Syahida.com – Kecintaan dari Yang Tunggal lagi Maha Esa datang dari atas langit ketujuh.
Mayoritas manusia terkadang menyukai seseorang dengan kecintaan yang dibuat-buat dan adakalanya dengan ancaman besi dan api. Mayoritas manusia bertepuk tangan kepada beberapa orang karena di baliknya ada ancaman besi, api, pasukan, dan sangsi administratif, atau kedudukan, harta, dan pangkat yang tinggi.
Akan tetapi, kecintaan yang diterima dari Yang Tunggal lagi Maha Esa tiada yang memilikinya selain Dia sebagaimana yang disebutkan dalam Hadits Bukhari bahwa Nabi SAW pernah bersabda:
“Apabila Allah menyukai seorang hamba, Dia berfirman kepada Jibril: ‘Sesungguhnya Aku menyukai si Fulan, maka sukailah dia.’ Jibril pun menyukainya, kemudian dia berseru kepada (para malaikat) penduduk langit: ‘Sesungguhnya Allah telah menyukai si Fulan, maka cintailah dia oleh kalian,‘ maka mereka pun menyukainya, kemudian diletakkanlah penerimaan baginya di muka bumi. Sebaliknya, apabila Allah membenci seseorang, Dia berfirman kepada Jibril: ‘Sesungguhnya Aku membenci Fulan, maka bencilah dia,’ lalu Jibril pun membencinya dan Jibril berseru kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Allah telah membenci Fulan, maka bencilah dia oleh kalian.’ Mereka pun membencinya, kemudian diletakkanlah penolakan baginya di muka bumi.” (Diketengadahkan oleh Bukhari No. 3139 dan Muslim No. 6656).
Kecintaan ini tidak dapat dibuat-buat, melainkan seorang muslim harus memintanya dari Allah SWT dengan keyakinan bahwa selama ia bersikap istiqamah kepada Allah SWT, niscaya Dia akan membuatnya dapat diterima dan menjadikan kalimatnya mempunyai pengaruh dalam hati orang lain sehingga mereka menyukainya.
Ibnul Jauzi dalam bukunya yang berjudul Shaidul Khaatir mengatakan bahwa sesungguhnya ia telah melihat segolongan orang yang ucapan dan cara jalannya dibuat-buat, banyak mengerjakan shalat, diam, dan puasa. Meskipun demikian, hati manusia antipati terhadap mereka. Dia telah melihat sejumlah orang yang suka dengan humor dan bersikap lapang dada dalam berbagai hal yang tidak diharamkan, lalu hati orang lain tercurahkan kepada mereka atau tertuju kepada mereka atau dengan ungkapan lain yang semaknya. Jadi, aku dapat menyimpulkan bahwa duduk perkara yang sebenarnya dalam masalah ini berkaitan dengan niat yang tersembunyi, tetapi hal ini bagi Allah tampak jelas.
Oleh karena itu, kami mengetahui beberapa orang yang ingin agar orang lain mencintai mereka dengan kecintaan yang sangat, lalu mereka berupaya dengan berbagai cara untuk menarik kecintaan orang lain kepada mereka, tetapi meskipun demikian hati orang-orang lain menolak.
Kami pun mengetahui ada beberapa orang yang sama sekali tidak menginginkan agar orang lain menyukai mereka atau memuji mereka, tetapi justru hati orang berbalik cenderung kepada mereka dengan mendoakan, mencintai, dan merindukan mereka sehingga banyak orang lain yang ingin bergaul dengan mereka.
Setiap kali Sibawaih masuk menemui gurunya, Al-Khalil ibnu Ahmad, gurunya selalu berkata kepadanya: “Selamat datang dengan orang yang tidak membosankan.”
Kami pun menjadi tahu dan mengerti bahwa cinta itu datangnya dari Allah SWT. Dialah yang memberi dan Dia pulalah yang mencegahnya.
Abu Darda’ mengatakan bahwa seandainya seseorang taat kepada Tuhannya meskipun ada di balik tujuh pintu, niscaya Allah akan mengeluarkan pengaruh ketaatannya itu kepada orang lain. Dan seandainya seseorang durhaka kepada Allah di balik tujuh pintu, niscaya Allah akan mengeluarkan pengaruh kedurhakaannya itu kepada orang lain. [Syahida.com/ANW]
===
Sumber: Kitab Hidupkan Hatimu, Karya: Dr. ‘Aidh bin ‘Abdullah Al-Qarni. Penerjemah: Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi, LC., Penerbit: Irsyad Baitus Salam