Oleh: Ust. Nouman Ali Khan
Syahida.com – Kita lanjutkan pembahasan dari bagian sebelumnya, bagian 1.
Mengubah Keadaan dengan Benar-Benar Beriman
Banyak diantara kalian yang bukan ulama, fuqaha, atau mufti. Kamu tidak harus menjadi mereka. Tapi kamu harus tahu kapan kamu salah. Aku harus tahu kapan aku salah. Dan kita terus menerus menganggap kesalahan kita enteng. Allah tidak akan mengubah keadaan orang-orang ini. Allah tidak akan mengubah keadaan umat ini. Tidak. Dia tidak akan melakukan itu. Allah SWT menyebutkan dalam sebuah ayat. Ayat Allah adalah realita yang sesungguhnya. Tidak ada realita yang lebih nyata daripada ayat Allah. Tidak ada realita yang kamu temukan di fisika, kimia dan biologi, yang setara dengan Al Qur’an. “Innallaha laa yughoyyiru maa biqoumin hattaa yughoyyiruu maab i anfusihim.” Yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.” (Ar Raad : 11).
Ada sesuatu yang salah di dalam diri kita. Jawaban Allah tehadap pertanyaan, “Apa yang salah dari umat ini?” Bahwa ada yang salah di dalam diri kita. Itulah jawaban Allah terhadap, “Apa yang salah dari umat ini?” adalah saat Allah SWT berfirman, “Wa antumul a’lawna in kuntum mu’miniin.” Artinya, “…….padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman.” [QS. Al-Imran: 139].
Sekarang jelas bahwa kita tidak berada pada derajat paling tinggi. Jadi, pasti ada yang salah dengan iman kita. Karena Allah tidak pernah salah. Allah tidak mungkin salah.
Berikan Mereka Alasan yang Benar
Satu tragedi ke tragedi lain ke tragedi lain. Dan ini tidak akan berhenti. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan, daripada kita dibuat bingung dengan berbagai tragedi ini dan terus mencari cara untuk menjelaskan kepada orang bahwa kita bukan orang gila. Karena bagaimanapun, mereka akan menganggap kita gila, apapun yang terjadi. Kita tidak bisa membuat mereka terkesan. Silakan coba. Para utusan Allah juga telah mencoba.
Jika para utusan Allah saja tidak cukup baik bagi mereka, kita pasti tidak cukup baik bagi mereka. Sebanyak apapun kita telah melakukan hal yang benar, pembenci akan terus membenci. Penghina, akan terus menghina. Tapi kita harus memberikan kepada mereka alasan yang benar untuk menghina kita. Alasan yang benar adalah, jika kita menjalankan Islam. Kita adalah orang-orang yang punya alasan jelas. Kita adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan. Kita adalah orang-orang yang ancaman terbesar Islam bukan terletak pada militernya, bukan pedang, bukan senjata. Ancaman terbesar dari Islam adalah kekuatan gagasannya dan bagaimana Islam menantang ketidakadilan dengan lantang. Dan bagaimana Islam mempertanyakan integritas filosofi lain. Gagasan-gagasan lain, seperti, “Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu?” “Mengapa kamu melakukan itu?” “Mengapa kamu menentukan itu?” “Am lakum kitaabun fiihi tadrusun”. “Mengapa kamu tidak berpikir?” “Bagaimana kamu membuat keputusanmu?”. Inilah agama yang “Ad’uu ilallahi ‘alaa bashirah”. “Aku mengajak (kamu) kepada Allah dengan mata terbuka”, agama yang mengharuskan berpikir.
Kita sekarang bukan lagi orang-orang yang suka berpikir. Kita pikir ancaman Islam di Barat sekarang adalah militansinya. Militansi itu bukan apa-apa. Ancaman yang sebenarnya kepada kaum Quraisy, yang saat itu terguncang, bukan pada saat Badar, tapi pada saat di Mekkah. Mereka terguncang hanya oleh ayat Allah. Kalam Allah sudah cukup. Kalam Allah sudah cukup untuk menghancurkan tradisi yang ada sejak ribuan tahun lalu. Dan tradisi itu terguncang hanya karena beberapa kalam Allah. Sekarang masalahnya, kita tidak terhubungkan dengan ayat Allah lagi.
Berargumen dengan Al Quran
Saat dua orang sedang berdebat dan kamu tidak bisa menjawab, lalu kamu marah dan kamu mulai berteriak. Dan saat kamu mulai berteriak, itulah bukti bahwa kamu kalah. Karena kamu sudah tidak punya jawaban yang logis lagi. Dan itu membuatmu frustasi, jadi kamu marah. Dan saat kamu sedang berdebat, dan kamu kalah, dan kamu pukul lawan debatmu, itu juga bukti bahwa kamu kalah. Karena kamu tidak bisa mengalahkannya dengan kata-kata, jadi kamu mencari cara untuk mengalahkannya dengan tanganmu. Ini sebenarnya adalah indikasi bahwa argumenmu tidak cukup kuat.
