Syahida.com – Pada zaman dimana gaya hidup manusia telah sedemikian rupa, setiap orang nampaknya memiliki sesuatu yang menjadi kesukaannya masing-masing. Kesukaan itu dipelihara dan dibanggakannya kepada karib-kerabatnya. Itulah gaya hidup manusia. Pada umumnya gaya hidup adalah tuntutan pergaulan. Cenderung mubazir dan boros, dimana kemanfaatannya sesungguhnya tidak terlalu mendasar, artinya jika gaya hidup itu tidak terpenuhi sesungguhnya yang bersangkutan tidak akan mengalami kerugian apa pun.
Gaya hidup, dalam berbagai ragam bentuknya sesungguhnya cenderung mendekatkan manusia pada perilaku riya (pamer). Mereka terjebak pada dorongan untuk terlihat berbeda, unik bahkan eksklusif. Semua itu kemudian berujung pada pamer kelebihan materi yang sangat dibenci oleh Allah.
Salah satu gaya hidup yang saat ini sangat digemari oleh kebanyakan orang modern adalah shoping atau belanja-belanja ke berbagai supermarket yang mewah dan memberikan pelayanan yang serba memanjakan nafsu. Gaya hidup shoping ini bahkan telah mewabah dalam berbagai model dan kelas ekonomi di semua level. Tidak hanya mereka yang kaya, yang hidup serba pas-pasan pun memaksakan diri untuk bisa shoping meski hanya di pasar tradisional dengan bekal yang sangat mepet.
Kalangan ahli ilmu sosial menyebut ini sebagai wabah konsumerisme. Orang-orang berlomba dalam berburu kenikmatan dan gaya hidup mewah yang kemudian melahirkan masyarakat yang konsumtif. Semua itu terjadi karena ideologi yang saat ini berkembang adalah ideologi materialisme, dimana ukuran segala sesuatu disandarkan kepada hal-hal yang bersifat materi.
Dalam situasi seperti ini, orang-orang kemudian memiliki tempat-tempat shoping favorit mereka masing-masing. Bagi mereka yang hartanya banyak bahkan tempat shoping favoritnya ada di luar negeri, dimana untuk transportasi ke tempat shoping nya itu saja dapat mengenyangkan perut sebuah keluarga kecil selama satu bulan penuh.
Setiap hari, karena anomi yang begitu tinggi, jumlah tempat shoping ini senantiasa bertambah-tambah. Mereka tidak hanya memanjakan konsumennya dengan barang-barang yang bagus, tetapi juga menyediakan berbagai jasa layanan hiburan dan sarana untu rileks lainnya. Dari fitnes center hingga lulur dan pijat. Para pengelola tempat shoping itu berlomba-lomba untuk dijadikan sebagai tempat favorit oleh para pelanggannya.
Padahal tahukah Anda? Sesungguhnya Allah juga memiliki tempat yang Allah sangat senangi (favorit) dan Allah juga telah menentukan tempat yang Allah sangat tidak sukai. Rahasia tempat yang dibenci dan disukai oleh Allah ini pernah ditanyakan oleh Rasulullah kepada malaikat Jibril. Data ini terangkum dalam sebuah hadits berikut ini:
Nabi bertanya kepada malaikat Jibril, “Wahai Jibril, tempat manakah yang paling disenangi Allah?” Jibril menjawab, “Masjid-masjid dan yang paling disenangi ialah orang yang pertama masuk dan yang terakhir ke luar meninggalkannya.” Nabi bertanya lagi, “Tempat manakah yang paling tidak disukai oleh Allah?” Jibril menjawab, “Pasar-pasar dan orang-orang yang paling dahulu memasukinya dan paling akhir meninggalkannya.” (HR. Muslim).
Jika mengacu kepada hadits di atas, ramainya gaya hidup shoping di kalangan umat Islam akhir-akhir ini sesungguhnya adalah memakmurkan tempat-tempat yang justru dibenci oleh Allah. Praktis pula, ketika orang-orang dibuat sibuk untuk shoping, dimana waktu seakan terlalu cepat jika berada di supermarket, masjid-masjid yang merupakan tempat yang disukai oleh Allah pasti akan ditinggalkan dan menjadi sepi.
Mengapa pasar menjadi tempat yang tidak disukai oleh Allah? Sesungguhnya Allah tidak mengharamkan orang pergi ke pasar, tetapi pergilah ke pasar dan selesaikan keperluan, setelah itu segeralah keluar dari pasar tersebut. Pasar adalah tempat yang melenakan. Kecenderungan nafsu manusia adalah menyukai pasar. Ada banyak hal yang membuat manusia betah berada di pasar. Tetapi pasar juga terlalu banyak yang menyimpan potensi bagi manusia untuk terjerumus kepada dosa dan kemaksiatan.
Bercampur baurnya manusia, laki-laki maupun perempuan dalam keasyikan masing-masing bisa melenakan dan mengundang banyak fitnah. Apalagi, pasar-pasar zaman kita sekarang ini. Semua kebutuhan syahwat manusia seakan difasilitasi oleh pasar.
Hal-hal inilah yang mungkin membuat Allah menyatakan pasar sebagai tempat Dia benci. Oleh karenanya, setiap muslim hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan Islam tentang adab ke pasar. Agar kita terlindungi dari keburukan yang dapat timbul dari pasar-pasar tersebut. [Syahida.com/ANW]
==
Sumber : Kitab Jejak Malaikat di Bumi, Oleh: M Hilal Tri Anwari, Penerbit: Pustaka Al Kautsar