Syahida.com – Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
“Setan mengikatkan tiga buhul tali pada tengkuk kepala di antara kalian pada waktu tidur, setiap kali diletakkan pada tempatnya, ‘Tidurlah, malam masih panjang.’ Jika dia bangun lalu berdzikir kepada Allah, lepaslah satu tali buhul tali, jika dia berwudhu, lepaslah tali yang lain, dan jika shalat, lepaslah buhul tali berikutnya. Hingga pada pagi harinya dia menjadi orang yang giat dan bagus jiwanya. Dan jika tidak, maka dia menjadi orang yang buruk jiwanya dan malas.” (Muttafaqun ‘alaih).
Dari Jabir r.a dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim laki-laki atau perempuan yang tidur melainkan ada padanya buhul tali (setan), apabila dia bangun lalu berdzikir, lepaslah buhul tali itu, dan apabila dia berwudhu, dan sholat, jadilah dia seorang yang bersemangat dan mendapat kebaikan serta lepaslah semua buhul tali. Dan apabila pada pagi hari dia tidak berdzikir kepada Allah, maka buhul tali itu masih ada padanya sampai pagi hari, sehingga dia menjadi orang yang berat lagi pemalas dan tidak mendapat kebaikan.” (HR. Ibnu Hibban).
Dari Uqbah bin Amir r.a, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Ada seseorang dari umatku yang bangun malam menyembuhkan dirinya dengan bersuci, jika dia berwudhu membasuh kedua tangannya, lepaslah buhul tali, jika membasuh mukanya, lepaslah buhul tali lain, jika mengusap kepalanya, lepaslah buhul tali dan jika membasuh kedua kakinya, lepaslah buhul tali berikutnya, maka Allah berfirman kepada makhluk ghaib, ‘Lihatlah kepada hamba-Ku dia mengobati dirinya, sehingga apa yang diminta hamba-Ku maka dia adalah obatnya’.” (HR. Ibnu Hibban).
Ibnu Hibban berkomentar terhadap hadits Uqbah bin Amir bahwa setan terkadang meletakkan buhul tali pada anggota wudhu seorang Muslim dan pada tengkuknya di waktu tidur. Dan para ulama berbeda pendapat, apakah buhul tali itu hakikat atau hanya sekedar majaz (non materi, ada dua pendapat.
Pertama: Buhul tali itu hanya sekedar majaz atau kiasan belaka, karena buhul tali menghalangi anak Adam untuk beraktifitas, maka seakan gangguan setan terhadap anak Adam pada waktu tidur menghalangi dari berdzikir dan sholat, maka gangguan itu laksana buhul tali. Pendapat ini dianut oleh Imam ath-Thahawi.
Kedua: Buhul tali itu hakiki berdasarkan pada makna zhahir hadits yang dikuatkan dengan sabda Nabi SAW yang berbunyi, “Tiga buhul tali,” jikalau maksud dari buhul tali hanya sekedar majazi atau kiasan, maka penyebutan buhul tali dalam hadits tidak berfaidah.
Dalam hadits juga disebutkan lafazh jarir yang berarti tampar atau tali. Dan beliau juga bersabda, “Jika berdzikir, lepaslah buhul tali, jika berwudhu, lepaslah buhul tali lain dan jika dia sholat, lepaslah buhul tali berikutnya hingga semua buhul terlepas.” Dengan demikian istilah majaz tidak mungkin diterapkan dalam hadits di atas, karena mungkin saja hadits itu dipahami secara umum. Maka barangsiapa bangun tidur tidak berdzikir, tidak berwudhu dan tidak sholat, maka jiwanya menjadi jahat dan malas. Dan barangsiapa melakukannya, maka pada pagi hari menjadi semangat dan giat sebagai pengamalan hadits di atas. [Syahida.com / ANW]
==
Sumber: Kitab Menelanjangi Setan, Karya: Al-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali, Penerjemah: Zaenal Abidin Syamsudin, Lc., Penerbit: Darul Haq