Syahida.com – Dari Sa’ad bin Abu Waqqash r.a berkata bahwa Umar bin al Khaththab r.a pernah meminta izin untuk bertemu Rasulullah SAW di mana pada waktu itu para wanita Quraisy sedang berbicara dengan beliau dengan suara keras hingga mengalahkan suara beliau. Ketika mereka mendengar suara Umar, maka para wanita dengan segera mengambil hijab, lalu Rasulullah SAW mengizinkan Umar untuk masuk. Saat Umar masuk, Rasulullah sedang tertawa. Umar bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah, bapak dan ibuku sebagai tebusanmu, apa yang membuatmu tertawa?” Beliau bersabda, “Aku heran terhadap para wanita di sini, tatkala mendengar suaramu, mereka bergegas mengambil hijab.” Umar berkata, “Wahai Rasulullah engkau lebih berhak disegani.” Kemudian Umar berkata, “Wahai kaum wanita kenapa kalian lebih segan terhadapku daripada kepada Rasulullah?” Mereka menjawab, “Karena engkau lebih keras dan lebih garang.” Maka Rasulullah bersabda,
“Cukup wahai Umar, demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah setan berpapasan denganmu melainkan memilih jalan selain jalan yang engkau lewati.” (Muttafaqun ‘alaih dan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah r.a dengan jalan lain).
Dari Buraidah bahwa seorang wanita budak hitam datang menemui Nabi SAW karena beliau sudah kembali dari perang, lalu dia berkata, “Jika engkau disembuhkan oleh Allah saya bernadzar untuk menabuh rebana untukmu.” Beliau bersabda, “Bila kamu mampu melakukan, maka silahkan dan bila tidak mampu, maka jangan kamu lakukan!” Lalu dia menabuh rebana, pada waktu Abu Bakar masuk dia tetap menabuh rebana, kemudian pada waktu Umar masuk, dia berhenti menabuhnya dan meletakkan rebana di belakangnya sedang dia menutup wajah. Maka Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya setan lari darimu wahai Umar! Ketika saya sedang duduk di sini, kemudian orang-orang ini masuk, dan belum lama sebelum kamu masuk, dia melakukan seperti itu.” (HR. Ahmad)
Dan at-Tirmidzi dengan lafadz hadits, “Saya telah bernadzar bila Allah menakdirkan engkau pulang dengan selamat, maka saya akan menabuh rebana dan bernyanyi di hadapanmu.” Rasulullah berkata, “Bila kamu mampu silahkan menabuhnya, bila tidak, jangan.” Wanita itu berkata, “Saya telah bernadzar,” maka dia pun menabuh, lalu Abu Bakar masuk, dia tetap menabuh, Ali masuk dia tetap menabuh, Utsman masuk, dia tetap menabuh, kemudian ketika Umar masuk, maka dia meletakkan rebana di bawah dan dia mendudukinya. Maka Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya setan takut terhadapmu wahai Umar! Pada waktu saya sedang duduk, dia (wanita budak) memukul rebana, kemudian Abu Bakar masuk dia tetap menabuh, waktu Utsman masuk, dia tetap menabuh, waktu Ali masuk, dia tetap menabuh kemudian pada waktu kamu masuk wahai Umar, dia meletakkan rebana dan duduk di atasnya.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata bahwa hadits ini adalah hasan shahih gharib).
Jika dikatakan, “Bagaimana setan mendekati Nabi sementara dia lari tatkala melihat bayang-bayang Umar bin al-Khaththab?”
Jawaban saya (penulis) bahwa Nabi SAW terkenal santun dan lemah lembut sementara Umar terkenal tegas dan tidak kompromi, maka setan lebih berharap dari sikap lemah lembut dan santun. Tetapi setan terus dihalangi menggoda sang pemimpin (Rasulullah) dan dia terus menggoda yang lainnya. [Syahida.com/ANW]
==
Sumber: Kitab Menelanjangi Setan, Karya: Al-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali, Penerjemah: Zaenal Abidin Syamsudin, Lc., Penerbit: Darul Haq