah yang menyaksikan semua amal perbuatannya. 5
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, لَّقَدْ كُنتَ فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَـٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” Orang yang diajak bicara oleh ayat ini adalah siapa saja yang lalai dari hari kiamat, sebagaimana yang dimaksud dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala لَّقَدْ كُنتَ فِي غَفْلَةٍ مِّنْ هَـٰذَا . Kalimat مِّنْ هَـٰذَا pada ayat ini maksudnya min haadzal yaum (dari hari kiamat ini).
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ “maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” Yaitu menjadi kuat karena semua orang kelak di hari Kiamat akan memiliki pandangan tajam, meski ketika di dunia dahulu ia kafir (mengingkarinya). Pada hari kiamat kelak, mereka menerima dan yakin, tetapi hal itu tidak lagi berguna.
(Sebagaimana) firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا ۖ “Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami.” (QS. Maryam: 38). Juga firman-Nya,
“Dan, (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”. (QS. As-Sajdah: 12). [Syahida.com/ANW]
—–
1 Ahmad (III/469)
2 Ath-Thabrani (VII/227)
3 Tuhfatul Ahwadzi (VII/117). [At-Tirmidzi (No. 2431). Shahih, lihat Shahiihul Jaami’ (No. 4592)]
4 Ath-Thabari (XXII/347).
5 Ath-Thabari (XXII/347).
==
Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.