Syahida.com – Maka Barseso masuk ke tempat gadis itu dan membunuhnya, lalu dikuburkan di lereng gunung. Pada saat Barseso mengubur gadis itu, setan datang lalu menarik ujung pakaian gadis dan tidak tertimbun tanah sehingga nampak.
Kemudian Barseso kembali ke kuil dan beribadah, tiba-tiba saudara-saudara gadis itu datang untuk menjenguk adik mereka dan mereka menanyakan keadaannya. Mereka berkata, “Wahai Barseso apa yang telah kamu lakukan terhadap adik kami?” Dia menjawab, “Setannya datang dan aku tidak mampu melawannya.” Maka mereka pun membenarkan ucapannya dan kembali pulang.
Pada saat malam hari dalam suasana duka, datang setan kepada saudara gadis yang paling besar dalam mimpinya dan mengatakan, “Sesungguhnya Barseso telah melakukan sesuatu pada adik kamu seperti ini dan menguburnya di tempat ini.” Saudara itu berkata, “Ini adalah mimpi dari setan dan sesungguhnya Barseso lebih baik dari itu.”
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mimpi itu terjadi selama tiga malam berturut-turut, tetapi mimpi itu tidak dihiraukan, lalu setan mendatangi kakak yang kedua dalam mimpi dan memberitahukan sesuatu seperti pada kakak yang pertama dan mendatangi lewat mimpi pada kakak yang ketiga seperti itu. Maka kakak yang paling kecil berkata kepada kakak kedua, “Saya mimpi begini.” Kakak kedua berkata, “Saya juga bermimpi seperti itu.” Dan kakak yang pertama, “Saya juga mimpi seperti itu.”
Lalu mereka pergi mendatangi Barseso dan berkata, “Apa yang kamu lakukan terhadap adik kami?” Dia berkata, “Bukankah kalian sudah tahu kemana adikmu,”mereka pun merasa malu dan berkata, “Demi Allah kami tidak menuduhmu.” Lalu mereka kembali pulang. Kemudian setan mendatangi mereka dan berkata, “Sesungguhnya adikmu dikubur di tempat ini dan ujung pakaiannya nampak kelihatan.”
Maka mereka pergi dan ternyata mereka menemukan persis yang mereka lihat dalam mimpi. Lalu mereka pergi kepada budak-budak dan para pembantu mereka dan kemudian pergi ke kuil Barseso dengan membawa kapak dan linggis. Kemudian mereka menghancurkan kuil dan menangkap Barseso lalu dibawa ke hadapan raja dan Barseso mengakui perbuatan yang telah dilakukan. Karena setan mendatanginya dan mengatakan, “Kamu membunuhnya kemudian kamu ingkar, akuilah perbuatan itu.” Setelah Barseso mengakui, langsung sang raja menyuruh untuk membunuhnya dan disalib di kayu.
Pada saat disalib setan putih itu mendatanginya dan mengatakan, “Apakah kamu masih mengenaliku?” Dia berkata, “Tidak.” Dia berkata, “Saya adalah temanmu yang mengajarimu doa-doa sehingga doa kamu terkabulkan.” Celakalah kamu, apakah kamu tidak malu terhadap amanah anak gadis, kamu menyangka bahwa kamu orang yang paling tekun beribadah di kalangan Bani Israil. Apakah kamu tidak malu? Setan terus menghardiknya dan berkata di akhirnya, “Apakah kamu tidak menyadari apa yang telah kamu lakukan sehingga kejahatanmu terungkap dan akan terungkap orang-orang seperti kamu dan jika kamu mati dalam keadaan demikian, maka kamu dan orang-orang seperti kamu tidak akan selamat.”
Barseso berkata, “Apa yang harus saya lakukan?” Setan berkata, “Berikan kepadaku satu perkataan saja, kamu akan saya selamatkan dari perkara yang kamu hadapi dan kamu akan saya lepaskan dan keluarkan dari mereka.” Dia berkata, “Apa yang harus saya perbuat?” Setan itu berkata, “Sujudlah kepadaku.” Dia berkata, “Akan saya lakukan.” Lalu Barseso bersujud kepadanya. Kemudian dia mengatakan, “Wahai Barseso! Inilah yang saya kehendaki darimu dan akhirnya kamu mengikutiku dan kamu kafir terhadap Tuhanmu, sesungguhnya aku berlepas diri dari perbuatanmu dan aku takut terhadap Tuhan semesta alam. Dan kebanyakan setan bisa masuk dan menggoda orang-orang yang sedikit ilmunya. [Syahida.com/ANW]
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Hasyr: 16-17,
“Seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam”. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang dzalim.”
==
Sumber: Kitab Menelanjangi Setan, Karya: Al-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali, Penerjemah: Zaenal Abidin Syamsudin, Lc., Penerbit: Darul Haq