Syahida.com –
وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا ﴿٢٦﴾ إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا﴿٢٧
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Israa’: 26-27).
Allah SWT menganjurkan untuk berbuat kebaikan kepada keluarga dan mempererat hubungan silaturrahim. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
“Utamakanlah (dalam bershadaqah itu) ibumu, lalu ayahmu, lalu orang yang berikutnya dan berikutnya (yang lebih dekat hubungan kerabatnya denganmu).”
Riwayat lain menyebutkan,
“Kemudian yang terdekat dan yang terdekat.”
Dalam hadits lain disebutkan:
“Barangsiapa yang ingin rizkinya diluaskan, usianya dipanjangkan, maka hendaklah ia menjalin silaturrahim.”
Firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
Manakala Allah memerintahkan untuk berinfaq (mengeluarkan harta halal yang dimilikinya di jalan yang diridhai Allah), Dia melarang agar tidak berlebihan padanya, namun membelanjakannya dengan cara yang wajar, sebagaimana firman Allah SWT pada ayat lain, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. AL-Furqaan: 67).
Kemudian Allah SWT berfirman menyatakan ketidaksenangan-Nya terhadap pemborosan dan berlebih-lebihan, “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” Maksudnya serupa dengan mereka. Ibnu Mas’ud r.a berkata: tabdziir ialah membelanjakan harta pada jalan yang tidak benar. Demikian pula yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas r.a.
Mujahid berkata, “Seandainya seseorang menginfakkan semua hartanya pada jalan yang benar, maka hal itu tidak termasuk pemborosan. Sebaliknya, meskipun hanya sedikit, misalnya satu mudd, namun dibelanjakan bukan pada jalan yang benar, maka hal itu disebut dengan pemborosan.”
Qatadah berkata, “Pemborosan adalah membelanjakan harta untuk suatu kemaksiatan kepada Allah SWT dan di jalan yang tidak benar serta untuk kerusakan.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, ia bercerita,
“Ada seorang laki-laki dari Bani Tamim yang datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki banyak harta, istri, anak dan banyak rumah, beritahulah aku bagaimana aku membelanjakan hartaku? Dan apa yang harus aku lakukan?’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Kamu keluarkan zakat dari hartamu jika ada, karena sesungguhnya zakat adalah perbuatan yang dapat menyucikan dosamu, lalu kamu jalin silaturrahim dengan kerabatmu, dan kamu juga harus mengetahui hak pengemis, tetangga dan orang misin.’ Laki-laki itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sederhanakanlah (penyebutan orang-orang yang berhak aku beri infak itu).’ Maka Rasulullah SAW pun membaca firman Allah Ta’ala, ‘Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.’ (QS. Al-Israa’: 26). Mendengar firman Allah SWT, laki-laki itu berkata, ‘Apakah cukup bagiku, apabila aku telah menunaikan (menyerahkan) zakat kepada utusanmu, dan aku telah menunaikan kewajibanku terhadap Allah dan Rasul-Nya?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, apabila kamu telah menunaikan zakat kepada utusanku, maka sesungguhnya kamu telah terlepas dari kewajiban itu, dan bagimu adalah pahalanya. Sedangkan dosanya hanyalah bagi orang yang menukarnya.”
Firman Allah, “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” Maksudnya, mereka serupa dalam hal pemborosan, kepandiran, tidak patuh dan suka berbuat kemaksiatan. Karena itu, Allah SWT berfirman, “Dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya.” Karena sesungguhnya syaitan telah ingkar terhadap nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya, ia juga tidak mau tunduk kepada-Nya, bahkan memilih untuk melanggar dan berbuat maksiat.
Firman Allah SWT, “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Rabb-mu yang kamu harapkan,” Maksudnya, apabila kerabatmu atau orang-orang yang Kami perintahkan supaya kamu berbuat baik kepada mereka meminta kepadamu sesuatu yang tidak kamu miliki “Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas,” yakni, berjanjilah dengan lembut bahwa, “Apabila telah datang rizki dari Allah, maka insya Allah kami akan mengabulkan keinginanmu.” Demikianlah penafsiran yang dikatakan oleh Mujahid, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, al-Hasan al-Bashri, Qatadah dan yang lainnya. [Syahida.com/ANW]
==
Sumber: Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 7, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir
Tanda-tanda hari Kiamat termasuk salah satu topik yang mendapat perhatian besar dari Rasulullah SAW dalam…
Adapun tanda-tanda peristiwa yang membicarakan dekatnya hari Kiamat, maka ayat-ayat tersebut terkesan membicarakan secara sekilas.…
“Ilusi adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah pertama untuk penyembuhan”.…
Mengapa Nabi Isa - sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad - malah justru membunuh babi…
Sejak mewabahnya COVID-19, kini hampir sebagian besar penduduk bumi dilarang untuk saling bersentuhan, harus menjaga…
Sejak awal tahun 2020 ini, seluruh dunia dilanda wabah penyakit COVID-19 yang disebabkan virus SARS-CoV-2…
This website uses cookies.