Syahida.com – “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 64: 14- 15)
Allah mengabarkan tentang istri dan anak-anak, bahwasanya di antara mereka ada yang menjadi musuh suami atau bapak, artinya mereka menyibukkannya dari beramal shalih, sebagaimana firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munaafiqun: 9).
Oleh karena itu di sini Allah SWT berfirman, “Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” Ibnu Zaid berkata, “Artinya berhati-hatilah terhadap mereka, jangan sampai mengorbankan agama kalian.”
Mengomentari firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.” Mujahid berkata, “Yakni menjerumuskan mereka untuk memutuskan tali silaturahim atau bermaksiat kepada Rabb-nya. Ia tidak mampu berbuat apa-apa dikarenakan cintanya kepada mereka, sehingga ia mengikuti keinginan mereka (yang sesat).”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu ‘Abbas r.a, ketika ia ditanyai seseorang tentang ayat ini, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka,” beliau berkata, “Mereka adalah para laki-laki yang telah memeluk Islam sejak di Makkah dan ingin mendatangi Rasulullah SAW tapi para istri dan anak-anak mereka menolaknya. Ketika mereka mendatangi Rasulullah, mereka melihat orang-orang telah banyak memahami masalah agama (sedangkan ia tidak seperti itu), lalu mereka berniat menghukum istri dan anak-anak mereka, maka Allah SWT menurunkan ayat,
“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Demikian pula yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, dan dia mengatakan bahwa hadits itu adalah hadits hasan.
Firman-Nya, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), di sisi Allah-lah pahala yang besar.” Allah SWT menjelaskan bahwa harta dan anak-anak adalah fitnah, yakni ujian terhadap hamba-Nya, untuk diketahui siapa yang taat dan siapa yang durhaka.
Firman-Nya, “Di sisi Allah-lah,” yakni pada hari Kiamat, “Pahala yang besar,” sebagaimana firman-Nya,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14) dan ayat setelahnya.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Buraidah, ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah SAW berkhutbah, tiba-tiba datang al-Hasan dan al-Husain (yang masih kecil) mengenakan pakaian berwarna merah, keduanya berjalan-jalan yang kadang-kadang terjatuh, maka beliau turun dari mimbar dan mengangkat mereka berdua lalu bersabda:
‘Maha benar Allah dan Rasul-Nya, (Allah SWT berfirman), “Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian adalah cobaan.” Saya memandangi kedua anak ini berjalan dan terjatuh, maka saya tidak sabar hingga saya memotong pembicaraan dan mengangkat mereka (karena rasa sayang beliau).’” Diriwayatkan juga oleh para penulis kitab Sunan. Imam at-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits hasan gharib. [Syahida.com/ANW]
===
Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 9, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir