Syahida.com – Al Qur’an telah mengabarkan kepada kita bahwa pada sahabat mendapatkan pujian yang baik karena interaksinya yang cepat saat mendengar kitab Allah yang dibaca. Mereka merunduk sujud, menangis dengan khusyu’, bertasbih dan memuji Allah. Ini pula sifat yang diberikan Allah kepada orang-orang yang diberi ilmu dari kalangan Ahli Kitab terdahulu. Ayat-ayat Allah menggambarkan hal ini secara gamblang dan jelas.
Kita sudah membicarakan sifat dan gambaran ini ketika membahas adab membaca Al Qur’an. Namun tak ada jeleknya jika kita mengulanginya lagi di sini dalam pembahasan tentang adab menyimak Al Qur’an, suatu gambaran tentang orang-orang yang hanya mendengarkan Al Qur’an dan bukan membacanya. Mereka mendapat kesaksian dengan ayat-ayat Al Qur’an dan bukan membacanya. Mereka mendapat kesaksian dengan ayat-ayat Al Qur’an seperti berikut ini,
“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi”. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. Al Isra: 106-109).
Yang demikian ini juga sama dengan sifat yang diberikan kepada sekumpulan orang di antara orang-orang Nasrani,
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s. a. w.). Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?”. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya).” (QS. Al Maidah: 83-85)
Di sana ada orang-orang yang sama sekali tidak mau mendengarkan Al Qur’an, karena takut kandungannya akan berpengaruh di dalam hati dan akalnya. Dia juga tidak ingin orang lain mendengarkan Al Qur’an, karena takut cahayanya akan mengimbas kepadanya, lalu dia pun berkenan menerimanya dan mengubah keadaan dirinya.
Gambaran seperti inilah yang dikisahkan Al Qur’an tentang orang-orang musyrik. Mereka selalu menganggu Rasulullah SAW, selagi beliau membaca Al Qur’an, agar beliau tidak mempengaruhi para wanita dan anak-anak mereka.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَـٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ﴿٢٦
“Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka”.” (QS. Fushilat: 26). [Syahida.com / ANW]
==
Sumber: Kitab Bagaimana Berinteraksi dengan Al Qur’an, Oleh: Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Penerjemah: Kathur Suhardi, Penerbit: Pustaka Al-Kautsar