Aqidah

Tentang Saling Jumpa dan Berkunjungnya Penghuni Kubur Satu Sama Lain

Advertisement

Ilustrasi.

Syahida.com – 

1. Muslim bin Ibrahim Al-Warid meriwayatkan dari Ikrimah bin Ammar, dari Hiysam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Qatadah r.a dari Nabi SAW,:

“Jika kamu mengurus seorang ikhwan (yang meninggal), hendaklah membungkusnya dengan baik dan rapi (Karena mereka akan saling berkunjung di kubur mereka)!” 1)

Muhammad bin Yahya al-Hamadaniy meriwayatkan kalimat tambahan tersebut (“karena mereka saling berkunjung…”) dalam kitab shahih-nya. Padanya juga ada riwayat dari Hisyam, dari Muhammad, dari Abu Hurairah r.a.

Sulaiman bin Arqam pun meriwayatkannya dengan tambahan tersebut, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah r.a. Sedangkan yang lainnya meriwayatkannya dari Ibnu Sirin yang merupakan ucapan dia. Dengan demikian, kemungkinan kalimat tambahan tersebut adalah ucapan Muhammad bin Sirin yang disisipkan.

2. Imam ‘Uqailiy men-takhrij-kan dari Sa’id bin Sallam al-‘atthar, Abu Murrah Rasyid bin ‘Atthar telah bercerita kepada kami, aku telah mendengar Qatadah r.a bercerita, aku mendengar Anas bin Malik r.a bertutur: Rasulullah SAW bersabda:

“Bila kamu menangani seorang ikhwanmu (yang meninggal), bungkuslah ia dengan kain kafan dengan baik/rapi, karena mereka akan dibangkitkan (atau saling berkunjung) dengan kain kafan mereka.” 2)

Imam ‘Uqailiy berkata: Sa’id bin Sallam adalah dha’if tidak dimutaba’ah, sedang Abu Murrah tidak dikenal oleh yang lainnya.



3. Diriwayatkan dari Muhammad bin Mushaffa, Mu’awiyah telah bercerita kepada kami, dari Abu Zubeir dari Jabir r.a, dari Nabi SAW:

“Bungkuslah jenazahmu dengan kain kafan yang baik dan rapi, karena mereka akan saling membanggakan diri dan saling berkunjung di kubur mereka!” 3)

4. Imam Ibnu Abid-Duniya berkata: Al-Qasim bin Hisyam telah bercerita kepada kami, Yahya bin Shaleh telah bercerita kepada kami, Muhammad bin Sulaiman telah bercerita kepada kami, Rasyid bin Sa’ad telah bercerita kepada kami bahwa:

“Ada seorang pria yang isterinya meninggal. Suatu malam ia bermimpi melihat sekelompok kaum wanita tetapi isterinya tidak bersama mereka. Maka ia menanyakannya, ke mana isterinya? Mereka menjawab, ‘Ia malu untuk ke luar berkumpul bersama kami, karena kain kafan yang kaupakaikan kepadanya tidak baik dan tidak rapi.’ Maka pria itu mendatangi Rasulullah SAW., yang kemudian menyuruhnya datang ke seseorang. Lalu ia pun mendatangi seorang pria Anshar yang ‘akan meninggal dunia.” Setelah ia menceritakan impiannya kepadanya, pria Anshar, itu pun menukas, ‘Kalau memang aku bisa menyampaikannya, maka kirimanmu akan aku sampaikan!’ Tak lama, pria Anshar itu meninggal. Maka ia diberi dua kain kafan bagus yang ditaburi minyak za’rafan. Malamnya setelah ia dikubur, ia kembali bermimpi melihat sekumpulan wanita yang salah seorangnya adalah isterinya yang mengenakan baju berwarna kuning!”

5. Abu al-Hasan bin Bara bertutur: Abbas bin Abu Isa telah bercerita kepada kami, tuturnya:

“Ada seorang perempuan sholeh dan tergolong ahli taqwa meninggal. Malamnya, putrinya mimpi dia. Kata almarhumah, “Wahai, Putriku, engkau memberiku kain kafan yang cekak sehingga ibu malu berjumpa dengan kawan-kawan di alam kubur. Ibu meninggalkan empat dinar di tempat anu.. Belikanlah kain kafan lalu kirimkanlah melalui si Anu yang akan menyusul ibu pada hari anu.’ Setelah kejadian itu, Sang putri jatuh sakit dan menceritakan mimpinya kepada orang-orang yang menjenguknya.

‘Aku teringat kepada hadits Sayyidah ‘Aisyah r.a., bahwa para penghuni kubur itu saling berjumpa dan berkunjung. Oleh karena itu, kita harus mendatangi dua ahli hadits penjual kain itu, yakni Ibnu Naisabur dan Abu Taubah untuk membeli dua kain kafan. Yang satu untuk ibuku, yang satu lagi untuk si Anu yang akan meninggal,’ demikian ujar sang putri.

