Syahida.com – Nabi SAW bila membaca firman Allah SWT: “Bukankah Allah yang berbuat demikian, berkuasa pula untuk menghidupkan orang yang mati?” (Al-Qiyamah), maka beliau sendiri akan menjawab: “Ya, benar!”
Orang-orang Arab pada masa itu memang sering mempersoalkan kekuasaan serta kemampuan Allah SWT untuk menghidupkan orang-orang yang telah mati. Terhadap ketidakpercayaan orang-orang Arab ini, firman Allah SWT yang dapat kita baca pada surat Al-Qiyamah, ayat 3-4, yang berbunyi: “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang-belulangnya yang cerai berai? Tentu saja Kami kuasa untuk menyusun kembali ujung-ujung jarinya dengan sempurna.”
Apabila seseorang meninggal dunia dan kemudian dikebumikan, maka seluruh sel yang terdapat di dalam tubuhnya akan hancur untuk menyatu kembali dengan tanah. Maka hilanglah wujud jasad manusia tersebut. Kita tidak dapat menyaksikannya lagi. Namun apa yang kita katakan hilang ditelan tanah, sehingga kita tidak dapat menyaksikannya lagi, kelak akan dikembalikan Allah lagi sebagai semula, sampaipun sidik jarinya, yang selama di dunia ini dapat dipergunakan sebagai salah satu bukti pengenalannya serta sifat-sifatnya, karena Allah SWT memang mengetahui segalanya. Demikianlah yang tercantum di dalam Kitab, yang difirmankan Allah SWT pada Surat Qaaf ayat 4, yang berbunyi: “Sesungguhnya Kami telah mengetahui bagian mana dari tubuh mereka yang telah dihancurkan oleh bumi. Pada sisi Kami ada sebuah kitab yang menyimpan catatan yang lengkap.”
Memang Allah SWT-lah yang telah menyempurnakan jari-jemari serta sidik-sidik (ujung-ujung) jari manusia, sedemikian rupa, sehingga berbeda jelas sidik jari seorang dengan seorang lainnya. Yang sekian lama tidak pernah diketahui dan disadari oleh manusia. Setelah pengetahuan ini selama beberapa abad tetap saja terpendam di dalam Al Qur’an, barulah kemudian manusia ‘menemukannya’ dan kemudian dipergunakan secara pasti dapat mengidentifikasikan seseorang, kendatipun mukanya sudah rusak sama sekali, sehingga tidak dapat dikenali lagi. Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Mampu.
Allah SWT berkuasa untuk menurunkan hujan serta kemudian menyimpannya di dalam tanah dan Allah pulalah yang berkuasa dan mampu melenyapkannya, sebagaimana yang dijelaskan-Nya dalam firman-Nya yang terdapat pada Surat Al-Mukminun, ayat 18, yang berbunyi: “Dan Kami turunkan air dari langit menurut sesuatu ukuran. Lalu Kami jadikan ia menetap di dalam bumi dan sesungguhnya Kami berkuasa pula untuk menghilangkannya.”
Allah SWT lah yang telah memberikan pendengaran dan penglihatan kepada manusia dan memang Dia pulalah yang mampu menghilangkannya, sebagaimana yang dengan gamblang ditegaskan-Nya pada Surat Al Baqarah, ayat 20, yang berbunyi: “…….Sekiranya Allah memang menghendakinya, tentulah akan dihilangkan-Nya pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah amat berkuasa atas segala sesuatu.”
Setelah kita mengetahui dan meresapi sifat-sifat Allah SWT, sebagaimana yang diuraikan di atas tadi, hendaknya kita berupaya sekuat tenaga untuk menyesuaikan diri dengan sifat-sifat Allah yang demikian itu.
1. Memberi maaf pada saat kita tengah berkuasa dan mampu untuk membalas. Hendaknya selalu kita ingat akan Rasulullah SAW, ketika beliau memberi maaf kepada kaum kafir Quraisy, yang telah berbuat aniaya dan dzalim kepada umat Islam di Mekah, dengan ucapan beliau yang sangat terkenal: “Pergilah, kalian bebas dari segala tuntutan.”
2. Apabila pada suatu saat kita berkemampuan untuk berbuat dzalim dan curang, maka terutama sekali pada keadaan yang demikian itu, ingatlah selalu akan kekuasaan dan kemampuan Allah SWT.
3. Seandainya Allah SWT memberikan kepada kita kekuasaan dan kemampuan, maka hendaknyalah kekuasaan dan kemampuan yang tergenggam di tangan kita itu kita pergunakan sebaik-baiknya untuk kebaikan dan kemaslahatan diri kita sendiri dan seluruh umat manusia. [Syahida.com/ANW]
——
Sumber: Kitab Dibalik Nama-Nama Allah Sebuah Upaya untuk Meningkatkan Pemahaman Aqidah, Karya: Muhammad Ibrahim Salim, Penerjemah: Abu Abdillah Almansur, Penerbit: Gema Insani Press