Syahida.com – Allah SWT berfirman, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al Kahfi: 46)
Firman-Nya, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” Seperti firman-Nya,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14). Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.” (QS. At-Taghaabun: 15). Maksudnya, menghadapkan diri kepada-Nya dan fokus untuk beribadah kepada-Nya itu lebih baik bagimu daripada kamu menyibukkan diri dengan mereka, larut dalam keterikatan dengan mereka, dan belas kasihan yang berlebihan terhadap mereka. Oleh karena itu, di surat ini Allah berfirman, “Tetapi amal kebajikan yang terus-menerus (al-baaqiyaatush shaalihaat) adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Ibnu ‘Abbas r.a, Sa’id bin Jubair, dan ulama Salaf lainnya mengatakan, al-baaqiyaatush shaalihaat (amal kebajikan yang terus-menerus) adalah shalat lima waktu. ‘Atha bin Abi Rabbah dan Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas r.a mengatakan, al-baaqiyaatush shaalihaat adalah kalimat subhanallaah, alhamdulillaah, laa ilaaha ilallaah, dan Allaahu akbar. Demikian pula saat Amirul Mukminin, ‘Utsman bin ‘Affan ditanya tentang apa itu , al-baaqiyaatush shaalihaat? Ia menjawab, “Yaitu, laa ilaaha ilallaah, subhanallaah, alhamdulillaah, allaahu akbar, dan laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’azhiim.” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Imam Ahmad meriwayatkan dari maula (mantan) hamba sahaya Rasulullah SAW bahwasanya beliau bersabda:
“Alangkah dahsyatnya, alangkah dahsyatnya lima perkara ini, betapa beratnya (lima hal ini) dalam timbangan (amal), (yakni) Laa ilaaha ilallaah, Allaahu akbar, Subhaanallaah, Alhamdulillaah, dan anak yang shalih yang diwafatkan lantas orang tuanya sabar sambil mengharapkan pahalanya.” -dan Rasulullah bersabda- “Alangkah dahsyatnya, alangkah dahsyatnya lima (perkara ini). Siapa yang menemui Allah dalam keadaan yakin terhadap (lima perkara) tersebut, maka ia masuk Surga, (yakni) beriman kepada Allah dan hari Akhir, Surga dan Neraka, kebangkitan setelah kematian, dan kepada perhitungan amal (hisab).”
Mengenai firman-Nya, “Tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas r.a, “Ia adalah dzikir kepada Allah, ucapan Laa ilaaha ilallaah, Allaahu Akbar, Subhaanallaah, Alhamdulillaah, Tabaarakallaah, Laa haula walaa quwwata illaa billaah, dan Astaghfirullaah. Juga shalawat kepada Rasulullah, puasa, shalat, haji, shadaqah, memerdekakan budak, jihad, silaturrahim, dan seluruh amal kebajikan adalah al-baaqiyaatush shaalihaat yang akan senantiasa menyertai orang yang mengamalkannya terus-menerus selama-lamanya.” Al-‘Aufi mengatakan dari Ibnu ‘Abbas r.a, ‘Ia adalah perkataan yang baik.” Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan, “Ia adalah seluruh amal kebajikan.” Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. [Syahida.com/ANW]
==
Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 5, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir