Syahida.com –
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman. Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu. Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadid: 7-10)
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya secara sempurna, terus menerus, berkesinambungan dan teguh di atas keimanan itu. Kemudian Allah SWT mendorong manusia untuk membelanjakan hartanya,
{ مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ } “Yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.” Maksudnya, harta yang kalian miliki adalah pinjaman dari Allah SWT karena asal mulanya harta itu berada di tangan orang-orang sebelum kalian, lalu beralih ke tangan kalian.
Allah SWT memberi petunjuk kepada kalian agar menggunakan harta yang dititipkan kepada kalian itu demi mentaati-Nya. Jika mereka mau mengerjakan hal itu maka manfaatnya akan kembali kepada mereka juga, dan jika tidak, maka Dia akan menghisab dan menghukum mereka karena meninggalkan kewajiban-kewajibannya berkaitan dengan harta.
Firman Allah SWT, “Yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.” Di dalam ayat ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa kelak harta itu pada akhirnya akan kalian tinggalkan juga. Dan beruntunglah ahli waris kalian yang menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah. Dengan demikian, ahli waris kalian lebih berbahagia daripada kalian dengan harta yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada mereka. Tetapi bila ahli waris kalian menggunakan harta yang diwaris kalian untuk tujuan maksiat berarti kalian telah membantunya untuk berbuat dosa dan maksiat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Abdullah asy-Syikhkhir, ia berkata, “Ketika aku menghadap Rasulullah SAW beliau bersabda:
“(Allah SWT berfirman): ‘Bermegah-megahan telah melalaikan kalian.’ Anak Adam berkata, ‘Hartaku, hartaku,’ Bagianmu dari hartamu tidak lain hanyalah apa yang kamu makan lalu kamu habiskan, atau apa yang kamu pakai lalu kamu menjadikannya usang, atau apa yang kamu shadaqahkan, maka kamu meraih pahalanya.” 1
Diriwayatkan juga oleh Imam Muslim dan dia menambahkan,
“Dan selain itu akan lenyap dan kau tinggalkan untuk manusia.” 2
Firman Allah SWT, {فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَأَنفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ } “Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” Ayat ini merupakan dorongan untuk beriman dan berinfak dalam ketaatan. Kemudian Allah SWT berfirman, { وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ ۙ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ } “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah, padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Rabb-mu.” Maksudnya, apa yang menghalangi kalian untuk beriman? Padahal Rasul berada di tengah-tengah kalian, menyeru kalian untuk beriman. Dia menjelaskan hujjah dan bukti atas kebenaran yang dibawanya.
Kami telah meriwayatkan sebuah hadits melalui berbagai jalur periwayatannya di permulaan Syarah Kitaabul Iiman dari Shahiih al-Bukhari. Suatu hari Rasulullah SAW bertanya kepada para Sahabat:
“Siapakah orang mukmin yang paling kalian kagumi imannya?”
Para sahabat menjawab, “Para Malaikat.” Rasulullah SAW menjawab,
“Mereka pantas beriman karena mereka berada di sisi Rabb mereka.”
Para Sahabat kembali menjawab, “Kalau begitu, para Nabi?” Rasulullah SAW menjawab,
“Mengapa mereka tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka.”
Para Sahabat menjawab, “Kalau begitu, kami.” Rasulullah SAW menjawab,
“Kalian layak beriman karena aku berada di antara kalian? Orang-orang mukmin yang keimanannya paling menakjubkan adalah suatu kaum yang datang sesudah kalian, mereka hanya mendapatkan lembaran-lembaran lalu mereka beriman kepada semua yang terkandung di dalamnya.” 3
Dalam surat al-Baqarah kami telah menyebutkan sebagian dari riwayat ini pada firman Allah SWT, (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib.” (QS. Al-Baqarah: 3)
Firman Allah SWT, { وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ ۙ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ لِتُؤْمِنُوا بِرَبِّكُمْ } “Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu, sebagaimana firman-Nya, “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taati.’” (QS. Al-Maaidah: 7) Yaitu, janji setia mereka kepada Rasulullah SAW. Tetapi Ibnu Jarir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan perjanjian ini adalah perjanjian yang diambil dari manusia pada saat mereka masih berada di dalam tulang sulbi Adam. Dan pendapat ini juga dikemukakan oleh Mujahid, wallahu’alam. 4
Firman Allah SWT, {هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَىٰ عَبْدِهِ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ } “Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran).” Yaitu hujjah-hujjah yang jelas, dalil-dalil yang mengagumkan dan bukti-bukti yang akurat. { لِّيُخْرِجَكُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ } “Supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya.” Yaitu dari gelapnya kebodohan, kekufuran serta pandangan-pandangan yang saling bertentangan menuju cahaya petunjuk, keyakinan dan keimanan.
Firman Allah SWT, { وَإِنَّ اللَّـهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ } “Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.” Yaitu dengan menurunkan kitab-kitab dan mengutus para Rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia, serta melenyapkan syubhat dan mengikis penyakit hati.
Tatkala Allah SWT memerintahkan mereka pertama kali untuk beriman dan membelanjakan harta di jalan Allah, kemudian Dia kembali menganjurkan mereka untuk beriman -seraya menjelaskan bahwa semua yang menghambat mereka untuk beriman telah dilenyapkan – maka Allah mendorong mereka berinfak.
Allah SWT berfirman,
{ وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَلِلَّـهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ } “Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi.” Maksudnya, berinfaklah dan janganlah kalian khawatir kekurangan atau menderita kemiskinan, karena sesungguhnya Rabb yang kalian berinfak di jalan-Nya adalah Rabb Yang memiliki langit dan bumi, dan di Tangan-Nya-lah kunci-kunci keduanya. Di sisi Nya-lah semua pebendaharaan langit dan bumi. Dia-lah yang memiliki ‘Arsy dengan semua yang di kandungnya dan Dia-lah yang berfirman, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
Dan juga firman Allah SWT, “Apa yang dari sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. An-Nahl: 96).
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah SWT, mak ia akan berinfak tanpa rasa khawatir akan menjadi miskin. Ia yakin bahwa pemilik ‘Arsy, yakni Allah SWT pasti akan mengganti. [Syahida.com/ANW]
Catatan Kaki:
1 Ahmad (IV/24). [Ahmad (No. 16305). Sanadnya shahih di atas syarat Muslim. Lihat Musnad Ahmad tahqiq Syaikh al-Arna-uth dan kawan-kawan, cetakan Mu-assasah ar-Risalah, Beirut].
2 Muslim (IV/2274). [Muslim (No. 2958, 2959)].
3 Majma’uz Zawaa-ide (X/65).
4 Ath-Thabari (XXIII/172).
==
Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.