Argumenku padamu adalah, agama kita, Allah telah memberikan kepada kita kata-kata yang tidak ada yang lebih kuat daripadanya. Tidak ada pesan yang lebih kuat. Kita tidak harus mengambil yang lain. Dan jika kita mengambil yang lain, itu sama saja kita mengakui bahwa Al Quran ini tidak cukup kuat. Padahal Al Quran ini cukup kuat. Kitalah yang tidak cukup kuat. Karena kita tidak cukup terhubungkan dengan kalam ini. Dan kita adalah orang-orang yang harus bisa merespon dengan respon paling intelektual. Respon paling masuk akal yang menantang imoraitas di dunia ini. Dengan cara yang paling mendalam dan paling memprovokasi pikiran. Kita adalah orang-orang yang paling berkewajiban untuk mengajak dialog secara mendalam kepada orang-orang agnostik, atheis, Kristen dan semua yang lain.
Al Quran Mengajak Keterbukaan Berpikir
Tuduhan mereka terhadap agama adalah, “Agama sudah ada sejak berabad-abad silam di Eropa dan sekarang di seluruh dunia. Tapi orang-orang beragama pikirannya tetutup. Orang-orang beragama adalah fanatik. Orang beragama tidak toleran. Orang beragama tidak bisa menerima kritik. Orang beragama tidak terbuka untuk berdialog. Jadi jika kamu membuang agama, kamu akan mendapatkan masyarakat yang pikirannya terbuka dimana orang-orang bisa berpikir untuk dirinya sendiri.” Inilah tuduhan mereka. Tuduhan ini benar untuk orang-orang Kristen yang menguasai Eropa selama berabad-abad. Itu benar. Tapi Islam yang Allah turunkan kepada Rasulullah SAW adalah kebalikan dari itu. Islam adalah agama yang mengajak kepada dialog, “Haatuu burhaanakum in kuntum shoodiqiin.” “Kemukakan bukti-buktimu jika kamu orang-orang yang benar. Mengapa kamu tidak bawakan kepadaku seluruh kritikanmu terhadap Al Quran? Aku mengundangmu untuk membawakan seluruh kritikanmu.”
Bagaimana bisa sebuah kitab, meminta manusia, tidak hanya untuk beriman tapi juga untuk membawakan seluruh kritikan terhadapnya. Inilah yang kamu sebut keterbukaan pikiran. Kitab Al Quran ini mengajak kepada keterbukaan pikiran. Kitalah yang pikirannya tertutup. Kita harus menguatkan umat ini lagi dengan membuka pikiran kita, dengan membuka kitab Al Quran ini. Dan berpikir seperti kitab ini meminta kita untuk berpikir dan menunjukkan bahwa agama bukanlah jalan untuk menutup pikiran, menutup mata, dan menutup hati. Agama adalah jalan untuk membuka pikiran, dan untuk berdialog serta untuk membangun peradaban manusia.
Mereka pikir solusinya adalah dengan membuang agama. Dan kita mengatakan bahwa solusinya adalah jika kamu membawa agama yang benar. Ya, agama yang salah akan mendatangkan berbagai penindasan. Tapi jika kamu mendatangkan agama Allah, hasilnya akan sangat indah.
Jika bukan kita yang menunjukkan itu kepada mereka, siapa lagi? Itulah mengapa Allah menciptakan kamu dan aku di bumi ini. Menjadi bagian dari umat ini adalah sebuah kehormatan, bukan hal kecil. Kita, seperlima dari populasi dunia ini, di pundak kita, membawa beban yang diberikan pada pundak Rasulullah SAW. Itulah yang kita bawa setiap hari, baik kita akui atau tidak. Dan jika kita tidak melakukan sesuatu terhadap beban itu, dan kita tidak menunjukkan kepada manusia seperti apa Islam sebenarnya, berarti kita dalam masalah besar. Tidak hanya dengan pemegang kekuasaan atau media, kita bermasalah dengan Allah.
Aku berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla untuk menjadikan kita, “Orang-orang Al Qur’an” yang mengajarkan kita untuk belajar berpikir seperti yang Allah ingin kita berpikir dan kita bisa merepresentasikannya dalam karakter kita, dalam masyarakat kita, pada bisnis-bisnis kita, pada kehidupan pribadi kita, pada ucapan kita, pada sikap kita. Sehingga kita mampu menggambarkan apa yang membuat agama ini begitu sempurna, apa yang menjadikannya begitu indah.
Semoga Allah ‘azza wa Jalla menyinari petunjuk ke dalam hati-hati kita dan menjadikannya kuat dan terus semakin kuat. Dan semoga Allah menjadikan generasi muda kita, pemimpin yang sebenarnya untuk masyarakat ini, yang akan mendatangkan masa keemasan setelah masa kegelapan ini. [Syahida.com/ANW]
===
Sumber: Ustd. Nouman Ali Khan, Bayyinah