Ketika wanita yang disebutkan oleh ibunya akan segera menyusul (meninggal) itu benar-benar meninggal, maka ia diberi dua kain kafan. Pada malam hari, ia kembali mimpi bertemu ibunya yang berkata, ‘Putriku, si Anu telah berjumpa dengan ibu berikut kain kafan itu. Kain kafan itu begitu bagus dan lebar. Terima kasih, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”

6. Ibnu Abid Duniya juga meriwayatkan melalui jalu Masma’ bin ‘Ashim, seorang pria keluarga ‘Ashim di Hijaz telah bercerita kepadaku, ujarnya:

“Aku mimpi berjumpa ‘Ashim al-Juduriy dua tahun setelah kematiannya. Kataku, ‘Bukankah engkau sudah meninggal?’; ‘Ya’jawabnya. ‘Di mana engkau?’ tanyaku lagi. Ia menjawab, ‘Aku ada di salah satu taman surga. Setiap malam Jum’at dan paginya, bersama beberapa ikhwan aku berkumpul di tempat Bakar bin Abdullah al-Muzaniy untuk mendengar berita kalian (di dunia).’ ‘Yang kumpul jasadmu atau ruh?’ tanyaku penasaran. ‘Tentu saja ruh. Karena jasad telah hancur!’ jawabnya.

Aku bertanya lagi, ‘Apakah kalian tahu bila kami menziarahi kalian?’ Ia menukas, ‘Kami mengetahuinya pada malam Jum’at dan siangnya seharian serta malam Sabtu sampai terbit matahari.’

‘Kalau hari lain?’ tanyaku. ‘Itu berkat kemuliaan hari Jum’at!’ jelasnya. Wallahu’alam!’

7. Imam Ahmad men-takhrij-kan melalui jalur Ibnu Lahi’ah dari Abu al-Aswad, dari Durrah binti Mu’adz, dari Ummi Hani al-Anshariyah, ia bertanya kepada Rasulullah SAW: “Jika kita sudah mati, apakah kita bisa saling melihat dan berkunjung?” Rasulullah SAW menjelaskan: “Ruh-ruh menjadi burung yang hinggap di pepohonan, sehingga ketika hari kiamat, ruh-ruh itu masuk kembali ke badannya.”

8.Ibnu Abid-Duniya men-takhrij-kan dari Yahya bin Abdur-Rahman bin Abi Kabasyah, dari ayahnya, dari kakeknya, ujarnya:

“Ketika Bisyr bin Bara bin Ma’ruur meninggal, isterinya (Umi Bisyar) sangat duka dan terpukul perasaannya sehingga ia bertanya kepada Rasulullah SAW., ‘Bani Salamah akan terus menerus meninggal satu demi satu. Wahai, Rasulullah, apakah orang yang telah meninggal itu saling mengenal sehingga aku dapat kirim salam kepada Bisyr?’ Maka beliau menjawab, ‘Wahai, Ummi Bisyr, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, mereka saling mengenal seperti halnya burung-burung di pepohonan!’

Maka sejak itu, tidak ada seorang pun dari Bani Salamah meninggal, melainkan Ummi Bisyr datang untuk kirim salam kepada suaminya.”  [Syahida.com/ANW]

====

Catatan Kaki

1) Tirmidzi, No. 995. Ia juga meriwayatkannya dari Abu Qatadah, yang padanya ada riwayat dari Jabir. Tirmidzi berkomentar: Ini adalah hadits Hasan gharib. Nasa’i di kitab Janaaiz, bab 36; dan Ibnu Majah, No.1474.

2) Al-Fawaaid al-Majmu’ah, No. 269. Syaukaniy menyebutkan hadits ini tanpa menyebut kata-kata. Wa Yatabaahuuna. Ia berkata: Konon, ia tidak shahih. Juga dalam kitab Alla-aali’; 2/234. Ia malah hadits Hasan shahih karena memiliki syawahid dan jalur yang banyak

===

Sumber” Kitab Peristiwa di Alam Kubur Keadaan Penghuninya Hingga Saat Dibangkitkan, Karya: Al-Hafizh Ibnu Rajab, Penerjemah: H. Nabhani, Penerbit: Kalam Mulia

 

Advertisement
Admin Syahida

Disqus Comments Loading...
Share
Kontributor:
Admin Syahida
Keyword: kematiankuburan

Recent Posts

Perhatian Rasulullah SAW Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat (Bagian ke-1)

Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…

4 tahun yang lalu

Perhatian Al-Quran Terhadap Tanda-Tanda Hari Kiamat

Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…

4 tahun yang lalu

Sikap yang Baik dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…

5 tahun yang lalu

Pandemik, COVID-19, Babi, dan Akhir Zaman

Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…

5 tahun yang lalu

Antara Samiri dan COVID-19

Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…

5 tahun yang lalu

Antara Doa Nabi Ibrahim AS, Doa Nabi Muhammad SAW, Wabah COVID-19, dan Dajjal

Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…

5 tahun yang lalu
Advertisement

This website uses cookies.