Oleh: Ust. Nouman Ali Khan
Syahida.com –
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ﴿١﴾ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴿٢﴾ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ﴿٣
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”
(QS. Al Kautsar: 1-3)
Untuk memahami surat ini, ada beberapa hal yang harus kita pahami dari latar belakang surat ini. Surat ini berkaitan dengan peristiwa paling menyedihkan dalam sejarah hidup Rasulullah, yaitu ketika bayi laki-lakinya wafat. Dan saat bayi laki-lakinya wafat, ini saja sudah cukup menyedihkan, tapi sebenarnya yang lebih menyakitkan lagi saat tetangganya yang merupakan paman dari Rasulullah sendiri, dimana saat dia mendengar kabar meninggalnya bayi laki-laki itu, dia mendengar tangisan Rasulullah dari balik tembok rumahnya, tapi sang paman justru bergembira dan berteriak mengatakan: “Batara Muhammad.. Batara Muhammad…” yang artinya, “Garis keturunan Muhammad tidak akan berlanjut.” Karena melalui anak laki-laki lah garis keturunan diteruskan, maka garis keturunannya terhenti. Pamannya justru merayakan meninggalnya bayi ini.
Jadi, saat sudah berat rasanya menghadapi wafatnya sang buah hati, ditambah pula pamanmu sendiri merayakan wafatnya bayimu. Seharusnya pada peristiwa seperti ini, bagi seorang musuh yang berbudi luhur, akan menurunkan pedangnya untuk sementara waktu dan mengatakan, “Kita memang musuh, tapi saya dengar anakmu wafat, kita berhenti berperang dulu sementara waktu.” Ini adalah sejenis penghiburan, turut berbela sungkawa. Tapi pada kejadian ini, pamanmu sendiri justru merayakannya. Kepedihan di atas kepedihan yang begitu dalam inilah yang dirasakan oleh Rasulullah SAW.
Lalu Allah SWT mengubah nuansa hati beliau, dan itulah kekuatan dari Al Qur’an, bahwa, “Perkataan Allah akan mengubah cara pandangmu terhadap dunia.” Tanpa perkataan Allah, kamu hanya melihat satu jalan. Jadi daripada fokus kepada peristiwa kehilangan bayi yang dialami Rasulullah, apa yang Allah SWT lakukan? إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.” Ada yang mengartikan ini sebagai nama sungai di surga. Tapi dari tata bahasanya, ayat ini berarti, “Aku sudah memberikanmu nikmat yang luar biasa banyak.” Kata, “katsir’ itu berarti banyak, tapi kata ‘kautsar’ itu mubalagah, artinya nikmat yang tak terbayang banyaknya. “Itu yang Kami beri padamu.” Dan Allah telah memberikan nikmat yang sangat sangat banyak. Jadi daripada memikirkan wafatnya sang anak, yang memang menyakitkan, Allah mengalihkan fokus Rasulullah pada apa yang telah Allah berikan pada beliau. Ini adalah pelajaran yang bisa kita ambil dari surat yang luar biasa ini.
Hal lain yang dapat kita pahami, Allah berfirman, “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan berkurbanlah.” Berkurban ini biasanya dilakukan ketika aqiqah, ketika ada perayaan dan Allah mengatakan, “Apapun yang Aku berikan padamu, harus kamu rayakan. Dan jangan khawatir, musuh yang telah membuatmu bersedih, dialah yang akan terputus. Dia yang akan terputus; garis keturunan dialah yang tak akan berlanjut (terputus).”
Hal di atas adalah latar belakang sejarah dari surat ini. Tapi penempatan surat Al Kautsar ini juga luar biasa. Surat Al fiil; (Surat ke 105) merupakan jawaban doa dari Nabi Ibrahim agar Kota Mekkah tetap dalam keadaan damai. Surat Al Quraisy (Surat ke 106), juga jawaban dari doa Nabi Ibrahim yang lain agar Kota Mekkah tetap sejahtera. Surat Al Maa’uun (Surat ke 107) menerangkan bahwa orang yang berkuasa di Kota Mekkah kala itu tidak kompeten (Quraisy), mereka tidak memenuhi persyaratan menjaga Ka’bah (karena menyembah berhala). Dan Surat Al Kautsar (surat ke 108) menerangkan bahwa kamu lah (Rasulullah) yang merupakan penjaga Ka’bah yang tepat dan Allah memerintahkan untuk shalat dan berkurban, dimana ini merupakan ringkasan dari apa yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim.
Jadi di satu sisi, “Jadikan hamba orang yang selalu mendirikan sholat,” itu doa dari Nabi Ibrahim. Dan lainnya, ritual penyembelihan untuk berkurban semuanya berawal dari kisah Nabi Ibrahim. Maka dalam 2 kata saja, Rasulullah diperintahkan untuk mengembalikan ajaran Nabi Ibrahim. Luar biasa, sangat indah. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Kemudian Rasulullah diberitahu bahwa mereka tadi yang sudah disebutkan sebagai “Tidak layak menjaga Ka’bah”, akan menjadi musuhmu, tapi jangan khawatir, ajaran menyimpang mereka tidak akan berlanjut. Ka’bah akan menjadi kiblat ibadah sesuai dengan ajaran agama Ibrahim lagi, dan memang itulah yang sampai saat ini kita nikmati. [Syahida.com / ANW / Youtube ]